Cendekiawan Muslim Ingatkan Tak Lukai Masyarakat Papua
Merdeka.com - Cendekiawan Muslim, Komaruddin Hidayat mengingatkan seluruh pihak jangan pernah melukai warga Papua. Menurutnya, adalah hal wajar jika masyarakat Papua menjaga harga diri mereka dari segala hal yang merendahkan martabat.
Dalam satu diskusi yang diselenggarakan oleh Gerakan Suluh Kebangsaan di Hotel Sahid Jaya, Komaruddin mengatakan, bahwa berdasarkan antropologi masyarakat Papua merupakan ras tertua, melanesia. Itu berarti, kata Komaruddin, mereka adalah nenek moyang masyarakat seluruh Indonesia.
Jika disebut sebagai nenek moyang, adalah hal wajib bagi masyarakat menghormati dan menghargai masyarakat Papua, bagaimana pun bentuk dan warna kulit mereka.
"Ini bukan masalah ekonomi, ini dignity. Sekarang ini harga diri itu butuh dipahami. Kita punya banyak utang budi ke Papua oleh karena itu jangan kita lukai," ujar Komaruddin di Jakarta, Jumat (24/8).
Dia juga mengingatkan bahwa keberagaman Indonesia bisa saja menjadi bumerang bagi warganya jika tidak menjaga segala norma yang ada karena kebhinekaan tidak cukup dipuja dan puji.
Terlebih di kehidupan serba digital dan sangat mudah terkoneksi, menurut Komaruddin akan mudah bagi pihak-pihak melakukan provokasi demi keuntungan tertentu.
"Hati-hati jebakan demokrasi liberal dan ada pihak yang menyenangi situasi ini. Kalau Papua lepas, yang repot tidak hanya Papua," tukasnya.
Insiden aksi demonstrasi oleh masyarakat Papua dipicu perselisihan mahasiswa Papua di Malang. Terdapat kata-kata rasis dan ujaran kebencian saat konflik terjadi. Perselisihan menyebar ke beberapa wilayah di Jawa Timur.
Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Barat pun meminta Polri mengusut tuntas penghina ras Papua dengan kata-kata tidak pantas dalam aksi pengepungan yang terjadi di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan Kota Surabaya pada Jumat (16/8).
Pada acara tatap muka bersama para tokoh di Manokwari itu, ia berpandangan kata-kata rasis tersebut memicu kemarahan yang luar biasa di kalangan masyarakat asli Papua.
"Itu adalah aksi spontanitas masyarakat yang meluapkan kemarahannya atas kata-kata rasis tersebut," ujarnya.
Ia berharap, diskriminasi ras Papua yang terjadi di Surabaya harus ditanggapi secara serius. Pelaku harus bertanggungjawab secara hukum.
"Kalau soal kasus bendera, tidak terlalu memberi dampak emosional bagi kami. Tapi kata-kata yang menghina ras Papua itu masalah serius, kami juga manusia jadi jangan sembarang melontarkan kata-kata tak senonoh terhadap kami orang Papua," kata dia lagi.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Plt Ketua Umum PPP Muhamad Mardiono menggelar konsolidasi bersama kader dan Caleg di Nabire Papua.
Baca SelengkapnyaSeperti diketahui, teror KKB tak pernah berhenti. Tak hanya menyasar personel Polri dan prajurit TNI yang bertugas. Mereka juga melukai warga sipil.
Baca SelengkapnyaRibuan mahasiswa dan masyarakat secara mengarak peti jenazah Lukas Enembe menuju persemayaman.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Samukrah mengingatkan bahwa terdapat jutaan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertembakauan.
Baca SelengkapnyaMomen ngabuburit prajurit TNI yang bertugas di Papua saat menunggu waktu berbuka puasa.
Baca SelengkapnyaKoalisi Masyarakat Sipil menilai Pemberian gelar jenderal kehormatan kepada Prabowo Subianto merupakan langkah keliru
Baca SelengkapnyaPernyataan Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen Izak Pangemanan.
Baca SelengkapnyaCerita Prabowo Subianto saat masih menjadi Danjen Kopassus dan memimpin operasi penting di Papua.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyatakan bahwa julukan ini merupakan suatu kehormatan baginya.
Baca Selengkapnya