
6 Jenis Tes DNA Beserta Manfaat & Cara Pengambilan Sampel, Bisa Deteksi Berbagai Penyakit Genetik
Berikut jenis-jenis tes DNA beserta manfaat dan cara pengambilan sampel yang bisa membantu mendeteksi berbagai penyakit genetik.
Berikut jenis-jenis tes DNA beserta manfaat dan cara pengambilan sampel yang bisa membantu mendeteksi berbagai penyakit genetik.
Tes DNA sebenarnya tidak hanya bermanfaat sebagai itu saja. Tes DNA juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit tertentu.
DNA (deoxyribonucleic acid) atau asam deoksiribonukleat sendiri adalah materi genetik yang menentukan sifat dan karakteristik fisik seseorang. Pada umumnya, manusia mempunyai 46 kromosom dalam setiap selnya. Kromosom-kromosom inilah yang tersusun dari DNA.
Apabila seseorang mempunyai kelainan DNA atau genetik misalnya arena penyakit turunan atau faktor lain, mereka dapat mengalami penyakit tertentu.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan tes DNA agar bisa mengetahui struktur genetik dalam tubuh seseorang. Selain itu juga bisa mendeteksi kelainan genetik.
Tahukah kalian, ada beragam jenis tes DNA yang bisa dilakukan. Bahkan masing-masing jenis tes DNA ini mempunyai manfaat yang berbeda.
Tes DNA pun juga bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Meski begitu, semua cara ini dirancang untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan antara gen yang diuji
Lantas apa saja jenis tes DNA beserta manfaat dan cara pengambilan sampel yang bisa membantu mendeteksi berbagai penyakit genetik?
Melansir dari Alodokter, Senin (4/9), simak ulasan informasinya berikut ini.
Jenis tes DNA pertama adalah dengan uji praimplantasi. Tes DNA bisa dilakukan oleh pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan melalui program bayi tabuh.
Tidak hanya itu, tes DNA juga bisa dilakukan oleh pasangan yang berisiko mempunyai anak dengan kelainan genetik tertentu. Misalnya seperti penyakit fibrosis kistik atau penyakit sel sabit.
Beberapa sel telur akan dikeluarkan dari indung telur (ovarium) untuk melakukan tes ini. Setelahnya, sel telur tersebut dibuahi dengan sel sperma di luar tubuh hingga membentuk bakal janin (embrio).
Kemudian, setiap embrio nantinya akan diperiksa apakah mempunyai kelainan genetik tertentu. Selanjutnya, dokter akan memilih embrio yang sehat untuk dipindah ke dalam rahim.
Jenis tes DNA kedua adalah uji prakelahiran. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan atau mutasi genetik pada kromosom janin. Tes DNA juga dapat dilakukan guna mendeteksi dini penyakit tertentu pada janin. Misalnya seperti sindrom Down dan sindrom Edward.
Terdapat dua jenis uji prakelahiran untuk kelainan genetik. Pertama adalah tes skrining prakelahiran yang bisa memberitahu apakah janin mempunyai kelainan. Kedua yaitu tes diagnostik prakelahiran yang mampu memastikan janin benar-benar mempunyai kelainan tertentu, termasuk sindrom Barber Say.
Jenis tes DNA ketiga adalah uji pembawa atau carrier testing. Tes DNA ini bermanfaat untuk mengetahui apakah seseorang mempunyai kondisi tertentu atau gen yang memungkinkan diturunkan kepada anak-anaknya.
Informasi seperti ini pun sangat bermanfaat dalam membantu pasangan menentukan keputusan dalam merencakan kehamilan.
Jenis tes DNA ke empat adalah uji prediksi. Uji prediksi sendiri bisa dimanfaatkan apabila seseorang mempunyai orang tua atau saudara dekat dengan penyakit turunan. Tes ini bisa dilakukan dengan mengambil sampel dari air liur atau darah.
Melalui tes DNA ini, dokter bisa menyarankan tindakan pencegahan sejak dini mungkin. Sebelum gejala muncul dan bisa langsung merencanakan pengobatan yang tepat.
Maternity atau paternity test merupakan tes DNA yang bisa digunakan untuk mengetahui identitas orang tua dari seorang anak. Tes ini mempunyai tingkat akurasi yang sangat tinggi yakni mencapai 99,9%.
Maternity atau paternity test bisa dilakukan dengan dua cara, meliputi tes darah dan mengambil swab bagian dalam pipi dari anak. Hal tersebut dilakukan untuk mengambil sampel dan mencocokan DNA dari anak dan orang tua.
Sudah menjadi rahasia umum, serangkaian tes DNA juga dapat digunakan sebagai salah satu pemeriksaan untuk kepentingan proses penegakan hukum atau forensik.
Beberapa contoh tes DNA yang sering kali dilakukan pada uji forensik yaitu tes darah dalam menentukan darah korban atau pelaku pelanggaran hukum, tes sidik jari dan proses identifikasi bagian tubuh korban kejahatan atau peristiwa tertentu. Misalnya seperti kecelakaan pesawat atau kebakaran.
Bukan hanya itu saja, tes DNA juga bisa membantu mendeteksi berbagai penyakit genetik.
Adapun beberapa jenis penyakit genetik yang bisa dideteksi dengan tes DNA adalah sebagai berikut:
a. Defisiensi alfa 1-antitripsin (A1AT)
b. Thalasemia
c. Penyakit Crohn
d. Fibrosis kistik
e. Kanker
f. Sindrom Klinefelter
g. Anemia sel sabit
h. Sindrom Down
Pada umumnya, tes DNA dilakukan dengan cara mengambil sampel darah maupun jaringan tubuh seperti rambut atau kulit.
Sebagian besar sampel pun menggunakan darah dari pembuluh darah. Namun, ada pula yang memanfaatkan sampel air liur.
Untuk tes DNA pada janin, sampel yang diambil biasanya cairan ketuban atau sampel jaringan plasenta.
Usai diambil. sampel kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut.
Untuk mendapatkan hasil tes DNA tersebut, biasanya diperlukan waktu beberapa minggu hingga bulan.
Apabila keluarga menderita penyakit genetik, tidak ada salahnya bagi kalian untuk melakukan tes DNA.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah penyakit genetik tersebut diturunkan kepada kalian atau anak-anak di kemudian hari.
Tes DNA juga bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi penyakit tertentu.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tanda pengenal dapat menunjukkan identitas, satuan, jabatan, kecakapan, dan kehormatan seorang Pramuka.
Baca SelengkapnyaSejumlah kondisi bisa diturunkan pada anak oleh ayah karena genetik.
Baca SelengkapnyaSekda DKI Jakarta Joko Agus Setyono mengklarifikasi pernyataannya mengenai JIS yang bakal diresmikan ulang.
Baca SelengkapnyaBuah-buah ini memiliki kandungan khusus yang baik untuk mencerahkan kulit.
Baca SelengkapnyaSebagai salah satu jenis data paling utama yang umum digunakan, penting untuk mempelajarinya dengan lengkap.
Baca SelengkapnyaSetelah Homo Sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu, para ilmuwan memahami para manusia purba hidup bersama dengan hominin lainnya.
Baca SelengkapnyaGanjar yakin Jimly sudah memimpin pemeriksaan etik dengan baik dan proses itu beberapa kali dilakukan secara terbuka.
Baca Selengkapnya