Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Koalisi Kapal Nabi Nuh

Koalisi Kapal Nabi Nuh jokowi dan lima ketum di markas PAN. ©2023 Merdeka.com/istimewa

Merdeka.com - Silaturahmi Ramadan yang dihelat Hari Minggu 12 April 2023 layak dilihat sebagai 'Rapat Resmi' Pertama dari lima Ketua Umum partai politik: Partai Golkar, Partai Gerindra, PKB, PAN, dan PPP.

Kenapa rapat? Mengingat agenda silaturahmi digelar siang hari, bukan jelang atau setelah berbuka puasa. Ruangan khusus juga tersedia. Rapat diadakan tertutup, dalam arti tidak diliput oleh pers, sekalipun peserta rapat terbuka, dapat dilihat oleh pers. Satu partai politik yang turut diundang, yakni PDI Perjuangan, tidak hadir. Kebetulan, Megawati Soekarnoputri bersama sejumlah pengurus PDIP Perjuangan sedang berada di Jepang.

Keenam partai politik ini memiliki kursi di DPR RI, pun kursi menteri di kabinet. Sekalipun tidak lagi dikenal sebutan 'pembina seluruh partai politik'. Presiden Jokowi hadir. Tidak banyak yang disampaikan Jokowi. Justru yang bicara adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang menyebut mereka adalah 'Timnya Jokowi'.

Sementara Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menguraikan sisi penting dari Koalisi Besar guna menghadapi pelbagai persoalan geopolitik global, benua Asia, kawasan ASEAN, pun guncangan-guncangan ekonomi dari luar dan dalam negeri yang masih akan dihadapi. Komitmen dan kesepakatan yang diraih terasa kuat, yakni memastikan keseluruhan legacy atau capaian yang sudah dijalankan oleh pemerintahan Jokowi dipastikan untuk diteruskan, tidak dibengkalaikan.

Pandemi Covid 19 memang sudah mengubah banyak hal. Jika merujuk kepada Nawacita ataupun Visi Misi Jokowi – KH Ma’ruf Amin yang diserahkan kepada KPU, tentulah banyak catatan negatif apabila dibuat dalam bentuk matrikulasi. Covid 19 telah menjadi turbulensi global yang mengaduk-aduk banyak negara hingga koyak-moyak. Perang yang dilancarkan Russia terhadap Ukraina menambah deretan negara tergelincir ke ceruk negara paria.

Gelombang demonstrasi bukan saja terjadi di negara-negara seperti Banglades, tetapi kini menjadi pemandangan keseharian di Prancis dan Israel, misalnya. Perubahan konstitusi terjadi, misalnya di China yang mengizinkan Presiden menjabat lebih dari dua periode, begitu juga peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan prioritas program. Hubungan bilateral dan multilateral sejumlah negara berubah total.

Bagaikan energi kuantum, Covid 19 dan Perang Russia – Ukraina ternyata tak membuat Indonesia menjadi remuk. Perlahan, kekuatan ekonomi Indonesia naik ke posisi tujuh besar, jika dihitung dari sisi gross domestic product. Di atas Indonesia masih terdapat negara China, Amerika Serikat, India, Jepang, Jerman, dan Russia. Brazil, Inggris, Perancis, Turki dan Italia, sudah berada di bawah Indonesia.

Negara pada garis khatulistiwa yang baru 22 tahun lagi berusia 1 abad ini, ternyata tak tumbang, dibandingkan dengan negara-negara merkantilis yang sejak berabad lampau sudah menguasai negara-negara lain di benua Asia, Afrika, dan Amerika. Sebagai negara pascakolonial yang sangat kuat dari sisi nasionalisme, Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara Dunia Pertama dan Dunia Kedua. Sebutan sebagai negara Dunia Ketiga semakin tak banyak lagi disebut.

Sang Dirigen

Ibarat orkestra, segala macam capaian itu tentulah belum kokoh, kuat, dan kental. Masih banyak kekurangan, kelemahan, dan kekacauan di sana sini. Sehingga, dibutuhkan seseorang yang berfungsi sebagai Sang Dirigen. Biasanya, tugas itu diberikan kepada seseorang yang sudah berpengalaman. Maestro di bidangnya.

