Makna di Balik Tradisi Sadranan di Situs Keraton Kartasura, Peringati Sejarah Leluhur
Merdeka.com - Masyarakat Jawa menggelar tradisi Sadranan di berbagai tempat menjelang datangnya bulan suci Ramadan. Acara itu juga digelar di situs Keraton Kartasura.
Seperti diketahui, situs yang dulunya menjadi Istana Kerajaan Mataram Islam ini kini telah berubah menjadi kompleks pemakaman. Tak hanya pemakaman warga setempat, di sana juga dimakamkan beberapa tokoh yang dulunya menjadi petinggi Keraton Kartasura.
Oleh karena itu, tradisi Sadranan di Situs Keraton Kartasura digelar dengan adat Jawa yang kental. Para peserta Sadranan mengenakan blangkon dan juga kemeja batik.
Lantas apa makna tradisi Sadranan di kompleks pemakaman yang juga merupakan situs bersejarah itu? Berikut selengkapnya:
Keseruan Sadranan di Situs Keraton Kartasura
©YouTube/BETA TV
Tradisi Sadranan di situs Keraton Kartasura diikuti warga sekitar dan juga para pegiat budaya. Dalam video yang diunggah akun YouTube BETA TV pada Sabtu (26/3), mereka beramai-ramai membersihkan makam dari sampah-sampah serta tumpukan daun-daun kering, agar makam terlihat lebih cantik.
Selain itu, di antara warga juga ada yang menggelar doa di depan makam. Mereka juga menaburkan bunga-bunga dan juga membersihkan batu nisan dari noda.
Di sudut lain makam yang luas itu, beberapa orang juga tampak duduk bersama dan menggelar tumpeng. Mereka tampak saling bercengkrama antara satu sama lain.
Makna Tradisi Sadranan
©YouTube/BETA TV
Djoeyatmono, panitia Tradisi Sadranan di situs Keraton Kartasura mengatakan kegiatan itu merupakan perpaduan kegiatan budaya dan religi. Mengenai bersih-bersih makam, Djoeyatmono mengartikan makna “bersih-bersih” itu tak hanya dalam arti harfiah, namun juga batiniah.
“Kenapa dipilih di Keraton Kartasura? Sebenarnya dari kami ada keinginan menjadikan situs yang sudah lama terbengkalai ini juga diperhatikan oleh para generasi keluarga Kartasura. Karena ini bagaimanapun bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga menjadi tanggung jawab masyarakat agar terawat, bersih, rapi, dan sebagainya,” kata Djoeyatmono, mengutip dari kanal YouTube BETA TV.
Peringati Sejarah Leluhur
©YouTube/BETA TV
Raden Surojo, pegiat sejarah dan budaya Solo Raya mengatakan bahwa tradisi Sadranan di situs Keraton Kartasura telah dilaksanakan secara turun temurun. Baginya, tradisi itu merupakan bentuk doa terhadap roh para leluhur karena kegiatan itu akan mendatangkan timbal balik bagi mereka yang masih hidup di alam dunia.
“Tradisi ini rutin digelar pada Bulan Ruwah. Ruwah itu kan artinya roh dari leluhurnya untuk diangkat ke atas, dan didoakan. Karena dalam tradisi Jawa, memuliakan roh akan berdampak pada kehidupan kita di dunia,” pungkas Raden, mengutip dari kanal YouTube BETA TV pada Sabtu (26/3).
(mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap bulan suci Ramadan tiba, salah satu tradisi yang paling dinantikan adalah ngabuburit.
Baca SelengkapnyaKabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca SelengkapnyaKesenian tradisional dari Provinsi Lampung ini biasanya dibawakan ketika acara-acara besar di Keratuan Darah Putih.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di balik pelaksanaannya, tradisi Nyadran memiliki nilai-nilai sosial budaya yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu kesenian berasal dari Lampung Barat ini menjadi simbol suatu kehormatan dan kebesaran yang dipertunjukkan pada upacara ritual yang sakral.
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Sumatra Utara, masyarakat menyambut bulan suci ini dengan ragam tradisi yang berbeda-beda dan tentunya penuh makna.
Baca SelengkapnyaKue Talam merupakan kudapan tradisional Suku Banjar. Kue ini terbuat dari bahan dasar santan dan tepung.
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca Selengkapnya