Menurut Penelitian, Ini yang Membuat Wajah Seseorang Dinilai Cantik: Simetri dan Rata-rata Jadi Kunci?
Penelitian ungkap faktor penentu wajah dinilai cantik, tak hanya simetri tapi juga 'rata-rata'. Aroma tubuh dan kepribadian juga berpengaruh pada persepsi.

Penilaian terhadap kecantikan wajah ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Selama ini, banyak orang mengira bahwa wajah yang simetris adalah kunci utama dari kecantikan. Namun, berbagai penelitian terbaru justru mengungkap bahwa ada faktor lain yang tak kalah penting, yaitu 'rata-rata'. Apa maksudnya?
Menurut sebuah studi dari University of California, San Diego dan University of Toronto di Kanada, jarak antara pusat mata seorang wanita memengaruhi apakah dia dianggap cantik. Orang menganggapnya paling menarik ketika jarak itu sedikit di bawah setengah lebar wajah. Sama pentingnya, mereka menemukan, adalah jarak antara mata dan mulut seorang wanita. Seharusnya lebih dari sepertiga tinggi wajahnya. Kedua jarak tersebut sesuai dengan rata-rata populasi, atau mendekatinya.
Selain itu, aroma tubuh dan kepribadian juga memainkan peran penting dalam persepsi kecantikan seseorang. Bagaimana aroma tubuh bisa memengaruhi penilaian terhadap kecantikan? Dan bagaimana kepribadian seseorang bisa membuat wajahnya terlihat lebih menarik?
Sains di Balik Kecantikan Wajah: Simetri dan 'Rata-rata'
Selama ini, simetri wajah sering dianggap sebagai salah satu faktor utama penentu kecantikan. Wajah yang simetris, di mana sisi kiri dan kanannya memiliki proporsi yang seimbang, dianggap lebih menarik dan enak dipandang. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa ada faktor lain yang tak kalah penting, yaitu 'rata-rata'.
Anthony Little, seorang psikolog dari University of Stirling di Skotlandia, menjelaskan bahwa wajah yang menarik cenderung memiliki fitur yang mirip dengan rata-rata wajah orang lain dalam suatu populasi. Artinya, wajah tersebut tidak memiliki fitur yang terlalu menonjol atau berbeda dari kebanyakan orang. "Rata-rata mencakup semua jenis faktor," kata Little. "Seperti ukuran fitur wajah Anda dan susunannya."
Lalu, mengapa wajah yang 'rata-rata' bisa dianggap lebih menarik? Coren Apicella, seorang psikolog dari University of Pennsylvania di Philadelphia, berpendapat bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh faktor keakraban. Wajah yang 'rata-rata' lebih mudah dikenali dan diproses oleh otak kita, sehingga kita merasa lebih nyaman dan tertarik padanya. "Mungkin wajah rata-rata lebih menarik karena tampak lebih familiar," kata Apicella.
Untuk membuktikan teorinya, Apicella melakukan penelitian dengan melibatkan dua kelompok orang dewasa muda, yaitu orang Inggris dan suku Hadza. Suku Hadza adalah kelompok pemburu-pengumpul di Tanzania yang belum terpapar budaya dan standar kecantikan Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dari kedua budaya tersebut lebih menyukai wajah yang merupakan rata-rata dari banyak wajah, bukan hanya beberapa wajah. Namun, suku Hadza hanya menyukai wajah Hadza, sementara orang Inggris menyukai wajah Hadza dan wajah Inggris.

