Ditampilkan di Jabar, Ini Makna Tari Bedhaya Sapta Jadi Simbol Kedekatan Sunda-Jawa
Merdeka.com - Provinsi Jawa Barat dan Yogyakarta menguatkan kerja sama di berbagai bidang melalui perhelatan Gempita Budaya (Gelar Muhibah Pikat Amerta Budaya) Jawa Barat - Yogyakarta. Acara tersebut dilangsungkan di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Citarum, Kecamatan Bandung Wetan, Kota Bandung, Selasa (7/12) malam.
Dalam kesempatan yang dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwana X dan Kanjeng Ratu Hemas itu turut ditampilkan kesenian khas dari kedua provinsi, salah satunya Tari Bedhaya Sapta.
Divisi Kesenian dan Pertunjukan Keraton Yogyakarta Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Kridhamardawa, KPH Notonegoro menjelaskan, Seni tersebut merupakan simbol kedekatan dari Jawa (Yogyakarta) dengan Sunda, karena terinspirasi dari Babad Pasundhan.
"Kami memutuskan menampilkan Bedhaya Sapta yang isi ceritanya bersumber dari Babad Pasundhan." kata dia, di Bandung kemarin.
Mengangkat Kisah Pengikisan Batas Dua Wilayah
Tari Bedhaya Sapta
©2021 YouTube Humas Jabar/Merdeka.com
KPH Notonegoro melanjutkan, Bedhaya Sapta mengisahkan tentang dua punggawa Sultan Agung, yaitu Ki Tumenggung Lirbaya dan Ki Tumenggung Nampabaya. Keduanya diutus untuk membuat tapal batas antara tanah Mataram dan Pasundhan, sebagai pengikis jarak yang saat itu terjadi.
Tarian tersebut merupakan tarian Yasan Dalem, karya Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan ditarikan oleh 7 penari perempuan.
Dikisahkan, kesenian tersebut memiliki akhir cerita terjalinnya hubungan antara utusan Mataram dan tlatah Pasundhan.
"Nah karena cerita ini lah, kami merasa Bedhoyo Sapto tepat untuk ditampilkan di tanah Pasundhan juga,” kata dia.
Simbol Kedekatan Budaya Jawa Barat dan Ngayogyakartahadiningrat
Tari Beksan Menak Kakung Umarmaya-Umarmadi
©2021 YouTube Humas Jabar/Merdeka.com
Selain itu, turut ditampilkan tarian Beksan Menak Kakung Umarmaya-Umarmadi yang bercerita tentang pertemuan antara Adipati Umarmaya dengan Prabu Umarmadi untuk mengambil kekuasaan milik Tiyang Agung Jayengrana.
Tarian tersebut juga diciptakan oleh Yasan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwana IX, di mana unsur gerak tarinya konon terinspirasi dari Wayang Golek asal Jawa Barat.
Dari dalamnya makna antara Bedhoyo Sapto dan Beksan Menak Kakung Umarmaya-Umarmadi, secara simbolis diharapkan bisa menjadi perekat hubungan kerja sama serta wadah pertukaran budaya yang baik antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Barat.
“Harapannya, dengan acara Gempita Budaya Jawa Barat-Yogyakarta yang menyuguhkan baik kesenian tradisi dari Keraton Yogyakarta maupun seniman-seniman Jawa Barat ini bisa menjadi jembatan antara kebudayaan tanah Pasundhan dan Mataram, sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis antara Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” ungkap KPH Notonegoro.
Kunjungan Balasan
©2021 YouTube Humas Jabar/Merdeka.com
Sementara Ridwan Kamil selaku tuan rumah mengungkapkan, kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari Perjanjian Kerjasama Pengembangan Potensi Daerah dan Pelayanan Publik antara Provinsi Jawa Barat dan DIY yang telah dilaksanakan tanggal 1 Desember 2021 di Kompleks Candi Prambanan.
"Jadi malam ini merupakan simbol tertinggi persahabatan antara dua provinsi. Yang satu mewakili Pasundan Jawa Barat, untuk mewakili kerja sama dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yang memiliki budaya Jawa yang adiluhung" kata Emil, dikutip dari YouTube Humas Jabar.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kata-kata Sunda memiliki signifikansi yang besar dalam mengekspresikan identitas budaya dan kearifan lokal di wilayah Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKerajaan yang dijadikan tema antara lain Aceh, Sunda Kelapa, Jawa Tengah, Bali, Toraja, Medan dan Pasundan
Baca SelengkapnyaGerak jalan yang dilangsungkan di lokasi sakral Alun-Alun Yogyakarta
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Belum diketahui apa pembicaraan antara Surya dengan Jokowi dalam pertemuan itu.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI Jakarta bakal menggelar perayaan malam tahun baru menuju 2024 di kawasan Bundaran HI
Baca SelengkapnyaMenteri Pertahanan Prabowo Subianto dikenal dengan sikapnya yang menolak menginjak karpet merah saat berada di acara tertentu.
Baca SelengkapnyaDia juga menyoroti keberanian Gibran sebagai sosok pemuda yang ingin menghadirkan perubahan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaHal ini guna mendukung keberlangsungan manfaat barang milik negara
Baca SelengkapnyaMasyarakat setempat bersikap wajar dalam bereaksi terkait adanya konvoi itu.
Baca Selengkapnya