Kisah Seram Pembantaian Takokak, Jejak Keji Tentara Belanda di Cianjur Selatan
Merdeka.com - Pada 15 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Hal ini pun membuat Sekutu datang ke Indonesia. Sebagai pemenang Perang Dunia II, Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang di berbagai wilayah yang pernah mereka kuasai, termasuk Indonesia.
Namun kedatangan pasukan Sekutu ke Nusantara ini turut diboncengi oleh Netherland Indies Civil Administration (NICA). Mereka berhasrat untuk kembali menguasai sebagian besar wilayah Nusantara, tak terkecuali Cianjur Selatan.
Kawasan Takokak, tepatnya daerah Bukit Gunung Tugu, menjadi saksi bisu terjadinya pembantaian sadis terhadap masyarakat pribumi yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Aksi keji tersebut bermula dari pemberontakan rakyat atas Perjanjian Renville yang disepakati pada 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat, USS Renville.
Tempat Eksekusi itu Bernama Takokak
Mimpi buruk itu masih terngiang di benak Yusup Soepardi, warga setempat yang merupakan saksi kekejaman Belanda di kawasan perbukitan Cianjur Selatan tersebut.
Sebagai orang yang turut melawan kekejaman pasukan NICA, Ia masih ingat beberapa lokasi di Kecamatan Takokak yang menjadi tempat eksekusi.
Pada 1948, dirinya sedang bertugas di kawasan tersebut. Ia kerap mengamati aktivitas para serdadu Belanda saat perang kemerdekaan, termasuk membantai para kaum republiken di kawasan dataran tinggi itu.
“Jadi dulu jika ada seseorang yang dibawa ke Takokak, maka bisa dipastikan jika ia tak akan kembali lagi, dan biasanya mereka dieksekusi di wilayah-wilayah seperti Jalan Lima, Puncak Bungah, Ciwangi, Pal Dua, Pasirtulang dan Cikawung. Mereka tewas dengan sebuah lubang peluru di leher,” terang Yusup yang juga merupakan mantan laskar kemerdekaan di Cianjur Selatan, sebagaimana termuat di journal2.unfari.ac.id yang ditulis Muhammad Daud & Indra Kristian (2019).
Si Werling, Pimpinan Algojo Belanda di Bukit Takokak
Si Werling/Raymond Pierre Paul Westerling
©2021 Kanal Youtube Dutch Docu Channel/editorial Merdeka.com
Menurut pria sepuh tersebut, di kawasan Takokak terdapat seorang pimpinan algojo Belanda bernama Si Werling. Beberapa kalangan menduga jika komando eksekutor sadis itu berada di tangan Raymond Pierre Paul Westerling, seorang Kapten Pasukan Khusus AD Belanda, di Depot Speciaale Troepen dan di Korps Speciaale Troepen (DST/KST).
Si Werling merupakan algojo yang dikenal sadis dalam mengeksekusi kalangan republiken. Hal tersebut turut diaminin oleh Atjep Abidin, seorang Ketua Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) rayon Takokak yang menyebutkan jika sebagian besar yang dieksekusi di perbukitan Takokak merupakan kalangan pribumi yang menolak perjanjian Renville.
“Mereka yang dieksekusi di Takokak kebanyakan adalah orang-orang sipil, mereka sebelumnya diangkut oleh truk-truk militer dari penjara Van Delden di Gunung Puyuh, Sukabumi, kemudian di Takokak, para tahanan itu disimpan di kantor kecamatan atau pos militer Belanda di Bunga Melur. Abis satu/dua jam, mereka dibawa ke beberapa titik yang sudah disebutkan di atas untuk dihabisi,” katanya sembari menyebut ciri-ciri Si Werling yang disebutkan kekar tidak begitu tinggi dan sering pakai baret berwarna hijau.
Enampuluh Delapan Korban Itu Kini Dimakamkan Secara Layak
©2021 Kanal Youtube Egi Aditya/editorial Merdeka.com
Menurut catatan di jurnal tersebut, korban-korban yang tewas sekitar 73 tahun lalu itu kini telah dimakamkan di kawasan Bukit Cigunung Putri, Kecamatan Takokak.
Sebelumnya tulang belulang para korban kekejaman Belanda ditemukan menggunung di tengah hutan gunung pada dekade 1980-an. Tengkorak dan tulang-tulang tersebut kemudian diangkut dengan truk-truk oleh petugas untuk dikuburkan secara layak di pinggir jalan di kaki gunung Tugu, yang saat ini dinamakan Taman Makam Pahlawan Desa Pasawahan Kecamatan Takokak.
Pembantaian di Takokak termasuk salah satu yang terkejam, mirip dengan pembantaian Westerling di Sulawesi Selatan pada Desember 1946 sampai Februari 1947 selama masa operasi militer Counter Insurgency atau penumpasan pemberontakan terhadap masyarakat sipil.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nahas, 3 Emak-Emak di Garut Tertabrak saat Menyeberang Sepulang Pengajian
Tiga orang emak-emak di Garut Jawa Barat tertabrak mobil saat menyeberang usai menghadiri kegiatan pengajian
Baca SelengkapnyaKebakaran Ruko di Mampang Prapatan Tewaskan 7 Orang yang Terjebak di Lantai 2, Ada Anak dan Balita
Api dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca SelengkapnyaKisah Perjuangan Kyai Makmur, Pahlawan Kemerdekaan dari Pemalang yang Tewas Tertembak Belanda
Kyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kisah Burung Berpangkat Letnan Paling Berjasa Bagi Pejuang Indonesia Sampai Tewas Ditembak di Hadapan Komandan
Bukan hanya manusia, ini sosok binatang paling berjasa dalam kemerdekaan Indonesia. Siapa yang dimaksud?
Baca SelengkapnyaTempat ini Jadi Saksi Bisu Pangeran Diponegoro Ditangkap Belanda, Ada Kursi dengan Bekas Tancapan Kuku
Simak cerita di balik tempat bersejarah dan saksi bisu ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
Baca SelengkapnyaNasib Buruk Para Noni Belanda di Indonesia Zaman Jepang, Sungguh Mengenaskan Banyak Dijadikan Wanita Penghibur
Kisah sedih para tahanan wanita asal Belanda usai tentara Jepang berhasil menguasai Nusantara.
Baca SelengkapnyaSejarah Pertempuran Lima Hari Lima Malam, Perang Tiada Henti Pasukan TRI Melawan NICA di Kota Palembang
Perjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaJejak Sejarah Kelapa Sawit di Indonesia, Berawal dari Perusahaan Besar Milik Belanda di Pantai Timur Sumatra
Tanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Baca SelengkapnyaBerkas Dua Tersangka Penganiayaan Santri di Kediri Diserahkan ke Kejari, Sisanya Masih Diproses
Berkas Dua Tersangka Penganiayaan Santri di Kediri Diserahkan ke Kejari, Sisanya Masih Diproses
Baca Selengkapnya