Kehadiran Jokowi dalam Rapat Pertama kelima sosoh ketua umum partai politik itu adalah bagian dari tugas seorang dirigen. Sosok yang mencocok-cocokan bunyi antara gitar, seruling, talempong, gamelan, bahkan tifa yang muncul dalam orkestrasi koalisi.

Jokowi sudah menunjukkan itu dengan sangat baik. Contoh yang paling piawai adalah sama sekali tak melakukan reshuffle terhadap menteri-menteri dari Partai Nasdem. Bagaimanapun, hubungan emosional Ketua Umum Partai Golkar dan Ketua Umum Partai Gerindra dengan Ketua Umum Partai Nasdem sangatlah kuat. Ikrar kesetiakawanan sudah terbentuk dalam doktrin dan ideologi Partai Golkar, sebagai almamater dari ketiganya. Jokowi sama sekali tak masuk ke dalam praksis politik, termasuk bangunan koalisi yang dibentuk masing-masing partai politik. Jasa besar Partai Nasdem dalam mengusung dan memenangkan Jokowi untuk periode kedua, tak bakal mudah dilupakan begitu saja.

Fungsi Dirigen yang diperankan Jokowi, lebih banyak mengarah kepada infrastruktur politik, ketimbang suprastruktur politik. Yakni, program apa yang menjadi prioritas dari masing-masing partai politik. Kepastian kesinambungan program kerja selama dua periode yang dijalankan Jokowi dalam pemerintahan berikutnya, jauh lebih penting ketimbang masuk kepada politik praktis berupa koalisi pragmatis partai politik yang dibentuk, serta nama-nama calon presiden dan calon wakil presiden yang hendak diusung.

Legacy yang super prioritas adalah realisasi Ibu Kota Nusantara. Perpindahan ibu kota negara dari Jakarta ini bakal makan biaya, tenaga, waktu, dan kerja politik dan pemerintahan yang besar, kuat, lama, dan trengginas. Butuh waktu lima sampai dua puluh tahun agar Ibu Kota Nusantara bisa berfungsi secara maksimal.

Pemerintahan berikutnya wajib benar-benar menghitung dengan rinci, menyusun road map, menghadirkan visualisasi dalam peta yang muncul di google map, sampai sosialisasi maksimal ke kalangan generasi nanti. Setiap warga negara Indonesia, apalagi yang berkepentingan dengan Ibu Kota Nusantara, sudah bisa membayangkan Ibu Kota Negara seperti apa yang nanti hadir, pada saat Indonesia mencapai usia 100 tahun, yakni tahun 2045.

Tanggal 17 Agustus 2045 layak dijadikan sebagai DDay, manakala banyak lembaga keuangan internasional menyebutkan betapa Indonesia berada pada nomor urut empat negara paling sejahtera di muka bumi, di bawah China, India, dan Amerika Serikat. Jikalah rancang bangun ini kandas dan digantikan dengan batu-bata yang lain oleh pemerintahan berikutnya, bom waktu malapetaka demi malapetaka bakal terus menerus hadir. Satu jalan raya atau kompleks olahraga saja terbengkalai, merusak banyak hal, apalagi satu lokasi yang sudah didedahkan kepada seluruh penjuru dunia sehebat Ibu Kota Negara yang baru.

Seorang dirigen sangat mengetahui, di mana puncak atau titik klimaks dari orkestrasi yang tengah dimainkan. Horison pikiran dirigen inilah yang nanti ditransformasikan kepada Koalisi Besar Partai Politik yang sedang berbentuk ini. Horison yang menjadi titik tuju dan titik tunjuk. Nantinya, horison itu berubah menjadi titik koordinat dalam teropong yang berada di tangan Nakhoda Baru Republik Indonesia. Titik koordinat yang bisa diraih, sekalipun bakal menghadapi taufan, lanun, bajak laut, hingga musuh-musuh lain berupa manusia dan kapal asing yang mencoba menggagalkan perjalanan Kapal Garuda Nusantara.

