Merdeka.com - Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor ternyata menyimpan cerita sejarah yang terlupakan. Dulu di wilayah ini diyakini ada kerajaan kecil bernama Muara Beres. Namun rakusnya pembangunan membuat Karadenan menjadi permukiman komersil dan melupakan sejarah.
Pemerhati budaya yang juga tokoh masyarakat Karadenan, Raden Dadang Supadma (49) berkisah dulunya wilayah yang kini disebut Karadenan bernama Kawung Pandak, yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Muara Beres.
"Kerajaan Muara Beres itu masih di bawah naungan Kerajaan Pajajaran, dan pendirinya juga dari trah Prabu Siliwangi, raja Pajajaran," ujar Dadang kepada merdeka.com beberapa waktu lalu di kediamannya di Jalan Kaum I No 41, Kelurahan Karadenan, Cibinong, Kabupaten Bogor.
Namun sayang bukti-bukti sejarah Kerajaan Muara Beres ini sulit ditemukan. Dari cerita Dadang yang masih keturunan darah biru ini, Kerajaan Muara Beres didirikan oleh Pangeran Surawisesa atau Pangeran Sanghyang. Pangeran Surawisesa adalah anak dari Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dengan Kentrik Manik Mayang Sunda.
Pangeran Sanghyang kemudian menikah dengan Kinawati, putri dari Mental Buana, cucu dari Munding Kawati, penguasa kerajaan Tanjung Barat. Sanghyang mempunyai putri bernama Ratu Ropiah yang kemudian menikah dengan Pangeran Raden Sagiri. Raden Sagiri memiliki putra bernama Raden Syafei.
"Nah di masa Raden Syafei ini kemudian di bangun masjid. Masjid itu kini bernama Al Atiqiyah ini," ujar Dadang yang tinggal tak jauh dari Masjid Al Atiqiyah.
Masjid tertua di Bogor
Masjid Al Atiqiyah terletak di dalam gang kecil di Jalan Kaum I. Meski di gang sempit, masjid ini punya sejarah dan peran besar bagi warga sekitar.
Dulunya Masjid Al Atiqiyah tidak bernama. Masjid ini hanya disebut masjid kaum. Masjid berbentuk segi empat dengan kubah berbentuk stupa susun tiga dengan 4 soko goro. Namun kini masjid Al Atiqiyah sudah berubah total.
Masjid Al Atiqiyah di Karadenan ©2016 Merdeka.com
Sayangnya salah satu bukti yang menyatakan Masjid Al Atiqiyah adalah masjid kuno hilang saat pemugaran besar pada tahun 1962. Sebelum dipugar, di salah satu soko gurunya tertulis aksara sunda.
"Kalau menurut tulisan angka pada salah satu pilar utama (Salah satu soko guru) sebelum masjid direnovasi total. Angka yang tertera adalah tulisan Sunda yang jika diartikan merujuk pada tahun 1667," kata Raden Dadang.
Dengan dasar itu, Dadang berani memastikan bahwa Masjid Al Atiqiyah merupakan masjid tertua di Bogor. Selama ini gelar masjid tertua di kota hujan disematkan pada Masjid Al Mustofa yang dibangun sekitar tahun 1728 oleh Tubagus Al Mustofa Bakrie dari Banten.
"Kalau merujuk tahun tentu masjid ini (Al Atiqiyah) adalah yang tertua, karena Masjid Al Mustofa kan dibangun tahun 1728 sedangkan masjid ini dibangun 1667 masehi," ujar Dadang. Hanya saja bukti bahwa Masjid Al Atiqiyah benar dibangun tahun 1662 masehi sudah raib.
Di belakang Masjid Al Atiqiyah juga terdapat puluhan makam. Namun dari puluhan makam itu, 3 di antaranya paling istimewa. Ketiga makam itu adalah milik Raden Syafei, Ratu Enok dan Raden Hamzah. Ratu Enok adalah istri dari Raden Syafei, sang pendiri masjid. Sedangkan Raden Hamzah adalah sesepuh warga yang diyakini satu zaman dengan Raden Syafei.
Makam Raden Syafii di Masjid Al Atiqiyah ©2016 Merdeka.com
Menurut Dadang, beberapa peneliti dari berbagai universitas pernah datang ke kampung mereka. Mereka meneliti batu nisan Ratu Enok yang ditemukan di sekitar masjid. "Kalau dari penelitian sejarah, nisan Ratu Enok itu memang mirip dengan batu nisan di abad 16 dan 17, jadi ini semakin memperkuat dugaan bahwa masjid dibangun di abad yang sama," ujarnya.
Namun sayangnya data-data dan arsip seputar Kerajaan Muara Beres ini kurang kuat. Bahkan di kantor Kelurahan Karadenan dan Dinas Kebudayaan Pemkab Bogor juga tidak ada data atau arsip soal Kerajaan Muara Beres dan masjid tertua tersebut.
"Memang cerita dari mulut ke mulut seperti itu, tetapi kalau data resmi tidak ada. Di kantor Kelurahan Karadenan tidak ada," ujar Taufik, salah seorang pegawai Kelurahan Karadenan.
Hal yang sama juga terjadi di Dinas Kebudayaan Pemkab Bogor. Data maupun arsip soal Kerajaan Muara Beres juga tidak ditemukan di sana.
