Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengunjungi Masjid Raya Ganting, Dari Arena Perdebatan Ulama Minangkabau Hingga Markas Besar Hizbul Wathan

<b>Mengunjungi Masjid Raya Ganting, Dari Arena Perdebatan Ulama Minangkabau Hingga Markas Besar Hizbul Wathan</b>

Mengunjungi Masjid Raya Ganting, Dari Arena Perdebatan Ulama Minangkabau Hingga Markas Besar Hizbul Wathan

Dulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.

Masjid Raya Ganting atau yang ditulis dan dilafalkan "Gantiang" dalam bahasa Minang ini merupakan peninggalan sejarah Islam di Kota Padang yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Dulunya masjid ini menjadi salah satu rumah ibadah terbesar di Minangkabau dan menjadi sentra pengembangan dakwah Islam.

Dari segi arsitektur, masjid ini memperlihatkan akulturasi etnis-etnis yang ada di Kota Padang lalu dipadukan dengan budaya Neoklasik dari Eropa yang dominan pada bagian fasad. (Foto: Wikipedia)

Selain menjadi sentra penyebaran agama Islam, masjid ini pada masa pendudukan Jepang juga berperan penting sebagai markas Hizbul Wathan di Padang. Bahkan, Presiden Soekarno pernah menginap di rumah Umar Marah Alamsyah (Ketua Komite Rakyat) yang tak jauh dari kompleks masjid dan juga berpidato di masjid ini.

Seperti apa sejarah dari masjid tertua di Kota Padang ini? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut.

Sejarah Masjid

Berdirinya Masjid Raya Ganting tak bisa lepas dari sebuah surau. Dulu di Kapalo Koto (sekarang daerah Seberang Padang) terdapat surau yang dibangun sekitar abad ke-18.

Lalu surau ini dipindahkan ke Kampung Ganting dan diberi nama Surau Kampung Ganting.

Surau yang dibangun menggunakan bahan kayu dan atapnya berbahan rumbia itu diperkirakan usianya sudah sangat tua.

Mengunjungi Masjid Raya Ganting, Dari Arena Perdebatan Ulama Minangkabau Hingga Markas Besar Hizbul Wathan

Masjid Raya Ganting ini merupakan pengganti dari surau tersebut. Pendirian masjid ini sejalan dengan pembentukan desa atau Nagari oleh delapan suku di Padang bernama Nagari Nan Salapan Suku.

Awal Pembangunan

Dihimpun dari situs resmi padang.go.id dan beberapa sumber lainnya, masjid ini dibangun sekira tahun 1805 dan selesai pada tahun 1810 yang diarsiteki oleh Haji Umar. Tanah untuk pembangunan masjid ini didapatkan dari hasil wakaf masyarakat Kampung Ginting.

Namun ada yang menyebutkan bahwa pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1866. Akan tetapi, proses pembangunannya berjalan lambat sehingga memakan waktu hingga 20 tahun. Kendala dari lamanya pembangunan ini karena dana yang selalu kurang.

Masjid Raya Ganting ini sempat terkena gempa dan tsunami yang melanda Pantai Barat Sumatra pada tahun 1833. Namun, secara keseluruhan bangunannya masih utuh dan hanya bagian lantainya yang rusak.

Masa Penjajahan Belanda

Ketika masa Hindia Belanda, sebagai masjid terbesar yang ada di Minangkabau. tempat ini pernah menjadi arena perdebatan dan perebutan pengaruh ulama besar yang terbagi menjadi Kaum Tua dan Kaum Muda. Hal ini bermula dari masalah Ikhtilaf hingga metode menentukan waktu Bulan Ramadan yang membuat lahirnya dua kubu.

Abdullah Ahmad salah satu tokoh yang mendukung pembaruan dalam bidang agama sempat mengajar di Masjid Raya Ganting. Dari pengajarannya itu ia meraih banyak pengikut, namun di sisi lain ia juga ditolak oleh kelompok pendukung tradisi.

Perseteruan ini semakin memanas ketika Kaum Tua menolak Haji Talib untuk meneruskan jabatannya sebagai Imam di masjid tersebut. Menurut mereka, Haji Talib tidak mengeraskan membaca niat salat dan mengikuti awal Bulan Ramadan dengan metode hisab.

Suasana dua kubu ini semakin keruh membuat pejabat Pemerintah Belanda di Padang sampai turun tangan. Pihaknya memberikan solusi agar memiliki dua imam yang masing-masing merepresentasikan Kaum Muda dan Kaum Tua. Namun, solusi tersebut bukanlah menjadi jalan keluar.

Masjid Raya Ganting bukan hanya sebagai tempat untuk perdebatan antar ulama saja, melainkan juga pernah menjadi markas Hizbul Wathan atau gerakan kepanduan Muhammmadiyah. Masjid ini menjadi jambore nasional pertama pada tahun 1932 silam.

