Anak Korban Tsunami Aceh Bisa Kuliah Gratis di UGM, Begini Kisahnya
Kini ia sedang mencari beasiswa lain untuk biaya hidup di Jogja

Kini ia sedang mencari beasiswa lain untuk biaya hidup di Jogja

Anak Korban Tsunami Aceh Bisa Kuliah Gratis di UGM, Begini Kisahnya
Muhammad Arifin Ilham (18), punya tekad besar untuk melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi. Butuh biaya besar untuk mewujudkan tekad Ilham. Padahal ia berasal dari keluarga yang kurang mampu.
Ilham lahir dari keluarga sederhana. Ia merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Mukhlis (46) dan Afrianti (40). Kedua orang tuanya merupakan korban tsunami yang menerjang Aceh pada 2004 silam.
Sang ayah menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Setiap hari Mukhlis menjalankan usaha kelontong dengan penghasilan rata-rata Rp1,5 juta per bulan.
Ilham lahir tiga bulan setelah tsunami Aceh. Dalam kondisi masih mengungsi, sang ibu melahirkan Ilham dalam kondisi prematur di usia kandungan tujuh bulan dengan berat hanya 1,3 kg. Mulai dari lahir hingga usia dua tahun, Ilham tinggal di tenda pengungsian bersama kedua orang tuanya.
"Saat terjadi tsunami Desember 2004 lalu, ibu masih dalam kondisi hamil dalam usia kandungan lima bulan. Alhamdulillah bapak ibu selamat dari tsunami, mereka lari ke bukit saat itu," kata Ilham.
Meski hidup dalam kondisi pas-pasan, namun Ilham tak pernah berkecil hati. Sejak kecil ia memang sudah bermimpi bisa kuliah agar terlepas dari belenggu keterbatasan. Oleh karena itu sejak bangku sekolah dasar ia berusaha untuk selalu berprestasi dengan tekun belajar.

Ingin Kuliah di UGM
Sejak SD hingga SMP, Ilham selalu masuk tiga besar di sekolahnya. Pada jenjang SMA, ia selalu menjadi ranking satu dan mendapat beasiswa pendidikan. Sederet prestasi tingkat nasional pernah ia sabet di antaranya Juara 1 Kompetisi Bahasa Inggris Jenius Competition 2022, Juara 1 Lomba Esai FPCI UGM 2022, dan Juara 1 Olimpiade Bahasa Inggris yang digelar PT Bima Competition.
Keinginannya untuk kuliah semakin menguat karena selalu mendapat dorongan dari para gurunya di MAN 1 Banda Aceh. Ia pun menjatuhkan pilihan pada UGM untuk melanjutkan studi.
"Sejak SMP memang ingin kuliah di UGM. Kata orang-orang, kalau ada potensi lebih baik kuliah di luar Aceh," kata Ilham.
Gayung bersambut, Ilham berhasil diterima di UGM. Kedua orang tuanya memberi restu dengan syarat harus mencari beasiswa karena tidak mampu kalau harus membiayai secara mandiri.
Ilham berhasil diterima di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNPB) 2023 di Prodi Hubungan Internasional. Selain tanpa tes, ia menjadi salah satu penerima UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100% sehingga dibebaskan dari biaya kuliah hingga 8 semester. Tak hanya itu ia juga menjadi kandidat penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) dari pemerintah.
"Anaknya memang sejak dulu ingin kuliah di Jogja. Kami senang dia bisa diterima masuk UGM gratis," kata Mukhlis, ayah Ilham.
Biaya Hidup Harus Mandiri
Walaupun dapat kuliah gratis di UGM, bukan berarti Ilham terbebaskan dari semua biaya. Kebutuhan sehari-hari di Jogja harus diupayakannya sendiri.
"Ternyata biayanya tidak full. Asrama dan biaya hidup tidak ditanggung. Saat itu saya bilang ke anaknya tidak usah diambil karena memang tidak mampu biayanya. Bantu-bantu di rumah saja," ujar Afrianti.
Orang tua Ilham lantas menyampaikan ke sekolah terkait hal tersebut. Namun pihak sekolah menyarankan Ilham untuk lanjut kuliah.
"Kalau soal biaya kuliah, kata sekolah nanti bisa cari beasiswa KIP. Kalau tidak nanti anaknya cari beasiswa lain buat hidup di Jogja," kata Mukhlis.

Mukhlis berharap anaknya bisa menjalani kuliah dengan lancar, lulus tepat waktu, dan segera mendapat pekerjaan.
"Kami hanya bisa mendoakan anaknya bisa lancar kuliah dan jadi orang sukses, bisa membantu keluarga nantinya,” pungkas Mukhlis dikutip dari Ugm.ac.id..