17 Orang Meninggal Dunia Usai Longsor dan Banjir Bandang Hantam di Petungkriyono Pekalongan
Selain itu, delapan orang lainnya masih dinyatakan hilang.

Belasan orang dinyatakan meninggal dunia dampak peristiwa alam longsor dan banjir bandang di Desa Kasimpar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Banjir bandang terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan deras.
"Jumlah korban meninggal tercatat 17 orang. Yang masih hilang terlapor delapan orang. Tapi belum tahu pastinya karena data dinamis," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Pekalongan, Yulian Akbar saat dihubungi, Selasa (21/1).
Selain itu, delapan orang juga dinyatakan luka-luka. Dua korban di antaranya sudah dirujuk ke RSUD Kajen.
Saat ini, Pemkab Pekalongan membuka posko di Kecamatan Petungkriyono. Termasuk posko kesehatan hingga posko terpadu dengan TNI-Relawan hingga dapur umum.
"Pemkab Pekalongan juga membuka posko di setiap Kecamatan terdampak bencana untuk memudahkan koordinasi," ungkapnya.
Pascaperistiwa itu, saat ini Kabupaten Pekalongan berstatus tanggap bencana
"Sudah ada SK Bupati," jelasnya.
Akses Terputus
Banjir juga membuat akses menuju Petungkriyono terputus akibat jembatan yang rusak dan material longsor yang menutup jalan.
"Kami sedang membuka akses melalui jalur alternatif Wanyasa, Banjarnegara," tuturnya.
Pemerintah Kabupaten Pekalongan bekerja sama dengan tim SAR dan relawan untuk mengevakuasi korban dan memberikan bantuan logistik. Namun, tantangan berupa medan berat, cuaca buruk, dan akses jalan yang terputus memperlambat proses.
"Saat ini kami memprioritaskan pembukaan jalur menuju lokasi terdampak," kata Akbar.
Pada video yang tersebar di media sosial memperlihatkan mobil-mobil tertimbun tanah, warga panik, dan genangan air setinggi dada di Kedungwuni. Di Desa Kasimpar, tim SAR menghadapi medan berat dengan listrik yang padam dan hujan yang terus mengguyur.
"Saat ini, fokus kami adalah menyelamatkan korban yang masih hidup," kata Nidhomudin.
Seorang warga Kedungwuni, Dimas, mengatakan selain longsor banjir bandang juga melanda wilayah Kedungwuni dan Wonopringgo. Tingginya curah hujan menyebabkan air sungai meluap dan merendam rumah-rumah hingga setinggi dada orang dewasa.
"Di Galangengampon, air bahkan sudah mencapai atap sekolah," kata Dimas.