Menilik Keunikan Rumah Tuo Rantau Panjang di Jambi, Dioles Rempah agar Tetap Kokoh
Rumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi 700 tahun silam yang masih bisa disaksikan hingga sekarang.
Pernah melihat bagaimana bentuk bangunan tempat tinggal kuno berusia 700 tahun? Jawabannya ada di Rumah Tuo Rantau Panjang. Ini merupakan rumah adat masyarakat di Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.
Bangunannya berbentuk panggung dengan tinggi tanah dengan lantai sekitar 3 meter. Bagian bawah dibiarkan kosong, dan hanya hamparan tanah saja. Masyarakat sekitar percaya jika rumah ini tak sekedar sebagai tempat tinggal karena memiliki filosofi tersendiri.
-
Bagaimana konstruksi rumah adat Julang Ngapak? Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung. Dibuat dengan kayu Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu.
-
Bagaimana ciri khas rumah tradisional? Fokus dari rumah berbentuk tradisional adalah untuk menghadirkan nilai seni, budaya sekaligus keindahan lokal.
-
Apa keunikan Baju Kurung Tanggung Jambi? Busana adat tradisional yang biasanya jadi busana pengantin di Jambi ini memiliki keunikan tersendiri, mulai dari bahan-bahan hingga aksesoris yang melekat pada pakaian itu.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Apa keunikan rumah joglo? Bentuk tumpangsari joglo masih terawat. Struktur usuk yang berbentuk paniyung, mengerucut ke satu titik, memberikan karakteristik khas pada rumah joglo ini.
-
Bagaimana Rumah Rungko dibangun? Rumah Rungko ini dibangun menggunakan kayu pilihan dan proses penebangannya memakan waktu hingga bertahun-tahun. Hal ini disebabkan masyarakat Kluet menggunakan parang untuk menebang pohon. Apabila parang tersebut terjatuh, maka tidak boleh dilanjutkan karena tidak diizinkan oleh Tuhan.
Menurut kabar, salah satu Rumah Tuo Rantau Panjang di Desa Rantau Panjang, Kecamatan Tabir usianya sudah mencapai 700 tahun. Diperkirakan, pemilik awal mendirikannya pada 1330 silam.
Dibocorkan warga setempat, salah satu cara merawat bangunan agar tahan lama seperti rumah adat tersebut adalah dengan dioleskan rempah. Ini yang kemudian membuat bangunan itu tak pernah diganti bahan bangunannya sejak awal, bahkan mampu tahan dari guncangan gempa.
Kehadiran Rumah Tuo Rantau Panjang jadi salah satu warisan nenek moyang Jambi yang masih bisa disaksikan hingga sekarang. Yuk intip eksotismenya.
Terbuat dari Kayu, Tanpa Dipaku
Mengutip meranginkab.go.id, pembangunan rumah di masa lampau masih dilakukan dengan basis kearifan lokal. Para nenek moyang benar-benar memperhitungkan bagaimana bangunan bisa berdiri dengan kokoh, dan tidak termakan zaman.
Bahkan yang menarik, struktur dari rumah ini tidak menggunakan unsur paku maupun baut sama sekali untuk perekatnya. Mereka hanya menyusun kayu yang diberi lubang untuk disusun atau yang biasa dikenal sebagai metode kayu sendi.
Itulah mengapa, rumah ini bisa fleksibel mengikuti getaran bumi saat terjadi gempa sehingga baik dinding sampai atapnya tidak akan runtuh.
Pintu Dibuat Sangat Kecil
Di masa silam, rumah ini menggunakan atap dari ijuk kering. Namun seiring berkembangnya zaman, ijuk sulit ditemukan sehingga untuk menyiasati atap, warga setempat akhirnya mengganti pelindung bagian atas dengan seng. Seng, juga memiliki fungsi yang sama dengan atap yakni untuk melindungi dari panas dan hujan.
Desain rumah sendiri dibuat senada yakni dengan warna cat cokelat terang, dan membaginya dengan beberapa ruangan. Yang unik adalah pintu masuknya yang dibuat kecil, sehingga siapapun yang masuk harus menunduk.
Menunduk sendiri menjad simbol kesopanan, rumah menjadi tempat paling pribadi dari seseorang. Sehingga jika ingin memasukinya, perlu etika dan sopan santun sebagai budaya menghargai izin dari sang pemilik.
Ruangan yang Ada Memiliki Fungsi Khusus
Meski terkesan lebar, namun rumah tersebut memiliki beberapa ruangan dengan klasifikasi khusus. Dalam satu unitnya terdapat tiga ruangan bagi pemilik yang menempatinya.
Ruang pertama, biasa digunakan sebagai ruang pertemuan. Kemudian ada tiga bagian lantai, seperti untuk ulama yang datang berkunjung, kemudian lantai tengah untuk keluarga dan lantai lorong untuk para pekerja.
Sedangkan untuk ruang kedua, biasanya dijadikan sebagai kamar tidur, dan ruang ketiga untuk dapur. Seluruh lantainya memakai kayu yang dilapisi tikar tradisional di beberapa ruangannya.
Gunakan Rempah agar Tahan Lama
Usia 700 tahun bukan waktu yang singkat bagi sebuah rumah. Cuaca dan udara menjadi tantangan, agar bangunan bisa tetap berdiri kokoh. Agar rumah tersebut bisa tahan lama, warga sekitar mewarisi cara merawat turun temurun yakni dengan menggunakan rempah.
Iskandar, salah satu warga Desa Rantau Panjang yang memiliki rumah tersebut mengatakan bahwa ia hanya merawat rumahnya dengan mengoleskan cairan rempah. Campurannya terdiri dari tembakau, cengkeh dan daun pisang tua.
Bahan-bahan tersebut kemudian dihancurkan dan diseduh dengan air panas. Hasilnya akan berwarna hitam pekat dan inilah yang dioles ke kayu-kayu di rumah tersebut.
“Kalau rempah ini dioleskannya hanya empat atau lima bulan sekali saja,” kata Iskandar, mengutip Youtube Kemenparekraf, Senin (16/9).
Jadi Museum
Saat ini, rumah milik Iskandar juga dijadikan sebagai museum dengan menyimpan berbagai benda peninggalan Suku Batin. Suku tersebut merupakan warga asli Merangin yang hidup dengan menjunjung tinggi adat istiadat.
Iskandar diketahui merupakan generasi ke-14 yang meneruskan pelestarian rumah adat tersebut. Bagi yang tertarik, rumah adat ini terbuka untuk umum dengan keramahan sang pemilik serta warga sekitar.