Kerap Terdengar 'Suara Kuntilanak', Pulau di Sukabumi Ini Bikin Penasaran
Ramai jadi destinasi wisata, pengunjung akan mendengarkan "suara" kuntilanak.
Ramai jadi destinasi wisata, pengunjung akan mendengarkan "suara" kuntilanak.
Di perairan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, terdapat sebuah destinasi yang memiliki nama cukup seram yakni Pulau Kunti.
Pulau ini terbilang belum banyak diketahui orang, dan masih terjaga alami. Di sana, pengunjung akan mendengar “suara tertawa" dari Kuntilanak yang seketika membuat bulu kuduk merinding. Meski demikian, lokasi ini tidak seseram namanya. Bahkan kerap dijadikan destinasi favorit oleh wisatawan dari berbagai daerah. Pulau Kunti menjadi area wisata yang sayang untuk dilewatkan saat mengunjungi perairan Sukabumi.
Mengutip kanal YouTube Smiling West Java, Kamis (3/8), pulau Kunti berada satu kawasan di wilayah Geopark Ciletuh. Di sana terdapat banyak pulau-pulau kecil yang sebagian besa merupakan sisa dari letusan Gunung Purba Jampang. Secara topografi, Pulau Kunti bukan terbentuk dari sisa letusan Gunung Purba Jampang, melainkan dari benturan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia yang terlipat, kemudian tersingkap dan patah hingga membentuk Pulau Kunti.
Kemunculan suara mirip kuntilanak di Pulau Kunti pun benar adanya. Namun datangnya bukan dari makhluk tersebut yang sedang tertawa, melainkan dari fenomena alam benturan ombak dengan bebatuan di sana.
Proses terjadinya juga tidak setiap saat, melainkan saat ada benturan dari ombak berukuran sekitar enam meter.
Kawasan Geopark Ciletuh memang memancarkan keindahan yang bukan hanya dari letak geografisnya, melainkan dari kondisi perairannya yang jernih. Hal yang sama juga bisa ditemui di sekitar Pulau Kunti, di mana pengunjung bisa melihat bebatuan karang di bawah laut, dan bisa berjalan di atas bebatuan tersebut karena air yang begitu jernih. Namun perlu diperhatikan ombak di kawasan Pulau Kunti sering kali tinggi karena masuk ke kawasan Samudera Hindia. Tetap waspada dan utamakan keselamatan saat berkunjung ke sana.
Di sekitar Pulau Kunti, pengunjung juga bisa menemui fenomena unik lainnya seperti adanya telapak kaki dari manusia purba. Berdasarkan informasi yang dihimpun, usia telapak kaki tersebut sudah sekitar 60 juta tahun lalu, dan hanya ada di kawasan Ciletuh. Konon, telapak kaki ini terkait dengan cerita pewayangan Semar dan Togog yang saling membuktikan alasan mengapa mereka bisa ada di dunia ini.
Selain itu di sana juga terdapat Gua Jomblo yang terbentuk secara alami dari hasil korosif ombak terhadap tebing karang. Gua ini memiliki kedalaman sekitar 15 meter, dan memiliki mitos bagi siapa saja yang memasuki gua, beberapa waktu setelah ke luar akan langsung bertemu dengan jodohnya.
Menurut informasi, untuk menuju Pulau Kunti pengunjung tidak disarankan menggunakan Google Maps. Namun pilihlah alamat Pulau Manuk dalam kolom pencarian Google Maps untuk menuju ke sana.
Jika Anda sedang menghabiskan waktu akhir pekan di Banyuwangi, jangan melewatkan tempat wisata yang satu ini.
Baca SelengkapnyaPulau Bangka Belitung memiliki beberapa destinasi wisata pantai yang elok dan patut untuk disambangi saat liburan, salah satunya Pulau Lengkuas.
Baca SelengkapnyaGanjar juga mengunjungi sejumlah tempat bersejarah di Pulau Mansinam, di antaranya berkunjung ke sumur tua
Baca SelengkapnyaKeindahan surga tersembunyi ini terlindung di tengah lebatnya hutan lindung Nuraksa.
Baca SelengkapnyaPanjang terowongan ini sekitar 828 meter. Maka wajar jika pembangunannya memakan waktu cukup lama.
Baca SelengkapnyaPulau Pasumpahan, salah satu spot wisata favorit dan populer di Kota Padang, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaMahfud MD, Gibran Rakabuming dan Muhaimin Iskandar. Kira-kira, siapa ya yang paling tinggi menambah elektabilitas capresnya?
Baca SelengkapnyaPulau Pamutusan, salah satu wisata bahari yang ikonik dan populer di Kota Padang, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaKesepakatan itu didapatnya setelah Bahlil bermukim selama dua hari di Pulau Rempang.
Baca SelengkapnyaDi Bukit Siguntang ditemukan beberapa makam yang dipercaya sebagai keturunan dari Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.
Baca Selengkapnya