![Megawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/5/24/1716550985186-wzwvo.jpeg)
Megawati Sedih Lihat TNI-Polri Dibawa Lagi ke Politik Praktis
Megawati menyebut ada pemisahan TNI-Polri dan menciptakan lembaga yang lebih profesional dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi.
Megawati menyebut ada pemisahan TNI-Polri dan menciptakan lembaga yang lebih profesional dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi.
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengingatkan perjuangan hingga reformasi bisa lahir dan terwujud. Ia lantas membandingkannya dengan siatuasi anomali demokrasi saat ini khususnya terkait Pilpres 2024.
Hal ini disampaikannya saat memberikan pidato politik di arena Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ke-V Partai di Beach City International Stadium Ancol, Jakarta, Jumat (24/5).
Menurut Megawati, Reformasi lahir lantaran ada pemerintahan otoriter dan keinginan mewujudkan demokrasi.
“Reformasi lahir sebagai koreksi menyeluruh terhadap watak pemerintahan otoriter, untuk mewujudkan negara hukum yang demokratis. Dalam proses ini, partai politik, pers, supremasi hukum, sistem meritokrasi, dan Pemilu yang jurdil harus hadir sebagai satu ekosistem demokrasi,” kata Megawati.
Saat menjabat sebagai Presiden, Megawati menyebut ada pemisahan TNI-Polri dan menciptakan lembaga yang lebih profesional dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi.
"Dalam masa kepemimpinan saya sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia, reformasi telah memisahkan TNI dan Polri. Kedua lembaga negara ini dituntut profesional, melepaskan dirinya dari Dwigungsi ABRI, dan bersikap netral dalam setiap pesta demokrasi," tutur Megawati.
Dia teringat saat menerima penugasan untuk memisahkan TNI dan Polri tersebut. Saat itu, ABRI selama Orde Baru digunakan sebagai mesin politik melalui fungsi sosial politiknya.
"Pemisahan ini, jangan lupa ini keputusan MPR. TAP MPR-nya ada. Dilakukan sebagai kehendak rakyat. Dalam proses itu saya berharap agar TNI dan Polri dapat belajar dari para seniornya," ungkap Megawati.
Dia pun menjelaskan, TNI-polisi harus bisa belajar dari Panglima Besar Jenderal Sudirman yang sangat sederhana. Kemudian ada sosok seperti Oerip Sumohardjo, Gatot Subroto dan lainnya.
"Menurut saya mereka orang yang punya karakter," kata Megawati.
Sementara itu di Polri, ada sosok Jenderal Pol Hoegeng yang juga sederhana. Megawati mengaku amat mengenal kepribadian Hoegeng.
"Kapan polisi seperti Pak Hoegeng lagi ya?," tanya Megawati.
Menurutnya, kondisi ideal yang dituju itu kini malah terancam. Dia menyinggung saat ini ada indikasi kuat intimidasi oleh aparat ke sejumlah pihak.
Bahkan sampai TNI dan Polri dibawa lagi ke politik praktis.
"Masak TNI-Polri dibawa lagi ke politik praktis sebagaimana kita rasakan dalam pilpres yang baru saja berlalu. Saya tuh sedihnya ya gitu," tegas Megawati.
Megawati lalu membandingkan Pemilu langsung pertama pada 2004 dengan Pemilu 2024. Dia menilai, Pemilu 2024 banyak rekayasa, berbeda dengan Pemilu 2004 yang berjalan baik dan lancer.
merdeka.com
Menurutnya, TNI-Polri tidak perlu takut dengan wanti-wanti Megawati itu.
Baca SelengkapnyaMegawati Sentil Partai Politik Rebutan Jatah Menteri, Ini Ucapannya
Baca SelengkapnyaMenurut Mega, prajurit TNI masa kini sudah 'melempem'.
Baca SelengkapnyaMegawati Goda Puan soal Posisi Ketum PDIP, Ini Kata Pakar Politik
Baca SelengkapnyaMegawati mengatakan, aparat penegak hukum saat ini dipakai untuk mengintimidasi lawan politik.
Baca SelengkapnyaMegawati meminta agar para kadernya tidak cengeng dengan kondisi politik saat ini
Baca SelengkapnyaMegawati mengaku bingung, lantaran republik saat ini ke balik-balik.
Baca SelengkapnyaMegawati Mengaku Sekarang jadi Tukang Ngamuk: Kalau Enggak Diamukin, Banteng Dipanahin Melulu
Baca Selengkapnya