Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Biaya Hidup di Jakarta, antara Kebutuhan dan Gaya

Biaya Hidup di Jakarta, antara Kebutuhan dan Gaya Gaya remaja pinggiran Jakarta nongkrong di Dukuh Atas. ©2022 Merdeka.com/Arie Basuki

Merdeka.com - Munculnya aplikasi pinjaman online membuat hidup Gio (43) berubah drastis. Bukan karena terlilit utang, tapi pekerjaan Gio sebagai sales kartu kredit tak lagi menghasilkan. Target bulanan tak pernah dia penuhi. Bonus pun tak cair.

Sejak 2018, Gio beralih profesi menjadi pengemudi ojek online. Dari penghasilan belasan juta per bulan saat menjadi sales kartu kredit, kini tiap hari dia cuma bisa mengantongi rata-rata Rp150 ribu.

"Kalau hoki bisa Rp300 ribu, itu pun kita udah banting tulang banget," kata Gio dalam perbincangan dengan merdeka.com pertengahan Juli lalu.

Gio bercerita, dia bekerja sebagai sales kartu kredit di salah satu bank swasta di kawasan Sudirman, Jakarta dari tahun 2003 sampai 2018. Bersama timnya yang berjumlah 5 orang, ada jumlah nasabah baru yang harus dia kejar setiap bulan. Jika target tercapai, penghasilan Gio bisa mencapai Rp15 juta. Gaji pokoknya saat itu cuma Rp3 juta.

Sekitar tahun 2017, muncul berbagai aplikasi pinjaman online (pinjol). Sejak itu Gio kesulitan mendapatkan nasabah baru yang tertarik untuk membuat kartu kredit. Persaingan semakin ketat dan sulit. "Kalau kartu kredit kan pakai kartu. Kalau aplikasi kan simple, data KTP cukup dikirim online, limit besar walaupun bunga gede, tidak ribet administrasi," ujarnya.

Sebagai sales marketing di Ibu Kota, Gio merasakan kebutuhan hidupnya cukup tinggi. Salah satunya adalah biaya entertainment untuk mendapatkan nasabah. Gio biasa menyasar pengguna baru di kalangan korporat. Dia mendekati bagian HRD agar karyawan di suatu perusahaan bisa dibujuk untuk menggunakan kartu kredit dari bank yang dia tawarkan.

"Ini contoh, misalnya kita yakin akan dapat 20 jutaan di situ. Bagaimana caranya kita mendapatkan Rp20 juta itu, mau enggak mau kita harus mengeluarkan uang dulu sekitar Rp5 juta. Itu kita belikan apapun untuk HRD, segala macam. Jadi kita kasih hiburan dulu buat mereka," tuturnya.

"Jadi HRD-nya kita beli makan atau beli apapun lah agar ini jebol," ujarnya.

Saat targetnya tembus, Gio pun harus mengeluarkan uang lagi. Biasanya dia bersama timnya karaoke bareng, atau jalan-jalan bersama ke suatu tempat. Mengenang masa jaya-jayanya, Gio mengaku bisa menghabiskan jutaan rupiah untuk bersenang-senang. Ditambah, statusnya saat itu belum menikah.

"Tapi sekarang sudah berkeluarga, sudah enggak, kondisi saat ini sudah sulit apalagi jadi ojol. Jadi pikiran untuk keluarga. Ya namanya masih bujangan ya, hahaha. Gaji itu mengikuti kerja keras kita. Dulu mah gampang," tukas warga Tanah Abang itu.

Lingkungan Kerja Pengaruhi Gaya Hidup

Jojo (45) merasakan betul perubahan gaya hidup di tempat kerjanya saat ini. Meski begitu, karyawan bank di kawasan Sudirman, Jakarta itu berupaya menekan pengeluaran bulanannya untuk hal-hal yang tidak penting.

Bekerja di bidang perbankan sejak tahun 2004, gaji awal yang diterima Jojo mengikuti UMR sekitar Rp3 jutaan. Setiap selesai bekerja, Jojo langsung pulang ke rumahnya di Bekasi. Dia termasuk karyawan yang kurang bergaul, tak pernah nongkrong-nongkrong di kafe atau mal.