Aroma Tubuh dan Suara: Pelengkap Kecantikan yang Sering Terlupakan
Selain fitur wajah, aroma tubuh dan suara juga ternyata memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi kecantikan seseorang. Sebuah penelitian dari University of Wroclaw, Polandia, menunjukkan bahwa aroma tubuh yang harum dan suara yang merdu dapat meningkatkan daya tarik fisik seseorang.
Sebaliknya, bau badan yang tidak sedap dapat mengurangi daya tarik seseorang, bahkan jika orang tersebut memiliki wajah yang dianggap cantik. Suara yang menyenangkan, di sisi lain, dapat memberikan kesan positif seperti kebaikan, kepercayaan diri, dan keramahan.
Penelitian tersebut juga mengungkap bahwa orang cenderung mengasosiasikan aroma tubuh tertentu dengan karakteristik kepribadian tertentu. Misalnya, aroma tubuh yang segar dan bersih sering dikaitkan dengan orang yang jujur dan dapat dipercaya, sementara aroma tubuh yang kuat dan menyengat sering dikaitkan dengan orang yang agresif dan tidak menyenangkan.
Dengan demikian, menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh serta melatih intonasi dan volume suara dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan daya tarik fisik seseorang. Aroma tubuh dan suara yang menyenangkan dapat melengkapi kecantikan wajah dan menciptakan kesan yang lebih positif dan menarik.
Kepribadian: Kecantikan dari Dalam yang Memancar Keluar
Pepatah mengatakan, "Kecantikan sejati berasal dari dalam." Pepatah ini ternyata memiliki dasar ilmiahnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa sifat kepribadian seseorang dapat memengaruhi persepsi kecantikan alaminya.
Sebuah studi menemukan bahwa perempuan yang peka dan responsif cenderung dinilai lebih menarik dan cantik oleh pria. Kepekaan dan responsivitas menunjukkan bahwa perempuan tersebut memiliki empati dan perhatian terhadap orang lain, yang merupakan kualitas yang sangat dihargai dalam hubungan interpersonal.
Selain itu, sifat-sifat positif seperti keramahan, kecerdasan, dan rasa humor juga dapat meningkatkan daya tarik seseorang. Orang yang ramah dan mudah bergaul cenderung lebih disukai dan dianggap lebih menarik daripada orang yang dingin dan tidak ramah.
Kecerdasan dan rasa humor juga dapat membuat seseorang terlihat lebih menarik karena menunjukkan bahwa orang tersebut memiliki wawasan yang luas dan kemampuan untuk melihat sisi lucu dari kehidupan. Dengan demikian, mengembangkan kepribadian yang positif dan menarik dapat menjadi cara efektif untuk meningkatkan daya tarik fisik seseorang.

Standar Kecantikan yang Terus Berubah: Pengaruh Media Sosial dan Teknologi
Di era digital ini, standar kecantikan semakin dipengaruhi oleh media sosial dan teknologi. Filter kecantikan di media sosial dapat mengubah tampilan wajah seseorang secara instan, menciptakan ilusi kulit mulus, mata besar, dan hidung mancung.
Namun, penggunaan filter kecantikan secara berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada persepsi diri seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang terbiasa menggunakan filter kecantikan cenderung merasa tidak percaya diri dengan wajah aslinya dan mengembangkan standar kecantikan yang tidak realistis.
Selain itu, media sosial juga sering menampilkan gambar-gambar tubuh ideal yang tidak realistis, yang dapat menyebabkan orang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka sendiri. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa standar kecantikan yang ditampilkan di media sosial seringkali tidak realistis dan tidak mencerminkan keragaman kecantikan yang ada di dunia nyata.
Kaitlin Ryan dan Isabel Gauthier dari Vanderbilt University di Nashville, Tenn., menemukan bahwa ini benar – bahkan ketika wajah-wajah itu bukan manusia. Pasangan ini meminta 297 orang dewasa muda untuk melihat gambar pria, wanita, boneka Barbie, dan wajah Transformer (mainan). Wanita biasanya lebih baik dalam mengenali wajah daripada pria. Tetapi pria yang bermain dengan mainan Transformer sebagai anak-anak lebih baik daripada wanita dalam mengidentifikasi wajah Transformer. Paparan masa kanak-kanak terhadap Transformers melekat pada pria, meningkatkan kinerja mereka, mereka melaporkan dalam Vision Research Desember 2016.
Kecantikan Itu Subjektif dan Kompleks
Secara keseluruhan, penilaian kecantikan sangat subjektif dan kompleks. Meskipun wajah memainkan peran penting, faktor-faktor lain seperti aroma tubuh, suara, kepribadian, dan bahkan pengaruh teknologi modern turut membentuk persepsi kita tentang kecantikan. Tidak ada satu standar kecantikan universal yang berlaku untuk semua orang.
Oleh karena itu, penting untuk menghargai keragaman kecantikan yang ada di dunia ini dan tidak terpaku pada standar kecantikan yang sempit dan tidak realistis. Kecantikan sejati terpancar dari dalam diri seseorang, dari kepribadian yang positif, hati yang baik, dan semangat yang membara.
Seperti yang dikatakan oleh Anthony Little, "Penampilan adalah hal pertama yang kita nilai dari orang lain. Namun, seiring kita mengenal orang tersebut, penampilan fisik menjadi kurang penting."