Kisah Nabi Nuh dengan perahunya sudah menunjukkan bagaimana kegigihannya dalam menyelamatkan ummat manusia, hewan, dan tumbuhan. Butuh tak hanya sekadar kapal, tetapi juga sumber daya manusia yang andal dalam menghadapi banjir besar akibat terjangan tsunami raksasa.

Tidak disebutkan dalam kitab-kitab suci, dari mana asal muasal banjir besar itu. Film Noah yang rilis tahun 2014, malahan ditolak oleh semua agama samawi, yakni Kristen, Yahudi, dan Islam. Air seolah muncrat dari perut bumi. Saya lebih percaya teori tsunami, atau bisa juga tumbukan dari meteor yang menghantam lautan di belahan dunia lain.

Dan pernah juga, dalam sebuah WAG yang berisi mantan-mantan aktivis Kelompok Studi Mahasiswa Universitas Indonesia, disebutkan betapa Kapal Nabi Nuh itu tertanam di perut bumi Kalimantan, jika menggunakan pantauan satelit. Begitu juga fakta betapa Kalimantan jarang sekali didatangi gempa bumi, serta menjadi salah satu temuan paling menarik dari sisi kekayaan flora dan fauna, serta garis tektonik bumi. Istilah Garis Wallace dicetuskan oleh Alfred Russel Wallace untuk menyebut perbedaan flora dan fauna yang terletak di Borneo dan Sulawesi. Bisa jadi, flora dan fauna itu berlompatan dari atas kapal Nabi Nuh yang “terdampar” di Borneo itu.

Yang jelas, saya meyakini bahwa enam partai politik yang kini mulai masuk Kapal Garuda Nusantara, tidak bakal mudah melompat. Tinggal sauh, nyolong sekoci. Perebutan di area anjungan kapal tentang siapa yang menjadi Nakhoda, siapa yang menjadi Mualim 1, Mualim 2, hingga berikutnya, juga sama sekali tak menjadi kekhawatiran saya.

Dengan menyamakan visi, misi, platform, program, dan agenda, jelaslah Kapal Garuda Nusantara lebih memerlukan kerjasama dan kerjabersama, alias gotong royong, sebagai Ekasila yang diperkenalkan oleh Ir Sukarno. Ekasila kegotongroyonganlah yang lebih dibutuhkan, dibanding akuisme, keakuan, atau individualisme.

Trisakti, Trilogi, dan Queen Maker

Trisakti Sukarno dan Trilogi Soeharto bisa bergandengan tangan di atas Kapal Garuda Nusantara. Trisakti: berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang budaya. Trilogi: pemerataan hasil-hasil pembangunan, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan stabilitas nasional yang sehat. Apalagi dengan politik garis tengah yang mulai dianut oleh keenam partai-partai politik, kian menyingkirkan ekstrimitas kiri dan kanan. Politik identitas (stereotipe) kian dihindari, apalagi dalam pilihan komunikasi kalangan petinggi politik dan pemerintahan.

Berdamai dengan masa lalu adalah misi penting buat menang di masa depan. Banyak negara menstabilo dengan tinta hitam masa lalunya. Jepang sudah berdekade lalu tak memasukkan masa Gerakan Tiga A: Nippon Pelindung Asia, Nippon Pemimpin Asia, dan Nippon Cahaya Asia di dalam buku-buku sejarah resminya. Banyak pemimpin negara-negara yang melakukan penjajahan di masa lalu berlutut dan memohonkan maaf dan ampun atas masa lalu (kepemimpinan) di negara mereka. Sebagian membayarkan kompensasi.

Lima Ketua Umum partai politik yang diaransemeni oleh Jokowi kini sedang menggiring bola soliditas itu ke tangga dan tanggal berikutnya. Sebelum berangkat ke Jepang – saya mengetahui perjalanan itu lewat chat dengan Charles Honoris yang menjadi Tim Advance – Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri sudah bersua dengan Presiden Jokowi selama tiga jam.