"Pulang kerja, mainnya bukan sama teman-teman kantor, justru main sama teman-teman kampus karena waktu masih zaman awal kerja ya," ujarnya kepada merdeka.com.

Perubahan dia rasakan saat pindah ke tempat baru. Rekan-rekan kerjanya hampir semua minum kopi bermerek semacam Starbucks. Jojo yang sebelumnya tidak suka minum kopi, ikut-ikutan. Saat rapat bersama timnya, rekan-rekannya biasa memesan kopi yang mahal.

"Jadi seperti sudah gaya hidup berubah, kita jadi ikut. Dulu enggak ada yang doyan ngopi. Karena kita meeting di situ, kalau kita mau sarapan ke bawah akhirnya kita beli kopi. Itu kan karena lingkungan sih sebenarnya," ujarnya.

Sadar gaya hidupnya berubah, Jojo mencari alternatif agar pengeluarannya tidak boros. "Saya sih lebih memilih kopi yang murah ya seperti Kopi Kenangan. Kalau yang Starbucks, pusing kita, sekali ngopi bisa sampai Rp50 ribuan. Repot kalau kita ikutin yang itu," tuturnya.

Jojo mengakui, faktor lingkungan yang paling mempengaruhi gaya hidup. Saat di rumah, dia tidak memilih-milih makanan. Apapun makanan yang tersedia dia makan. "Yang agak susah saat ketemu teman-teman terus pulangnya makan dulu, ngajak ngopi dulu, seperti itulah yang di luar budget yang enggak seharusnya di luar dugaan," ujarnya.

Satu hal yang penting kata Jojo, dia tidak terpengaruh gengsi dalam pergaulan. Jika memang tidak punya duit, dia tidak harus ikut makan ke tempat yang mahal. "Jadi kalau dibilangin gengsi enggak. Tapi memang karena lingkungan, semua orang itu jadi nongkrong ke sana, dari mulai bos atau satu tim ke sana," ujarnya.

Sementara Rosi (38), seorang project manager perusahaan di kawasan Selatan Jakarta mengaku, kenaikan penghasilan yang dia dapatkan turut mempengaruhi gaya hidup. Seperti Jojo, Rosi mengakui lingkungan kerja juga menjadi faktor pemicu.

"Misalnya dulu masih gaji kecil, beli lipstik yang murah, atau beli sepatu atau tas yang murah. Gaji naik ya beli lipstik atau tas atau pakaian yang bermerek. Sebenarnya bukan gaya-gayaan, cuma itu tadi lingkungan yang membuat kita demikian," ucap Rosi.

Rosi menambahkan, keinginan untuk tampil bergaya dengan barang bermerek pasti ada di setiap orang. Apalagi perempuan, harga make up pun mengikuti kenaikan gaji yang dia dapatkan. Tapi bagi Rosi, membeli barang-barang itu tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan kerja.

"Gaji naik pasti ada rasa ingin mencoba produk yang bermerek. Dan saya yakin semua cewek pasti begitu. Misalnya gaji kecil beli lipstik yang murah. Gaji naik atau gede pengen beli lipstik yang bagus, terus beli bedak yang bagus. Pakaian juga begitu. Terus beli handphone mau yang bagus. Ya mungkin bisa dibilang enggak mau kalah sama teman, tapi menurut saya itu lebih kepada kebutuhan dan penunjang kerja," tuturnya.

Kebutuhan atau Keinginan

Pengamat sosial yang juga Dosen Vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati mengungkapkan, 'kesempurnaan' seseorang di era digital saat ini disimbolkan dengan kemampuan mengikuti tren.

Manusia digital selain divonis sebagai manusia paling boros, lanjut Devie, juga divonis oleh para ahli sebagai manusia-manusia paling stres yang pernah ada di muka bumi. "Kenapa? Karena mereka akan terus membandingkan dirinya dengan orang lain. comparison itu adalah problem. Ketika Anda membandingkan diri Anda, Anda menjadi lebih tidak puas," ujarnya.

