Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengapa Jakarta Masuk Kota Termahal di Dunia?

Mengapa Jakarta Masuk Kota Termahal di Dunia? Warna-Warni Lampu Jakarta International Stadium. ©2022 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho

Merdeka.com - Hidup di Jakarta serba mahal. Survei Badan Pusat Statistik (BPS) selalu menempatkan kota dengan penduduk 10 juta lebih itu sebagai kota dengan biaya hidup tertinggi di Indonesia. Di tingkat global, Jakarta bahkan masuk dalam 20 besar kota termahal.

Berdasarkan laporan Global Wealth and Lifestyle Report 2022 yang dirilis Julius Baer pada Juni lalu, perusahaan perbankan asal Swiss itu menempatkan Jakarta di urutan ke 19. Ranking Jakarta naik dari sebelumnya di peringkat 20 pada tahun 2021.

London yang berada di urutan kedua menjadi satu-satunya wakil kota di Eropa yang berada di peringkat lima besar. Shanghai dalam dua tahun terakhir berada di puncak daftar. Peringkat tiga hingga lima adalah Taipei, Hong Kong, dan Singapura.

Indikator penilaian yang digunakan dalam laporan itu didasarkan pada harga sekelompok barang mewah yang mewakili pembelian diskresioner oleh orang dengan penghasilan tinggi di 25 kota ternama global. Mereka adalah individu dengan aset yang dapat diinvestasikan senilai USD 1 juta atau lebih. Individu ini disebut sebagai high net worth individual (HNWI).

Laporan tersebut juga menemukan bahwa dampak jangka panjang dari pandemi Covid-19 dikombinasikan dengan kondisi ekonomi makro dan gangguan rantai pasokan, telah menyebabkan kenaikan harga di sebagian besar dari 20 barang kebutuhan pokok yang diamati.

Meski pandemi menghantam perekonomian global, dalam setahun terakhir, hanya sedikit yang berubah dalam hal keseimbangan regional. Kota-kota termahal di dunia sebagian besar masih berada di Asia. Shanghai kembali menduduki peringkat teratas dan Amerika tetap menjadi wilayah yang paling terjangkau, dengan tidak ada satu kota pun yang masuk dalam sepuluh besar.

Yang menarik, dalam laporan itu, individu yang masuk dalam kategori HNWI kini fokus pada investasi yang bertanggung jawab. Di mana dan bagaimana orang berinvestasi dapat memiliki dampak positif yang signifikan pada lingkungan.

Survei Biaya Hidup

Lantas bagaimana mengukur suatu kota menjadi termahal. Banyak indikator yang bisa digunakan. BPS sendiri baru akan melakukan survei biaya hidup (SBH) pada tahun 2022 untuk memperbarui SBH terakhir pada tahun 2018. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, SBH 2022 bertujuan untuk mendapatkan pola konsumsi masyarakat sebagai bahan penyusunan diagram timbang dan paket komoditas yang baru dalam perhitungan indeks harga konsumen (IHK).

Pembaruan SBH 2022 juga untuk mengetahui pola konsumsi masyarakat yang telah berubah, dan perlunya penyesuaian tahunan dasar inflasi akibat krisis. Apalagi, pola konsumsi dasar yang saat ini digunakan masyarakat sangat berbeda dengan kondisi saat ini. Terlebih saat adanya pandemi Covid-19, gaya hidup masyarakat juga ikut berubah.

Salah satu yang menjadi perhatian BPS adalah banyak masyarakat yang beralih menggunakan platform digital untuk berbelanja. Banyak masyarakat yang melakukan konsumsi dengan memanfaatkan e-commerce. Ada sekitar 800 komoditas yang diamati oleh BPS. Dari pergerakan harga berbagai komoditas tersebut akan lahir besaran pergerakan inflasi yang setiap bulannya dirilis.

Ukuran kota dengan biaya hidup termahal bisa diketahui dengan dua cara, yakni melalui indeks harga konsumen (IHK) dan pengeluaran per kapita. Data itu bersumber dari SBH. BPS melakukan survei setiap lima tahun sekali berdasarkan perhitungan pengeluaran per kapita dan bukan berdasarkan tinggi rendahnya harga barang atau jasa.

Berdasarkan SBH 2018, total rata-rata pengeluaran per kapita di Jakarta adalah sebesar Rp4.446.770. Sementara total rata-rata pengeluaran rumah tangganya, sebesar Rp16.897.727. Angka ini dipastikan berubah dalam hasil survei terbaru.

