FOTO: Kisah Masyarakat Baubau Sulawesi Tenggara Pakai Aksara Korea untuk Pertahankan Bahasa Cia-Cia
Penggunaan aksara Korea atau Hangeul membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian kembali yang lebih besar.
Penggunaan aksara Korea atau Hangeul membuat bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian kembali yang lebih besar.
Bahasa suku Cia-Cia merupakan salah satu bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat Baubau.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh dari budaya luar, penggunaan bahasa Cia-Cia mulai meredup. Hal ini membuat masyarakat Baubau khawatir akan hilangnya identitas budaya mereka.
Mengutip situs web Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, pada Agustus 2009, Wali Kota Baubau kala itu mengumumkan adaptasi aksara Korea karena bahasa Cia-Cia tidak mempunyai aksara sendiri. Langkah unik ini pun menimbulkan pro kontra.
Dijelaskan bahwa, adaptasi ini dilatarbelakangi permasalahan tentang bagaimana melestarikan bahasa daerah yang bertebaran di seluruh penjuru Kota Baubau.
Bahasa Cia-Cia merupakan bahasa tutur yang digunakan masyarakat Cia-Cia. Kendati penuturnya berjumlah cukup banyak, diperkirakan sekitar 93 ribu penutur, masyarakat Cia-Cia tidak memiliki budaya tulis.
Satu-satunya tradisi tulis masyarakat Cia-Cia ditemukan dalam kutika, semacam coretan-coretan yang ditorehkan pada sepotong papan kayu atau kertas yang mirip seperti simbol. Kutika umumnya dimiliki orang yang dituakan dalam masyarakat.
Kebijakan penggunaan aksara Korea berawal dari sebuah Simposium Internasional Pernaskahan ke-9 pada 5 sampai 8 Agustus 2005. Seusai simposium, ketika para peserta melakukan wisata keliling kota, Chun Tai-Hyun, seorang ahli bahasa Malaysia, sekaligus Ketua Departemen Hunmin Jeonggeum Masyarakat Korea, bercanda bahwa bahasa lokal yang didengarnya di sana mengingatkannya pada Korea.
Pernyataan Chun Tai-Hyun segera direspons positif oleh Wali Kota Baubau saat itu.
Penggunaan aksara Korea ini menjadi solusi yang efektif bagi masyarakat Baubau dalam mempertahankan bahasa Cia-Cia.
Aksara Korea memiliki keunikan tersendiri dan dapat dengan mudah dipelajari oleh masyarakat setempat. Selain itu, aksara Korea juga memiliki kesamaan fonetik dengan bahasa Cia-Cia, sehingga memudahkan pengucapan dan pemahaman.
Penggunaan aksara Korea untuk bahasa Cia-Cia tidak hanya terbatas pada tulisan, tetapi juga digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Beberapa sekolah di Baubau sudah mulai mengajarkan aksara Hangul kepada siswa-siswinya. Selain itu, pemerintah setempat juga telah mendukung upaya ini dengan mencetak buku-buku pelajaran dan kamus dalam aksara Korea.
Penggunaan aksara Korea ini telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Baubau. Bahasa Cia-Cia yang hampir punah kini mendapatkan perhatian yang lebih besar dan semakin banyak orang yang tertarik untuk mempelajarinya. Selain itu, penggunaan aksara Hangul juga memberikan identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Baubau.
Tiga kelompok relawan paslon 01, 02 dan 03 mengajak seluruh elemen masyarakat bersatu kembali sebagai anak bangsa pasca putusan sidang PHPU.
Baca SelengkapnyaAda unik dari suasana Pemilu di distrik Kwamki Narama, kabupaten Mimika, Papua Tengah.
Baca SelengkapnyaSebelumnya kali Ciliwung nyaris kering kerontang akibat musim kemarau bulan lalu.
Baca SelengkapnyaUcapan selamat tahun baru bahasa Inggris menjadi pilihan paling tepat untuk diutarakan saat menyambut datangnya tahun 2024.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat dan Inggris melancarkan serangan udara terhadap 36 sasaran Houthi di Yaman, pada Sabtu kemarin.
Baca SelengkapnyaWalaupun anak laki-lakinya telah menjadi seorang mahasiswa, Amara Lingua masih tetap terlihat seperti seorang ABG.
Baca SelengkapnyaSejumlah anak masih nekat berenang di area tanggul raksasa di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta.
Baca SelengkapnyaDi desa wisata itu, belajar bahasa Inggris jad iterasa menyenangkan.
Baca SelengkapnyaUcapan wisuda Bahasa Inggris ini bisa dibagikan untuk teman atau kerabat yang sedang merayakan hari istimewa.
Baca Selengkapnya