Devie mengingatkan prinsip dasar dalam hal konsumsi yakni kebutuhan dan keinginan. Keinginan seseorang tidak memiliki batas, sedangkan kebutuhan ada batasnya.

"Kita butuh handphone sebagai alat komunikasi, tapi apakah butuh handphone-handphone terbaru setiap bulannya? kan enggak. Ingin belum tentu butuh, nah ini yang berbahaya," ujarnya.

(mdk/bal)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP

"Jaga Gaya Hidupmu, Jaga Kesehatan Matamu!"

Gaya hidup yang kita miliki sehari-hari bisa sangat berpengaruh terhadap kesehatan kita. Hal ini termasuk dalam kesehatan mata.

Baca Selengkapnya
8 Kebiasaan Buruk Sehari-hari yang Bisa Picu Munculnya Stres

8 Kebiasaan Buruk Sehari-hari yang Bisa Picu Munculnya Stres

Tanpa kita sadari, sejumlah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari ternyata bisa menjadi penyebab terjadinya stres pada kehidupan kita.

Baca Selengkapnya
Bukan Kaget, Pria ini Heran Liat Mobil Tabrak Kamar di Rumahnya 'Apa ini Bang? Mau Tidur Mobilnya?'

Bukan Kaget, Pria ini Heran Liat Mobil Tabrak Kamar di Rumahnya 'Apa ini Bang? Mau Tidur Mobilnya?'

Sebuah mobil tiba-tiba menabrak bagian tembok hingga menerobos ke dalam kamar miliknya. Namun ia nampak heran bukannya kaget.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
15 Buah yang Paling Menyehatkan saat Dikonsumsi, Perhatikan Porsi Tiap Harinya

15 Buah yang Paling Menyehatkan saat Dikonsumsi, Perhatikan Porsi Tiap Harinya

Semua jenis buah-buahan adalah makanan bergizi yang baik untuk kesehatan tubuh. Yuk, simak 15 buah yang paling menyehatkan saat dikonsumsi!

Baca Selengkapnya
Manfaat Gaya Hidup Berkelanjutan, Ketahui Cara Penerapannya

Manfaat Gaya Hidup Berkelanjutan, Ketahui Cara Penerapannya

Gaya hidup berkelanjutan tak hanya berguna untuk lingkungan.

Baca Selengkapnya
7 Kebiasaan Malam Hari yang Bisa Bantu Lancarkan Pencernaan untuk Esok Hari

7 Kebiasaan Malam Hari yang Bisa Bantu Lancarkan Pencernaan untuk Esok Hari

Melancarkan pencernaan dan mempermudah buang air besar bisa dilakukan dengan sejumlah cara mudah.

Baca Selengkapnya
Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Diremehkan Mantan Suami & Diganggu Preman, Janda Cantik 2 Anak Nekat Jualan Bakso Gerobak Kini Omzetnya Rp100 Juta

Sempat kerja di Bandara Soekarno-Hatta selama dua tahun, Opi memutuskan buat banting setir berjualan bakso ikan dengan gerobak.

Baca Selengkapnya
10 Masalah Kesehatan yang Rentan Dialami Bapak-bapak Setelah Usia 40 Tahun

10 Masalah Kesehatan yang Rentan Dialami Bapak-bapak Setelah Usia 40 Tahun

Pada usia 40-an, seiring menerapkan gaya hidup sehat, penting juga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Baca Selengkapnya
Mengaku Merasa Kesepian Hingga Menangis Jalani Hidup Pasca Menjadi Duda, Desta: Namanya Manusia Ada Up And Down

Mengaku Merasa Kesepian Hingga Menangis Jalani Hidup Pasca Menjadi Duda, Desta: Namanya Manusia Ada Up And Down

Desta menceritakan soal kehidupannya yang kini menyandang status duda. Simak ceritanya berikut ini.

Baca Selengkapnya