Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
Produk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional
kerajinan kayu![Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/2/26/1708928836001-8i36w.jpeg)
Produk kerajinan batik kayu di Krebet telah menjangkau pasar nasional maupun internasional
![Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/26/1708928778199-qwjlc.jpeg)
Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa
![Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/26/1708928698957-0i840i.jpeg)
Desa wisata Krebet yang berada di Kalurahan Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul, merupakan sentra penghasil batik kayu. Penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai perajin yang membuat aneka produk kayu dengan finishing batik.
Salah satu perajin batik di Desa Wisata Krebet adalah Agus Jati Kumara. Dia mengatakan dulu di desa tersebut hanya ada perajin patung dan perajin batik kain.
Lalu mereka mengkombinasikan kayu dengan batik dan ternyata bisa diolah dengan proses yang sama.
![Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/26/1708928722101-um7g6.jpeg)
Saat ini para perajin yang masuk ke dalam anggota koperasi jumlahnya 58 orang. Sementara orang yang menggantungkan hidup dengan bekerja di kerajinan itu jumlahnya mencapai 350 orang.
Foto: YouTube Bantul TV
“Mereka bekerja sesuai permintaan. Ada yang spesialis membuat wayang, ada juga yang spesialis membuat topeng, dan ada pula yang membatik. Jadi ada beberapa kelompok yang punya spesialis masing-masing sehingga memudahkan kalau ada permintaan,”
kata Agus dikutip dari Bantulkab.go.id.
- Terinspirasi dari Lingkungan Sekitar, Ini Makna Batik Melati Pandanwangi dan Sejuta Bunga Khas Madiun
- Mengenal Batik Tulis Bayat, Hasil Karya Ibu-ibu Usai Gempa Yogyakarta 2006
- Mengenal Batik Tulis Ulur Wiji Asal Mojokerto, Dari Desa hingga Tembus Pasar Internasional
- Gambarkan Budaya Kota Kuno, Intip Indahnya Menik Batik Mijen Asli Tangerang
- H-3 Idulfitri, Konsumsi BBM Pertamax Melesat Paling Tinggi
- Momen Akrab Ganjar dan Mahfud di Hari Lebaran
Agus mengatakan setiap sanggar punya cara produksi dan pemasaran sendiri-sendiri. Untuk volume produksinya juga berbeda-beda.
Ada yang sebulan bisa mencapai 20.000 item, ada yang 500 item, dan ada pula yang hanya 100 item, tergantung permintaan dan jenis produksi yang dibuat.
Beberapa segmen pasar membeli hasil batik kayu untuk dijual kembali. Ada juga yang membeli untuk souvenir maupun kegiatan paket edukasi untuk mengenalkan muatan lokal membatik di kayu.
Menurutnya, tantangan para perajin di Krebet adalah era baru di mana kebanyakan pemasaran dilakukan secara digital. Masih sedikit para perajin yang menguasai pemasaran secara digital. Oleh karena itu mereka butuh sebuah kegiatan pelatihan pemasaran.
![Melihat Sentra Kerajinan Batik Kayu di Bantul, Hasil Kombinasi Dua Wujud Karya Seni yang Jadi Denyut Nadi Ekonomi Masyarakat Desa](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/26/1708928741371-guqwv.jpeg)
Sampai hari ini, aktivitas para perajin batik kayu di Krebet masih bergeliat. Komoditas yang mereka hasilkan sudah menjangkau pasar nasional maupun internasional.
Foto: YouTube Bantul TV
Tak hanya sebagai tempat berjualan, lambat laun kegiatan membatik pada kayu pada masyarakat Krebet menjadi komoditas wisata bagi orang-orang yang berkunjung ke sana.
Agus berharap, ke depan kerajinan batik kayu di Krebet bisa terus hidup dan menjadi nafas ekonomi bagi warga di sana.