Sejarah kedatangan etnis Tionghoa di Indonesia
Merdeka.com - Masyarakat Tionghoa di Indonesia setiap tahunnya merayakan Tahun Baru Imlek yang dimulai pada hari pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir pada hari kelimabelas lewat perayaan Cap Go Meh. Tahun ini, mereka akan merayakan Tahun Baru Imlek 2567 pada Senin (8/2) mendatang.
Sejumlah tempat perbelanjaan pun dari tahun ke tahun semakin penuh hingga sesak oleh mereka yang berburu pernak pernik sambut jatuhnya waktu pesta. Ini terlihat dari semakin banyaknya kaum Tionghoa di Indonesia.
Lalu bagaimana cara awal mereka menetap di Indonesia?
Sejarahwan Didi Kwartanada mengungkapkan, kedatangan Tionghoa ke Indonesia (yang saat itu masih bernama Nusantara) yakni pada awal abad ke-5 Masehi. Pada tahun 414, para Tionghoa yang melakukan perjalanan ke India terdampar di Jawa. Mereka terdampar seiring dengan hubungan perdagangan Nusantara.
"Tapi waktu itu orang Tionghoanya masih sedikit. Baru pada tahun 1415 sudah mulai banyak orang Tionghoa ke Jawa seiring dengan hubungan dagang Nusantara (Indonesia)," kata Didi saat dihubungi merdeka.com, Jumat (5/2).
Selepas itu, semakin banyak pula orang Tionghoa seperti berasal dari Mongol memilih tak pulang dan menetap di Indonesia. Hampir seluruh orang Tionghoa tidak membawa istrinya saat hijrah ke Indonesia. Memang pada saat itu, orang Tionghoa dilarang membawa istrinya karena seorang perempuan dilarang keluar dari Tiongkok.
"Mereka pun menikahi sejumlah perempuan Indonesia yang akhirnya membuahkan benih seorang peranakan Indonesia-Tionghoa," jelasnya.
Selanjutnya, orang Tionghoa ini pun membaur dengan bahasa, makanan, pakaian, dan agama di Indonesia. Di Indonesia pula, mereka giat sekali bekerja seperti bertani, berdagang senjata, dan lain sebagainya.
Diketahui, dalam buku berjudul 'Tionghoa dalam Pusaran Politik' terbitan TransMedia tahun 2008, kurang lebih 5.000 orang Tionghoa datang ke Indonesia. Tahun 1683, jumlah orang Tionghoa berkembang pesat di Pulau Jawa.
Jumlah penduduk Tionghoa lantas melebihi 100.000 orang pada permulaan abad ke-19. Mereka hidup menyebar ke seluruh Pulau Jawa, ke daerah pedalaman dan di sepanjang pesisir utara.
Selama tinggal di tanah Indonesia, orang Tionghoa dikenal rajin dan pintar mencari uang apalagi di bidang perdagangan. Tanpa adanya orang Tionghoa, Pulau Jawa bukan merupakan koloni yang menguntungkan.
Orang Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia juga sangat dekat dengan raja-raja dan kraton Jawa. Banyak juga yang diberi gelar bangsawan oleh raja Jawa dan dinikahkan dengan putri kraton.
Atau sebaliknya, banyak juga putri dari orang Tionghoa yang dijadikan selir oleh raja-raja Jawa. Di antaranya Putri Cina yang dijadikan istri Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Perkawinan silang budaya, etnis, negara ini pun membuahkan keturunan.
(mdk/war)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perayaan Hari Raya Imlek bagi masyarakat Tionghoa di Indonesia akan segera tiba, berikut sejarahnya.
Baca SelengkapnyaMengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.
Baca SelengkapnyaSebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemilu 1955 ini menjadi yang pertama kali diadakan setelah Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1945.
Baca SelengkapnyaPemilu pertama di Indonesia dilaksanakan pada tahun 1955.
Baca SelengkapnyaTarekat utama dari ajaran Tasawuf Sunni ini memberikan pengaruh serta beperan penting dalam peradaban Islam di Asia bahkan hingga ke negeri Tiongkok.
Baca SelengkapnyaTanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Baca SelengkapnyaKereta api Turangga adalah salah satu kereta api yang memiliki sejarah panjang, nama kereta ini diambil dari kendaraan mitologi tunggangan para bangsawan Jawa.
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca Selengkapnya