Kisah Warga Albino di Kampung Ciburuy, dari Tradisi hingga Mendapat Diskriminasi
Merdeka.com - Kampung Ciburuy memang dikenal sebagai kampung yang kuat akan budaya dan tradisinya hingga saat ini. Terletak 20 km dari pusat Kota Garut, kampung ini menyimpan situs budaya yang mengakar kuat hingga menjadi sebuah tradisi yang dipegang erat.
Selain kuatnya tradisi di kampung tersebut, yang menjadi sorotan hingga saat ini adalah kondisi sebagian masyarakatnya yang memiliki kelainan pigmen kulit yang biasa disebut albino dan secara turun temurun telah tinggal di Kampung Ciburuy.
Keadaan tersebut banyak dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai warisan dari kalangan Belanda yang pernah tinggal di kampung Ciburuy dan memperdalam kebudayaan serta tradisi seputar budaya Sunda di kampung tersebut.
Berawal dari Orang Belanda
Menurut juru kunci Kampung Ciburuy, Ujang Suryana, kondisi pigmen kulit yang tidak biasa dan dialami oleh beberapa warga Kampung Ciburuy berasal dari warga Belanda yang singgah di kampung tersebut.
Ujang menjelaskan bahwa awalnya terdapat seorang warga Belanda yang melakukan ziarah ke situs pabuyutan Kampung Ciburuy dan mendapatkan kecebong putih. Pasca kejadian tersebut warga Belanda itu memiliki keinginan yang kuat untuk memperdalami budaya serta keilmuan Sunda yang mengakar di Kampung Ciburuy.
Mendapat Petunjuk Melalui Mimpi
Namun ketika mulai mempelajari budaya Sunda tersebut, warga Belanda tadi mendapat petunjuk melalui mimpi bahwa Ia harus meninggalkan suatu tanda ke warga Desa Ciburuy dengan menempelkan jarinya ke perut wanita yang sedang hamil. Sejak saat itu mulai terdapat warga setempat yang melahirkan bayi berkulit albino.
"Betul, tapi saya juga sedikit kurang paham. Hanya saja menurut orang tua zaman dulu, sejarahnya, pernah ada seorang warga Belanda yang berziarah ke Ciburuy terus mendapatkan sepasang kecebong (buruy) berwarna putih. Setelah itu, konon orang Belanda tadi berjanji akan mendalami ilmu Kesundaan.
Nah, saat akan memulai mempelajarinya orang Belanda tersebut mendapatkan ilham: Jika ingin mendalami ilmu Kesundaan harus menyimpan tanda di Kampung Ciburuy dengan cara menempelkan jempolnya ke perut ibu yang sedang hamil di kampung ini Ciburuy. Nah semenjak itu, selalu saja di kampung ini ada ibu yang melahirkan bayi berkulit bule (Albino)," jelasnya.
Mendapatkan Diskriminasi
Selain memiliki sisi keunikan, beberapa warga Kampung Ciburuy yang memiliki kelainan pigmen kulit tersebut justru mendapatkan diskriminasi dari masyarakat lain yang memiliki kondisi normal, Rosanah (17) salah satunya.
Menurut keterangan keluarga, Rosanah terpaksa harus berhenti sekolah karena mendapatkan diskriminasi dari teman-teman sekolahnya.
"Saya sering diejek di sekolah. Saya suka kesal," ujarnya.
Lebih buruk lagi, Rosanah mengaku tidak berani menikah, karena takut anaknya akan memiliki kondisi albino sepertinya.
Hal serupa juga terjadi oleh Dewi Resmana (13), putri dari Ujang Suryana dan Siti Rohmah tersebut pernah mengalami ejekan serupa ketika di sekolah. Bahkan Ia beberapa kali pulang sekolah dalam keadaan menangis dan enggan untuk kembali bersekolah.
Sang Ibu, Siti Rohmah (33) yang mendapati kejadian tersebut berupaya menjelaskan kepada teman sekolah Dewi bahwa sesama ciptaan Tuhan tidak boleh saling menghina.
Sering Mendapat Ejekan
Keluarga Isur Suryana
Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Lain dengan Rosanah dan Dewi Resmana, Isur Suryana warga Ciburuy yang juga memiliki pigmen kulit Albino berusia 41 tahun tersebut sempat memiliki pengalaman yang tidak mengenakkan, Ia pernah "dikutuk" oleh teman-temannya bahwa Ia tidak akan mendapat jodoh.
"Saya dibilang, mana ada cewek sini yang mau dengan bule seperti kamu," cerita dia.
Namun Isur tetap bersemangat menjalani hidup, dan menganggap bahwa ejekan dan "kutukan" dari teman-temannya saat masih remaja itu merupakan angin lalu. Buktinya, ketika dia dewasa, ada perempuan normal (tidak albino) yang mau menerima dirinya apa adanya.
Perempuan yang kemudian menjadi istrinya itu bernama Awang. Pasangan suami istri tersebut kemudian dianugerahi dua anak normal.
"Ini bukti nyata bahwa albino juga bisa mendapatkan jodoh yang normal. Anak-anak saya juga normal," katanya.
Mengenal Albino
Dilansir dari Halodoc.com, albinisme atau albino merupakan kondisi tubuh yang mengalami kelainan dalam memproduksi melanin pada kulit sehingga menimbulkan efek kulit berwarna putih pucat yang menyebar hingga rambut, Kondisi tersebut tidak menular dan hanya bisa diturunkan oleh keturunan sebelumnya yang memiliki kelainan serupa.
Semua kalangan maupun etnis bisa mengalami kondisi tersebut dan kondisi albino tidak dapat disembuhkan, namun albino tidak berpengaruh terhadap aktivitas sehari hari bagi penderitanya.
Masyarakat Albino Beraktivitas Seperti Biasa
Reuters/Carlo Allegri
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaSalah satu korban gigitan ulat berbisa di Kampung Cibogo Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, pada bagian tangan kanananya menghitam dan membusuk.
Baca SelengkapnyaSelain asyik untuk bermain air, di sini juga apik untuk berswafoto hingga mengabadikan pemandangan yang indah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tradisi menumbuk padi di Kampung Adat Urug benar-benar unik
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaDalam menyambut bulan Ramadan, setiap daerah memiliki tradisinya masing-masing yang unik dan penuh makna.
Baca SelengkapnyaNyawalan jadi ajang silaturahmi sekaligus melestarikan tradisi nenek moyang di Ciamis.
Baca SelengkapnyaSalah satu tradisi dari Provinsi Jambi yang konon sudah berusia ratusan tahun ini sampai sekarang masih terus dilestarikan.
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca Selengkapnya