Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah Ketupat di Momen Lebaran, Menyimpan Makna Mendalam

<b>Sejarah Ketupat di Momen Lebaran, Menyimpan Makna Mendalam</b>

Sejarah Ketupat di Momen Lebaran, Menyimpan Makna Mendalam

Makanan khas hari raya Idul Fitri ini ternyata menyimpan makna dan filosofi yang dalam.

Ketupat bukan sekadar simbol khas Lebaran, tapi juga menyimpan lapisan-lapisan makna yang begitu dalam. Makanan tradisional ini lebih dari sekedar hidangan, ia adalah jalinan sejarah dan budaya yang terentang sejak zaman dahulu.

Dalam rangkaian perayaan Lebaran, ketupat menjadi sajian untuk merayakan kemenangan, kebersamaan, dan kesucian hati setelah sebulan penuh berpuasa.

Sejarah ketupat di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh budaya dan agama yang datang bersama para pedagang dan penyebar agama. Dari pantai barat Sumatera hingga kepulauan Maluku, ketupat telah menjadi bagian dari tradisi lokal yang unik.

Setiap daerah memiliki cerita dan cara pembuatan ketupat yang berbeda, namun semuanya berujung pada satu tujuan yang sama: mempererat tali persaudaraan di momen yang paling dinanti.

Ketupat tidak hanya sekedar makanan, ia adalah kanvas yang merekam jejak perjalanan bangsa. Dari generasi ke generasi, resep dan cara pembuatan ketupat diwariskan sebagai bagian dari warisan budaya.

Di balik anyaman daun kelapa, tersimpan pesan-pesan leluhur yang mengajarkan kita tentang kesederhanaan, kerendahan hati, dan arti sebuah kebersamaan. Ketupat, dengan segala makna yang ia bawa, menjadi jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini di setiap perayaan Lebaran.

Sejarah Ketupat saat Lebaran

Ketupat, makanan tradisional yang sering kita temui saat perayaan Lebaran, memiliki sejarah yang panjang dan kaya akan makna. Ketupat sebenarnya sudah ada sejak zaman Hindu-Budha di Jawa.

Pada tahun 1600-an, saat Islam mulai menyebar di Jawa, ketupat diperkenalkan oleh seorang tokoh penting dalam penyebaran Islam, yaitu Raden Mas Sahid atau yang dikenal sebagai Sunan Kalijaga. Beliau memperkenalkan ketupat dengan filosofinya yang penuh makna.

Pada masa ini, ketupat diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga bukan sekadar makanan biasa, tapi dengan filosofi khas lebaran. Ketupat, atau kupat dalam bahasa Jawa, adalah kependekan dari istilah ‘Ngaku Lepat’ dan ‘Laku Papat’. Ketupat pun menjadi simbol perayaan hari raya Idul Fitri pada masa kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.

Dari sini kita tahu bahwa sejarah ketupat sebagai simbol untuk perayaan di hari raya Idul Fitri umat Islam adalah sejak pemerintahan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah. Di masa ini, Sunan Kalijaga membudayakan dua kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupat.

Bada kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Saat bada kupat di zaman itu, hampir setiap rumah di Jawa terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda. Selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras lalu dimasak. Kemudian ketupat akan diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Makna di Balik Ketupat

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari istilah ‘Ngaku Lepat’ dan ‘Laku Papat.’ Ngaku lepat punya arti mengakui kesalahan. Ngaku lepat diimplementasikan saat lebaran dalam bentuk sungkeman di hadapan orang tua. Sungkeman yakni bersimpuh di hadapan orang tua seraya memohon ampun atau meminta maaf. Ngaku lepat juga berbentuk saling mengakui dan memaafkan kesalahan satu sama lain.

Sementara itu, istilah lain dari ketupat atau kupat, yaitu laku papat, memiliki arti empat tindakan dalam perayaan lebaran. Empat tindakan tersebut adalah lebar, luber, lebur, dan labur.

Lebar diartikan sebagai seseorang yang terlepas dari kemaksiatan. Lebur diartikan sebagai lebur dari dosa. Luber diartikan sebagai luber dari pahala, keberkahan, dan rahmat Allah SWT. Dan terakhir, labur diartikan sebagai bersih.

