Nenek Penjual Nasi Uduk Disebut Meninggal Bukan karena Antre Gas 3 Kg, Polsek Pamulang Diminta Buka Rekaman CCTV
Polsek Pamulang sebaiknya fokus dalam melakukan pengamanan dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait agar distribusi gas subsidi bisa tepat sasaran.

Masyarakat mendorong kepolisian bekerja secara transparan dan profesional dalam melindungi dan mengayomi masyarakat terutama dalam menghadapi isu kelangkaan gas elpiji 3 kilogram hingga menyebabkan seorang nenek penjual nasi uduk di Pamulang meninggal dunia usai kelelahan mengantre gas.
Ketua LBH Keadilan, Abdul Hamim Jauzie menyoroti pernyataan Polsek Pamulang yang menyebut nenek Yonih, penjual nasi uduk meninggal bukan karena antre elpiji 3 kilogram.
"Kami menyayangkan Kapolsek Pamulang yang berpolemik soal meninggalnya Ibu Yonih. Banyak sekali pemberitaan tentang meninggalnya Ibu Yonih akibat mengantre gas. Di tempat lain antrean panjang juga tidak terelakkan," kata Hamim, Rabu (5/2).
Menurut Hamim, Polsek Pamulang sebaiknya fokus dalam melakukan pengamanan dan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait agar distribusi gas subsidi bagi masyarakat bisa tepat sasaran.
"Sebaiknya Polsek Pamulang fokus saja melakukan pengamanan dan bekerjasama dengan pihak terkait agar penyaluran gas menjadi teratur," ujar Hamim.
Demi menjaga kepercayaan publik terhadap institusi Polri, Hamim meminta kepolisian membuka secara transparan rekaman CCTV yang menerangkan ikhwal kejadian yang dialami almarhuman Yonih sebelum meninggal dunia seperti yang disanggah Kapolsek dan menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
"Buka Rekaman CCTV untuk transparansi. Kapolsek Pamulang mengaku memiliki rekaman CCTV yang menunjukan Ibu Yonih meninggal dunia bukan karena mengantre gas. Sementara banyak media masa memberitakan sebaliknya,” ujar dia.
“Kapolsek Pamulang sebaiknya segera membuka rekaman CCTV tersebut kepada publik. Rekaman ini adalah bukti visual yang paling akurat dan dapat menghilangkan spekulasi serta memberikan kejelasan tentang kejadian yang sebenarnya,” tegas dia.
LBH yang fokus terhadap masalah keadilan dan hukum terhadap masyarakat kecil ini juga menegaskan bahwa bukti rekaman CCTV yang disampaikan ke publik itu juga menunjukkan tanggungjawab Polri terhadap publik dan sikap profesional Polri dalam melindungi dan mengayomi masyarakat.
“Membuka rekaman CCTV juga sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik. Jadi, buka rekaman CCTV untuk transparansi,” tandas dia.
Desakan serupa juga disampaikan warga net yang merasa tidak yakin dan percaya atas pernyataan Kapolsek Pamulang atas kematian nenek Yonih yang menerangkan bahwa sang nenek memperoleh gas tanpa mengantre dan tidak menunjukkan bukti identitas diri (KTP).
“Tetep aja pak semuanya karena gas yang sulit didapat, coba klo gasnya ada deket-deket warung klontong gak akan sampai meninggal kelelahan cari-cari gas sampe pangkalan yang jumlahnya dikit ditiap daerah,” tulis @saladinayub.
“Apanya yang diluruskan? ngadi-ngadi,” tulis warga pemilik akun @shor8here diakun instagram komunitas @kabarbintaro.
“Ya karna jalan jauh untuk beli gas, jangan nyari pembenaran lah. Walaupun faktanya kurang sesuai narasi yang ada,” tulis @rovoly.
Kronologi Lengkap Nenek Penjual Nasi Uduk Meninggal versi Polisi
Seorang lansia warga Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, meninggal dunia diduga kelelahan usai mengantre tabung gas di kawasan Pamulang Senin (3/2). Sejak akhir pekan lalu, gas 3kg di seluruh wilayah langka.
Kapolsek Pamulang, Kompol Widya Agustiono menerangkan kronologis kematian nenek Yonih Binti Saman (68). Dia menegaskan nenek Yonih tidak meninggal saat mengantre gas elpiji di agen distribusi gas 3 kilogram yang berjarak 300 meter dari rumahnya. Justru, kata Kapolsek, nenek Yonih sudah memperoleh tabung gas bahkan tanpa antrean.
“Itu enggak ada antrean di situ, dia (almarhumah) itu pelaku UMKM, dia berjualan," kata Kapolsek Pamulang Kompol Widya Agustiono dikonfirmasi, Selasa (4/2).
Nenek Yonih Langsung dapat Gas 3 kg
Menurut Kapolsek, berdasarkan keterangan saksi pegawai agen pangkalan gas, sang nenek penjual nasi uduk itu langsung diberikan gas melon ketika tiba di toko.
“Dia langsung diberikan sama pegawainya, dia langganan dan sudah kenal,” ucap Kapolsek.
Kompol Widya juga memastikan jika nenek almarhum Yonih tidak dimintai KTP oleh pegawai agen gas saat akan menukarkan tabung gas kosong miliknya dengan yang telah terisi gas 3 kilogram.
“Dia enggak ada diminta syarat KTP. KTP itu diminta untuk rumah tangga, dia (almarhum) pelaku UMKM tanyakan saja ke anaknya. Saksi tetangganya juga mengatakan sempat dimampiri untuk istirahat,” jelas Kapolsek.
Kompol Widya mengaku sudah meminta keterangan dari sejumlah pihak perihal kematian nenek penjual nasi uduk itu. Dipastikan dari keterangan saksi-saksi nenek Yonih meninggal di rumah sakit.
“Informasi yang kami cek melalui saksi agen pangkalan, kelurga almarhum, tetangga almarhum,” tandasnya.
Duduk Perkara
Seperti diberitakan sebelumnya, Nenek Yonih meninggal dunia karena diduga kelelahan usai berburu tabungn gas 3kg yang langka di Pamulang.
“Persisnya bagaimana saya kurang jelas. Tadi dia dibopong rame-rame sama warga yang bantu. Apa dia jatuh awalnya atau bagaimana kurang paham," kata Dedi, kerabat almarhumah Yonih Binti Saman (68) ditemui di rumah duka, Senin (3/2).
Dedi menyebut, kerabatannya itu sebelumnya berkeliling mencari tabung gas subsidi dengan menenteng dua tabung kosong di kedua tangannya. Kemudian almarhum ikut mengantre di salah satu pangkalan yang berjarak kurang lebih 300 meter dari tempatnya tinggal.
“Sehabis mengantre, dia meninggal sekitar jam 12 an. Tadi dia jalan mencari gas jam 10, jam 11 an,” ujarnya.
Diterangkan Dedi, Yonih setelah mendapat satu tabung gas bergegas pulang dan melewati jalan menanjak ke arah rumahnya dengan membawa dua tabung gas isi 3 kilogram dan satu tabung gas kosong.
“Mungkin kecapekan juga. Dia buka warung nasi uduk kalau pagi, malam dia masak. Mungkin kurang tidur, capek,” ujar Dedi.
Atas musibah yang terjadi, almarhumah Yonih langsung dimakamkan di TPBU wakaf RW 07, Kelurahan Pamulang Barat.