Ibu Mega juga sudah menyampaikan berulang kali tentang Bulan Bung Karno, Juni, dan stadion Gelora Bung Karno. Itu artinya, bisa jadi Rapat Kedua bakal dihelat bulan Mei, dan Rapat Ketiga bulan Juni. Megawati Soekarnoputri bakal menjadi the Queen Maker mengantarkan Kapal Garuda Nusantara melaju, plus dengan bakal calon Nakhoda dan Wakil Nakhoda.

Soal nama yang bakal diusung, ada dalam lubuk hati dan pikiran saya. Biarlah, tersimpan dulu. Yang jelas, semangatnya jelas ke sana. Tidak ke arah perpecahan, tetapi persatuan dan kesatuan di kalangan para pemimpin bangsa…

Griya Kemayoran, Markas Sang Gerilyawan Nusantara, 04/04/2023

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Koalisi Masyarakat Sipil Beri Somasi Kedua Kepada Jokowi Agar Minta Maaf Karena Kecurangan Pemilu

Koalisi Masyarakat Sipil Beri Somasi Kedua Kepada Jokowi Agar Minta Maaf Karena Kecurangan Pemilu

Somasi pertama dikirim oleh Koalisi Masyarakat Sipil pada tanggal 9 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Jokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI

Jokowi Ungkap Alasan Naikkan Pangkat Prabowo Jadi Jenderal Kehormatan TNI

Usulan kenaikan pangkat Prabowo ini merupakan usulan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto.

Baca Selengkapnya
Jokowi Diusulkan Pimpin Koalisi Besar, Ini Respons Airlangga dan Zulkifli Hasan

Jokowi Diusulkan Pimpin Koalisi Besar, Ini Respons Airlangga dan Zulkifli Hasan

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) diusulkan memimpin koalisi besar Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menebak Arah Langkah Jokowi Usai Tidak Jabat Presiden

Menebak Arah Langkah Jokowi Usai Tidak Jabat Presiden

Ternyata, isu Jokowi ingin gabung ke partai politik bukan hanya menuju ke Golkar saja

Baca Selengkapnya
Zulhas: Pak Jokowi PAN Banget, PAN Ya Jokowi Banget

Zulhas: Pak Jokowi PAN Banget, PAN Ya Jokowi Banget

Saat ditanyakan apakah Jokowi juga diberikan KTA sebagai kader PAN, Zulhas tak menjawab tegas.

Baca Selengkapnya
PSI Usul Jokowi jadi Ketua Koalisi, Golkar: Ya Ini Baru Cerita-Cerita Lepas Saja

PSI Usul Jokowi jadi Ketua Koalisi, Golkar: Ya Ini Baru Cerita-Cerita Lepas Saja

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menanggapi usulan Presiden Jokowi untuk menjadi ketua koalisi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Bertemu Suya Paloh, Kubu Ganjar Duga Upaya Ajak NasDem Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Jokowi Bertemu Suya Paloh, Kubu Ganjar Duga Upaya Ajak NasDem Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Jokowi bertemu Suya Paloh pada Minggu (18/2) kemarin.

Baca Selengkapnya
NasDem: Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi Puluhan Kali, Tidak Terkait Sikap Politik

NasDem: Pertemuan Surya Paloh dengan Jokowi Puluhan Kali, Tidak Terkait Sikap Politik

Surya Paloh dan Jokowi diketahui menggelar pertemuan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Minggu (18/2).

Baca Selengkapnya
Maruarar Sirait Keluar dari Partai yang Didirikan Sang Ayah, Ini Sosok Sabam Sirait Politisi dan Negarawan Terkemuka

Maruarar Sirait Keluar dari Partai yang Didirikan Sang Ayah, Ini Sosok Sabam Sirait Politisi dan Negarawan Terkemuka

Ia konsisten jadi politisi sejak era Presiden Soekarno hingga Jokowi.

Baca Selengkapnya