Filosofi Ketupat saat Lebaran

Tak hanya maknaya yang luar biasa. Filosofi ketupat di momen lebaran juga sangat dalam. Ini karena tiap-tiap elemen yang ada pada ketupat memiliki foilosofinya masing-masing:

1. Janur

Janur, atau daun kelapa muda yang menjadi pembungkus ketupat, merupakan kepanjangan dari ‘sejatine nur’ dalam filosofi Jawa. Arti dari filosofi ini yaitu manusia berada dalam kondisi suci setelah berpuasa Ramadan. Dalam budaya Jawa, janur juga dipercaya sebagai penolak bala.

2. Bentuk Ketupat

Ketupat yang berbentuk segi empat juga menyimpan arti tentang empat nafsu dunia, yaitu, amarah, rasa lapar, rasa ingin memiliki sesuatu yang indah, dan rasa ingin memaksakan diri. Orang yang memakan ketupat diibaratkan telah mampu mengendalikan empat nafsu tersebut selama berpuasa. Selain itu, bentuk segi empat dari ketupat juga bermakna kiblat papat lima pancer, yang berarti empat arah mata angin dengan satu pusat, yaitu arah jalan hidup manusia di mana pusatnya adalah Sang Pencipta Allah SWT.

3. Anyaman Ketupat

Anyaman ketupat yang memiliki detail rumit memiliki arti bahwa hidup manusia penuh dengan liku-liku, di mana pasti ada kesalahan di dalamnya. Anyaman pada ketupat diharapkan menjadi penguat bagi satu sama lain antara jasmani dan rohani.

4. Isi Ketupat

Isi ketupat yang biasanya butiran beras nantinya dibungkus dalam janur. Isi ketupat ini juga memiliki arti, yaitu sebagai simbol kebersamaan dan kemakmuran. Saat ketupat dibelah, warna putih dari nasi yang telah matang melambangkan kebersihan setelah bermaaf-maafan.

5. Hidangan Pendamping

Ketupat biasanya disantap bersama hidangan pendamping berbahan santan seperti opor, rendang, atau gulai. Santan ini memiliki filosofi, yaitu pangapunten atau permohonan maaf. Dengan begitu, ketupat memiliki filosofi yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah meminta maaf dari segala kesalahan.

Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa
Mengulik Lebaran Ketupat, Tradisi Penting dalam Budaya Masyarakat Muslim Jawa

Lebaran Ketupat dilaksanakan satu minggu setelah perayaan Idul Fitri, tepatnya pada 8 Syawal.

Baca Selengkapnya
Kemendikbud Telusuri Sejarah dan Meneliti Jalur Rempah
Kemendikbud Telusuri Sejarah dan Meneliti Jalur Rempah

Penelusuran jejak Jalur Rempah berupa Cagar Budaya sudah dilakukan sejak tahun 2020 hingga 2023.

Baca Selengkapnya
Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia
Mengenang Momen Pengumuman Hari Lebaran di Masa Awal Kemerdekaan Indonesia

Semua masyarakat pribumi larut dalam kegembiraan dalam merayakan kemenangan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam
Mengenal Tradisi Sarafal Anam, Kesenian Khas Bengkulu yang Kental dengan Nuansa Islam

Sebuah kesenian asli Bengkulu yang kental dengan agama Islam ini tak lepas dari sejarah kedatangannya Islam ke Kabupaten Kaur sejak ratusan tahun.

Baca Selengkapnya
Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang
Berziarah ke Makam Kyai Damar, Konon Utusan Wali Songo dan Tokoh Penyebar Agama Islam di Semarang

Masyarakat setempat menganggap sosoknya seperti "damar" atau lentera yang menerangi dalam gelap

Baca Selengkapnya
Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam
Mengulik Tradisi Bersyukur dengan Bubur Sumsum, Ternyata Punya Makna dan Filosofi Mendalam

Bubur ini bukan sekadar makanan untuk dimakan secara biasa, tetapi memiliki makna yang mendalam dalam konteks tradisi Jawa.

Baca Selengkapnya
Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu
Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu

Candi Prambanan adalah peninggalan agung dari masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang masih eksis hingga sekarang.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita
Mengenal Sekura, Tradisi Masyarakat Lampung Rayakan Lebaran dengan Sukacita

Topeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.

Baca Selengkapnya
Dalang Harus Perempuan, Begini Sejarah Kentrung Bate Dulu untuk Dakwah Islam Kini Jadi Hiburan Warga Tuban
Dalang Harus Perempuan, Begini Sejarah Kentrung Bate Dulu untuk Dakwah Islam Kini Jadi Hiburan Warga Tuban

Pertunjukan kesenian ini biasanya digelar pada hari-hari besar

Baca Selengkapnya