Mengukur Biaya Hidup Melalui KHL

Banyak cara mengukur biaya hidup di suatu wilayah. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja menggunakan patokan kebutuhan hidup layak atau KHL. Ada sejumlah komponen harga yang dihitung dalam KHL tersebut. KHL sebelumnya menjadi dasar penghitungan besaran upah minimum regional di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

KHL sendiri jika diterjemahkan adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja atau buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik, non-fisik, maupun sosial. KHL mengacu pada standar kebutuhan seseorang untuk satu bulan.

Apa saja yang dihitung dalam KHL? Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012, jumlah jenis kebutuhan yang semula 46 jenis, ditambah menjadi 60 jenis, antara lain ikat pinggang, kaos kaki, deodorant 100 ml/g, seterika 250 Watt, rice cooker 1/2 liter, celana pendek, pisau dapur, semir dan sikat sepatu, rak piring portable plastik, sabun cuci piring (colek) 500 gr per bulan, gayung plastik ukuran sedang, ballpoint atau pensil, dan cermin 30 x 50 cm.

Pada tahun 2020, terdapat perubahan komponen KHL yang diikuti dengan penambahan komponen dan juga pengurangan volume. Dalam aturan yang tertuang di Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 tahun 2020 tentang Perubahan Atas Permenaker Nomor 21 tahun 2016 tentang Kebutuhan Hidup Layak (KHL), kebutuhan gula pasir yang sebelumnya dipatok 3 kg, kini menjadi 1,2 kg sebulan.

KHL ini sering dijadikan dasar untuk merumuskan usulan besaran upah minimum kota/provinsi. Meski demikian, KHL bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan, karena masih ada empat faktor penting lainnya, yakni produktivitas, pertumbuhan ekonomi, kemampuan usaha marginal, dan kondisi pasar kerja.

Namun, mulai tahun 2021 hingga 2022, pemerintah sudah tidak menggunakan KHL sebagai salah satu komponen untuk menentukan besaran upah minimum. Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2021, disebutkan bahwa penetapan upah minimum didasarkan pada kondisi ekonomi dan ketenagakerjaan.

Biaya Hidup di Jakarta

Secara umum, kebutuhan hidup layak mengacu kepada terpenuhinya sandang, pangan, papan. Dengan UMR Rp4.452.724 kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk bertahan hidup di Jakarta?

Pertama, tempat tinggal. Bagi pekerja lajang, tinggal di indekos menjadi pilihan paling rasional. Rentang harga sewa per bulan mulai Rp700 ribu hingga Rp2 jutaan. Bergantung pada fasilitas yang didapatkan.

Kedua, biaya konsumsi alias makan. Dengan budget Rp15.000 hingga Rp20.000 sekali makan, pilihannya adalah menu standar di Warung Tegal, atau warung nasi yang banyak tersebar.

Ketiga, biaya transportasi. Semakin terkoneksinya moda transportasi umum di Jakarta membuat ongkos yang dikeluarkan relatif terjangkau. Namun, bagi sebagian orang, pilihan menggunakan ojek online akan menghemat waktu, meski total pengeluaran menjadi lebih tinggi ketimbang berganti-ganti angkutan umum untuk menuju kantor.

Keempat, kebutuhan bulanan. Ini mengacu pada barang-barang non konsumsi yang dibutuhkan tiap orang. Misalnya peralatan mandi dan cuci. Biaya komunikasi juga termasuk untuk pulsa internet dan telepon.

Terakhir, adalah biaya gaya hidup. Semakin seseorang mampu menekan gaya hidupnya, dana bulanan yang dikeluarkan bisa dihemat. Namun, bagi pekerja di beberapa bidang, biaya ini menjadi penunjang untuk memperluas pergaulan dan koneksi. Semakin tinggi posisi di tempat kerja dan penghasilan yang didapatkan, kebutuhan gaya hidup juga akan meningkat.

Pengamat sosial yang juga Dosen Vokasi Humas Universitas Indonesia Devie Rahmawati menjelaskan, perkembangan media sosial dan ruang digital telah mengekspor berbagai budaya termasuk budaya konsumtif. Globalisasi telah membuat produk-produk gaya hidup diakses semua kalangan tanpa batasan.

Devie menambahkan, sejumlah studi global menunjukkan bahwa generasi digital adalah generasi paling boros.

"Paling boros kenapa? Karena mereka memang setiap hari dimanjakan dengan pilihan-pilihan konsumsi dan ditambah dipertemukan dengan virus FOMO (fear of missing out) artinya mereka takut ketinggalan tren," ujarnya saat dihubungi merdeka.com pekan lalu.

