Apek, sebutan tetua China bikin pempek melenggang di Palembang
Merdeka.com - Tak dipungkiri, keberadaan etnis Tionghoa membuat adanya akulturasi budaya di Palembang, termasuk kuliner. Satu diantaranya adalah pempek, panganan yang kini menjadi khas Bumi Sriwijaya.
Sejarawan Palembang, Ali Hanafiah menjelaskan, hingga saat ini tidak ditemukan data tentang sejarah pempek. Namun, nama asal pempek adalah kelasan.
Konon, kata pempek berasal dari panggilan tetua etnis Tionghoa kepada penjual pempek dengan sebutan 'apek'. Lantaran panggilan tersebut dilakukan secara berulang seperti pek-pek-pek, maka terbiasalah orang-orang saat itu menyatukannya dengan kata pempek.
"Dulunya kelasan, karena kata panggilan 'apek' dari tetua China itu berubah menjadi pempek," ungkap Ali kepada merdeka.com, Jumat (5/2).
Menurut dia, pempek juga merupakan campuran kuliner China-Palembang. Saat itu, orang China sering membuat bakso berbahan daging babi dan tepung. Agar bisa diterima masyarakat Palembang, muncul kreativitas membuat makanan serupa berbahan halal bagi warga Palembang yang mayoritas beragama Islam dengan memanfaatkan ikan di Sungai Musi dan kebun sagu di Palembang.
"Nah, akhirnya disukai banyak orang, baik Palembang atau orang China sendiri. Selanjutnya pempek dibuat dari ikan dan tepung," ujarnya.
Tak disangka, pempek yang awalnya hanya satu jenis divariasikan bentuk-bentuk baru dengan nama-nama tertentu. Diantaranya, pempek lenjer, yaitu berupa pempek polos berbentuk bulat panjang, pempek kapal selam yang diisi telur ayam atau telur bebek dan pistel yang diisi irisan pepaya muda dan ebi.
Kemudian, ada juga pempek kerupuk atau kata lainnya pempek keriting, pempek kulit yang berwarna gelap, dan pempek adaan berbentuk bulat.
"Tak lengkap jika tidak dimakan dengan cuko (cuka), yaitu kuah yang terbuat dari cuka, gula merah, ebi, dan cabai. Rasanya lengkap, asam, manis, pedas," terangnya.
Selain itu ada juga varian pempek tetapi tidak menggunakan cuko, yakni model dan tekwan. Keduanya dinikmati dengan kuah bening seperti sop dan mengandung kaldu udang.
"Yang lain ada mie celor, berkuah juga. Itu juga hasil perpaduan budaya Palembang dan China," kata dia.
"Lepas dari cerita yang berkembang itu, China dan Palembang berkaitan erat dalam akulturasi budaya," pungkasnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini juga dibarengi dengan sajian kuliner khas Palembang, seperti tekwan hingga aneka macam kue yang disajikan oleh tuan rumah.
Baca SelengkapnyaIa mempelajari budaya dan mencicipi kuliner baru pada setiap negara yang disinggahi
Baca SelengkapnyaWalaupun sudah lama meninggalkan tanah air, Ibu Bunga terdengar lancar berbahasa Indonesia.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tradisi itu diadakan sebagai bentuk apresiasi terhadap hewan ternak sapi sebagai makhluk Tuhan
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo Terima Kunjungan Menlu China Bahas Kerja Sama Pertahanan
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaIni yang dikhawatirkan AS bila tidak segera memutuskan kelanjutan stasiun luar angkasa yang akan habis masa pakainya.
Baca SelengkapnyaIndia Lepaskan Merpati yang Dituding Jadi Mata-Mata China, Di Sayapnya Ada Tulisan
Baca Selengkapnya