3 Tips Manfaatkan Transaksi Non-Tunai di Era Cashless
3 Tips Manfaatkan Transaksi Non-Tunai di Era Cashless
3 Tips Manfaatkan Transaksi Non-Tunai di Era Cashless
Diprediksi setidaknya Produk Dosmetik Bruto (PDB) bisa bertambah kisaran Rp 2,3 triliun–Rp 2,4 triliun pada 2024. Peningkatannya bisa lebih tinggi lagi, apabila pelaku usaha mahir menggunakan berbagi platform digital dalam memasarkan produknya.
Ekonom Indef, Aviliani menyebut bahwa perusahaan finance technology (fintech) sulit untuk berkembang tanpa bekerja sama dengan perbankan. Sebab, perusahaan fintech belum memiliki ekosistem yang sama dengan perbankan.
Managing Director Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Mercy Simorangkir mengatakan, industri fintech di Indonesia terus mengalami peningkatan di masa pandemi covid-19. Tercatat, 80 persen dari seluruh jumlah penyelenggara fintech yang berizin merupakan anggota dari asosiasi fintech Indonesia.
Adi menilai, fintech ini merupakan bagian dari proses iring-iringan digitalisasi untuk mendorong aktivitas ekonomi. Dalam catatannya, pertumbuhan fintech mencapai di atas 40 50 persen.
Inklusi keuangan dinilai sangat penting, khususnya untuk memberikan dampak positif bagi stabilitas keuangan negara. Salah satunya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang adanya teknologi finansial.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan potensi kejahatan siber di tengah melonjaknya digitalisasi saat pandemi covid-19. Dia mencontohkan seperti miss-informasi, transaksi error, dan penyalahgunaan data pribadi.
Kendati begitu, Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyadari Indonesia masih punya pekerjaan rumah besar untuk pengembangan teknologi finansial. Mengingat indeks inklusi keuangan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan beberapa negara lain di Asia.
Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto, meyakini Finansial Teknologi atau fintech ke depan akan memainkan peran sangat penting. Sebab, dia memandang, kehadiran fintech dapat mengurangi potensi pengangguran di Tanah Air.
Airlangga mengatakan, pesatnya pertumbuhan fintech di tanah air tak lepas dari meningkatnya pemanfaatan digitalisasi oleh masyarakat. Khususnya pembayaran digital, e-commerce, layanan transportasi online, distribusi barang, dan lainnya.
Sugeng mengatakan, hal itu tercermin dari besarnya persentase pembayaran dengan uang elektronik fintech di Indonesia. Rinciannya, OVO sebesar 20 persen, Bank Mandiri sebesar 19 persen, Gopay sebesar 19 persen, Dana sebesar 10 persen, dan BCA sebesar 10 persen.
Airlangga mengatakan, kenaikan pesat penyaluran pinjaman p2p lending ini tak lepas dari peningkatan jumlah aku peminjam (borrower) dan penyaluran pinjaman.
Airlangga mengungkapkan, fintech saat ini memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air. Menyusul kian meluasnya manfaat layanan fintech hingga ke masyarakat pedesaan.
Airlangga mengatakan, manfaat dari peranan fintech kian terasa selama pandemi Covid-19 berlangsung. Hal ini tercermin dari andil besar fintech dalam kegiatan penyaluran berbagai program bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak pandemi.
Ketua Umum Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI) Ronald Wijaya mengatakan masa pandemi Covid-19 membuat pertumbuhan fintech syariah tumbuh pesat. Bahkan jumlah fintech syariah di Indonesia menjadi yang terbanyak di dunia.
"Event ini bermula inisiatif industri yang sangat bagus dari AFTECH dan AFSI dan kami dari Bank Indonesia dan OJK mendukung ini penting karena ekonomi kita memang butuh percepatan. Selama masa pandemi covid-19 sebetulnya digitalisasi sudah menunjukkan hasil yang nyata."
Dari hasil temuan tersebut, SWI terus meningkatkan upaya penindakan fintech peer to peer lending ilegal. Termasuk juga penawaran investasi dari entitas yang tidak berizin melalui peningkatan patroli siber (cyber patrol).
Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Teknologi Finansial OJK, Munawar Kasan menegaskan jika hal tersebut kemungkinan dilakukan oleh perusahaan fintech ilegal.