Arsitektur Hasil Akulturasi

Masjid ini juga memiliki gaya arsitektur yang cukup unik. Secara keseluruhan, bangunan ini kerap disebut sebagai hasil akulturasi etnis-etnis yang ada di Kota Padang.

Pada abad ke-19, Kota Padang telah dihuni oleh berbagai bangsa dan kelompok etnis, mulai dari Tionghoa, Eropa, dan juga India. Mereka kemudian membentuk sebuah perkampungan yang tak jauh dari wilayah masjid. Bahkan sampai sekarang kampung tersebut masih dapat dijumpai.

Masjid ini memiliki atap berbentuk berundak yang mencirikan sebagai arsitektur masjid Nusantara. Puncaknya diberi kubah nenas dengan hiasan mustaka. Pengaruh budaya Eropa dan India terlihat pada fasad masjid yang menutupi seluruh dinding di bagian depan serta dinding bagian samping.

Untuk elemen-elemen fasad ini meliputi pelengkung (bagian lekukan bangunan), friz, dan parapet yang terinspirasi dari gaya arsitektur Neoklasik. (Foto: duniamasjid.islamic-center.or.id)

Mengunjungi Masjid Raya Ganting, Dari Arena Perdebatan Ulama Minangkabau Hingga Markas Besar Hizbul Wathan
Mengunjungi Masjid Agung Ponorogo, Dulunya Musala Tempat Ulama Bersembunyi dari Kekejaman Kolonial Belanda
Mengunjungi Masjid Agung Ponorogo, Dulunya Musala Tempat Ulama Bersembunyi dari Kekejaman Kolonial Belanda

Sebelum membangun masjid, para tukang harus dalam keadaan suci

Baca Selengkapnya
Mengunjungi Sendang Duwur Lamongan, Kompleks Makam Kuno Tiga Tingkat dengan Masjid di Puncaknya
Mengunjungi Sendang Duwur Lamongan, Kompleks Makam Kuno Tiga Tingkat dengan Masjid di Puncaknya

Kompleks ini menunjukkan budaya Hindu dan Islam yang magis

Baca Selengkapnya
Bergaya Kuno, Begini Asal Usul Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang Dulu Dibangun oleh Saudagar Yaman
Bergaya Kuno, Begini Asal Usul Masjid Langgar Tinggi Pekojan yang Dulu Dibangun oleh Saudagar Yaman

Masjid ini dulunya dibangun oleh saudagar asal Yaman. Begini kisahnya

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Lestarikan Budaya Leluhur, Masjid Tua di Banyumas Ini Ternyata Punya Tradisi Unik saat Ramadan
Lestarikan Budaya Leluhur, Masjid Tua di Banyumas Ini Ternyata Punya Tradisi Unik saat Ramadan

Saat dzikir, mereka mematikan lampu masjid agar prosesi ibadah itu berjalan lebih khusyuk

Baca Selengkapnya
Melihat Uniknya Masjid Al Ittihad di Tangerang, Kubahnya Berbentuk Pagoda
Melihat Uniknya Masjid Al Ittihad di Tangerang, Kubahnya Berbentuk Pagoda

Masjid ini membawa misi toleransi di Kota Tangerang.

Baca Selengkapnya
Keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan, Padukan Budaya Cirebon, Tiongkok dan Kudus
Keunikan Masjid Merah Kedung Menjangan, Padukan Budaya Cirebon, Tiongkok dan Kudus

Masjid Kedung Menjangan juga dikenal sebagai masjid merah, selalui Masjid Sang Cipta Rasa yang sudah lebih dulu ada.

Baca Selengkapnya
Masjid di Bawean Ambruk akibat Gempa Tuban
Masjid di Bawean Ambruk akibat Gempa Tuban

Masjid Al-Muhadjirin di Balikbang Gunung, Desa Gunung Teguh, Kecamatan Sangkapura Pulau Bawean ambruk akibat gempa Tuban.

Baca Selengkapnya
Kisah di Balik Masjid Jami Al Makmur Cikini, Warisan Raden Saleh yang Pernah Digotong Manual karena Akan Digusur
Kisah di Balik Masjid Jami Al Makmur Cikini, Warisan Raden Saleh yang Pernah Digotong Manual karena Akan Digusur

Kabarnya masjid ini dulu pernah digotong manual agar tidak digusur.

Baca Selengkapnya
Bacaan Doa Masuk Masjid dan Keluar yang Perlu Diketahui Umat Islam, Jangan Diabaikan
Bacaan Doa Masuk Masjid dan Keluar yang Perlu Diketahui Umat Islam, Jangan Diabaikan

Berikut bacaan doa masuk Masjid dan keluar Masjid yang perlu diketahui umat Islam.

Baca Selengkapnya