Saat seseorang tidak mampu mengikuti gaya hidup yang sering dilihat melalui berbagai media, muncul kemudian orang-orang yang menampilkan kepalsuan melalui status ataupun profilnya di media sosial.

"Teknologi menyediakan tools kalau Anda tidak punya sumber daya untuk membeli skin care maka anda akan menggunakan aplikasi-aplikasi kepalsuan itu. Membuat wajah anda tampak lebih bersih membuat tubuh anda yang mungkin mohon maaf misalnya lebih ramping dan sebagainya itu kepalsuan yang diciptakan lewat aplikasi itu satu," paparnya.

Hal itu berlanjut pada penggunaan barang-barang palsu demi mengikuti tren. Misalnya tas, sepatu, atau pakaian bermerek tertentu agar bisa tampil mewah. Bagi yang mampu, kata Devie, tentu saja mereka akan membeli hal tersebut lebih gampang.

"Tapi bagi yang setengah mampu kemudian di sini muncul makanya ada pinjol ilegal demi memenuhi, kalau istilah saya bukan gaya hidup tapi hidup yang gaya, itu istilah saya. Yang berbahaya yang keempat mereka berpotensi melakukan tindak kejahatan seperti apa mohon maaf praktik-praktik open BO," tutup Devie.

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta

Beras dan Rokok Jadi Komoditas Pengeluaran Terbesar Warga Jakarta

Berdasarkan data BPS mencatat beras dan rokok sebagai pengeluaran terbesar dalam rumah tangga.

Baca Selengkapnya
193,6 Juta Orang Bakal Bepergian saat Mudik Lebaran, Terbanyak Bukan dari Jakarta

193,6 Juta Orang Bakal Bepergian saat Mudik Lebaran, Terbanyak Bukan dari Jakarta

Angka tersebut meningkat dibanding potensi pergerakan masyarakat pada masa Lebaran 2023 yakni 123,8 juta orang.

Baca Selengkapnya
Jakarta Diguyur Hujan Saat Hari Pencoblosan, Airlangga: Pertanda Enak Buat Tidur

Jakarta Diguyur Hujan Saat Hari Pencoblosan, Airlangga: Pertanda Enak Buat Tidur

Airlangga menyalurkan hak pilihnya di TPS 05 yang berlokasi di SMKN 6, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
FOTO: Tertinggi se-Indonesia, Biaya Hidup di Jakarta Hampir Rp15 Juta Sebulan

FOTO: Tertinggi se-Indonesia, Biaya Hidup di Jakarta Hampir Rp15 Juta Sebulan

Padahal, besaran UMP 2024 di DKI Jakarta hanyalah Rp 5,06 juta per bulan.

Baca Selengkapnya
Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen

Jokowi Sebut Harga Beras Naik karena Perubahan Iklim Sebabkan Gagal Panen

Jokowi menjelaskan kenaikan harga beras tidak hanya terjadi di Indonesia, namun seluruh dunia.

Baca Selengkapnya
Sektor Perdagangan Jadi Tumpuan Warga Bertahan Hidup di Jakarta, Begini Penjelasannya

Sektor Perdagangan Jadi Tumpuan Warga Bertahan Hidup di Jakarta, Begini Penjelasannya

Sektor perdagangan besar dan eceran mampu menyerap hampir seperempat masyarakat Jakarta bekerja.

Baca Selengkapnya
Jakarta Bakal Jadi Kota yang Paling Banyak Dikunjungi Turis, Kalahkan Osaka dan Tokyo

Jakarta Bakal Jadi Kota yang Paling Banyak Dikunjungi Turis, Kalahkan Osaka dan Tokyo

Jakarta diprediksi jadi kota dengan pertumbuhan turis asing tertinggi.

Baca Selengkapnya
Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi: Harga Beras Turun Saya Dimarahi Petani, Kalau Naik Dimarahi Ibu-ibu

Jokowi mengaku tak mudah bagi pemerintah mengelola pangan untuk masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya mebcapai 270 juta orang.

Baca Selengkapnya
Standar Hidup Layak di Jakarta Rp15 Juta per Bulan, Pengeluaran Terbesar di Sewa Rumah dan Tagihan Listrik

Standar Hidup Layak di Jakarta Rp15 Juta per Bulan, Pengeluaran Terbesar di Sewa Rumah dan Tagihan Listrik

Pengeluaran terbesar lainnya ada di komoditas operasional kendaraan seperti bensin.

Baca Selengkapnya