"Kalau ada pastinya dari kelurahan atau kecamatan dan disampaikan kepada kami. Tetapi sampai sekarang belum ada laporan soal itu," ujar Burhan, pegawai di Dinas Kebudayaan Pemkab Bogor.
Cerita soal Kerajaan Muara Beres ini memang hanya ditularkan secara lisan dari generasi ke generasi di Kampung Karadenan. Kebenaran soal sejarah itu pun masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Kelurahan Karadenan ©2016 Merdeka.com
"Sejarah itukan punya versi. Anggaplah ini versi saya atau versi kampung ini. Saya juga dapat cerita ini dari bapak saya. bapak saya dapat dari kakek saya. dan seterusnya. Saya juga ceritakan ini ke anak saya supaya mereka tidak lupa sama leluhur dan karuhun," ujar Kang Dadang. [hhw]
Baca juga:
Karadenan kampung para raden
Menjaga pusaka merawat budaya
Melihat Meuligoe Wali Nanggroe, istana para pemangku adat Aceh
Lupa kombinasi brankas, mahkota Raja Klungkung terkurung 22 tahun
Menelusuri tujuh lencana kerajaan kuno era Kediri
Sisi mistis Gunung Lawu hingga pendaki ogah dievakuasi
Mencengkeram Bogor dari Sukamiskin
Sekitar 4 Hari yang laluKetar Ketir Setelah Penangkapan Ade Yasin
Sekitar 4 Hari yang laluPilpres 2024, Menanti Sikap Pragmatis Parpol
Sekitar 1 Minggu yang laluPilpres 2024: Calon Kuat Tak Punya Tiket
Sekitar 1 Minggu yang laluAgar Tak Terjebak Macet Panjang saat Puncak Mudik
Sekitar 3 Minggu yang laluTiga Hari Krusial Mudik di Tol Trans Jawa
Sekitar 3 Minggu yang laluBeda Pendapat Ahli Pidana soal Cara Penyelesaian Kasus Korban Bunuh Begal
Sekitar 3 Minggu yang laluMembedah Kasus Amaq Sinta, Korban Begal Jadi Tersangka Hingga Dibebaskan
Sekitar 3 Minggu yang laluSutjiati Narendra: Saya Setia dan Tidak Kecewa Balik ke Indonesia
Sekitar 4 Minggu yang laluKepala Badan Pangan: Kita Bisa Beli Lahan di Luar Negeri untuk Produksi Pangan
Sekitar 1 Bulan yang laluKetika Pangan Indonesia Bergantung Impor
Sekitar 1 Bulan yang laluPandemi Usai, Harga Pangan Melonjak
Sekitar 1 Bulan yang laluINFOGRAFIS: Waspada Suhu Panas di Indonesia Naik
Sekitar 1 Bulan yang laluMinyak Goreng Curah di Cirebon Melimpah, Harga per Liter Rp14.500
Sekitar 3 Jam yang laluJokowi Tinjau Harga Minyak Goreng dan Bagikan BLT di Pasar Muntilan
Sekitar 8 Jam yang laluPresiden Jokowi Cek Harga Minyak Goreng Curah di Pasar Muntilan
Sekitar 12 Jam yang laluPresiden Jokowi Pastikan Harga Minyak Goreng Curah Segera Menginjak Rp14.000
Sekitar 15 Jam yang laluJokowi Soal Harga BBM: Subsidi APBN Gede Sekali, Tahan Sampai Kapan?
Sekitar 9 Jam yang laluDemo di Patung Kuda, Buruh dan Mahasiswa Bawa Empat Tuntutan Ini
Sekitar 10 Jam yang laluAlternatif Cara Tahan Kenaikan Harga Pertalite dkk Tanpa Tambah Utang
Sekitar 13 Jam yang laluLangkah Pemerintah Batalkan Rencana Kenaikan Harga BBM Hingga Tarif Listrik Tepat
Sekitar 15 Jam yang laluKritik Rusia, Eks Presiden AS George W Bush Keceplosan Sebut Invasi ke Irak Brutal
Sekitar 1 Hari yang laluPermintaan Ambulans untuk Ukraina Meningkat di Tengah Invasi Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluPengamat Militer Rusia Punya Pandangan Mengejutkan tentang Perang di Ukraina
Sekitar 2 Hari yang laluSri Mulyani: Tiap Negara Punya Strategi Hadapi Kenaikan Harga Energi dan Pangan
Sekitar 2 Hari yang laluEks Jubir Covid-19 Achmad Yurianto Meninggal Dunia
Sekitar 7 Jam yang laluUpdate Covid-19 21 Mei 2022: Kasus Positif Bertambah 263 Orang
Sekitar 10 Jam yang laluIni Upaya Tekan Kasus Aktif saat Pelonggaran Aturan Covid-19 Diterapkan
Sekitar 20 Jam yang laluPeningkatan Mobilitas Masyarakat Saat Mudik Dorong Pemulihan Ekonomi
Sekitar 1 Hari yang laluLapor Jokowi, Menko PMK Sampaikan Kasus Kecelakaan Mudik 2022 Turun 11%
Sekitar 2 Hari yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 1 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 1 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami