Letkol Kawilarang Marah Besar, Muak dengan Perwira Berlagak Koboi Tapi Pengecut
Merdeka.com - Ditugaskan untuk membenahi kekuatan TNI di wilayah Tapanuli dan Sumatera Timur, Letnan Kolonel A.E. Kawilarang harus main gertak dengan para komandan setempat.
Penulis: Hendi Jo
Pasca berlakunya Perjanjian Renville pada Januari 1948, TNI mendapat kesempatan agak panjang untuk membenahi internal. Salah satu wilayah yang dianggap bermasalah adalah Sumatera.
Panglima Besar Soedirman memerintahkan perwira-perwira muda TNI terbaiknya untuk pergi ke Sumatera. Selain menugaskan para perwira yang baru lulus dari Akademi Militer Yogyakarta, Soedirman pun meminta para perwira yang lebih senior untuk ikut berangkat.
Overste (Letnan Kolonel) Alex Evert Kawilarang, Komandan Brigade Suryakancana Divisi Siliwangi merupakan salah satu perwira yang ditunjuk untuk berangkat ke Sumatera. Bersama Mayor Ibrahim Adjie, Letnan Satu Abu Amar dan Letnan Dua Hutabarat, Alex mendapat misi untuk menuntaskan pertikaian antar tentara Indonesia di Sumatera.
Alex yang tadinya merasa senang akan bertugas di wilayah Jawa Tengah atau Yogyakarta, terkejut dengan perintah itu. Dia merasa penasaran, apa yang menyebabkan dirinya harus pergi ke wilayah yang sama sekali asing baginya. Tak kuat menahan rasa kepenasaran, Alex bertanya langsung kepada Wakil Presiden sekaligus Menteri Pertahanan ad interim Mohammad Hatta saat mereka berjumpa di Bukittingi.
"Di Tapanuli dan Sumataera Timur harus ada komandan yang bukan berasal dari Jawa atau Sumatera. Di sana harus dilakukan pembersihan. Banyak serobotan, lucut melucuti, kurang disiplin dan lagi banyak korupsi," jawab Bung Hatta.
Sebagai catatan, di wilayah Tapanuli memang saat itu sedang terjadi 'perebutan wilayah' antara tentara Indonesia sendiri. Mereka yang terlibat berasal dari kesatuan tentara yang dipimpin oleh Mayor Bedjo dan para pejuang yang ada di bawah Mayor L. Malao.
"Alhasil saya merasa terpilih sebagai 'tukang bersih-bersih'. Jadilah!" ujar Alex seperti dituliskan dalam otobiografinya, Untuk Sang Merah Putih (disusun oleh Ramadhan KH).
November 1948, Alex ditunjuk menjadi Komandan Sub Teritorial VII. Sebagai pimpinan wilayah, dia harus mulai membereskan kekacauan-kekacauan yang ada di Tapanuli, Sumatera Timur Selatan. Langkah pertama yang dilakukan adalah membubarkan brigade-brigade yang ada lalu menggantinya dengan sektor-sektor. Setidaknya ada 4 sektor yang dia bentuk untuk menghadapi kemungkinan agresi militer Belanda yang kedua kalinya.
Pembentukan sektor-sektor otomatis diikuti dengan perpindahan wilayah kekuasaan masing-masing kekuatan bersenjata yang ada saat itu. Sebagai contoh Pasukan Sektor I harus meninggalkan Sibolga digantikan oleh Pasukan Sektor IV dan Sektor S. Aturannya Pasukan Sektor IV dan Sektor S dipersilakan masuk Sibolga usai Pasukan Sektor I pergi. Namun karena ada kesalahpahaman beberapa unit Pasukan Sektor S sudah mulai mendekati Sibolga, sementara saat itu Pasukan Sektor I masih ada di kota tersebut.
Untuk mencegah keributan karena pertemuan dua pasukan yang tadinya bermusuhan itu, maka Letnan Kolonel Alex mengutus Letnan Dua David Munthe untuk mengingatkan komandan Pasukan Sektor S untuk tidak masuk dulu ke Sibolga. Alih-alih disanggupi, komandan Sektor S malah mengancam Letnan Dua David dengan todongan pistol.
"Besok paginya, saya panggil perwira yang menodong Munthe itu…" kenang Alex.
Sang perwira datang dengan pakaian kebesarannya lengkap bersama senjatanya. Dia juga membawa sejumlah pengawal yang bertampang garang. Begitu masuk ke ruangan Alex, dia sudah menggertak dan menyemprot Alex duluan. Sambil menggebrak meja, dia menyatakan penolakannya untuk jangan dulu memasuki Sibolga.
Laiknya senjata mitraliur, mulut Si Perwira terus saja mengomel. Alex yang tadinya akan melakukan teguran juga terkait penodongan Munthe, memutuskan menahan diri, menunggu sampai teriakan-teriakan lelaki di depannya selesai. Begitu dia diam, Alex pun beraksi. Sambil menggebrak meja hingga gelas-gelas di atas meja berjatuhan, Alex langsung balas memaki-maki Komandan Sektor S tersebut.
"Sekarang dalam kondisi aman, kau mau aksi-aksian masuk Sibolga! Tahu kau, kalau kau dan pasukanmu masuk Sibolga sekarang lalu bentrok dengan Pasukan Sektor I, siapa yang menjadi korban? Rakyat dan tentara lagi! Mana tanggungjawabmu?! Mana disiplinmu?! Kau malah mau bermain-main koboi-koboian dengan pistol. Memuakan! Pengecut memang biasa begitu! Tunggu sampai Aksi II, baru kau boleh mencabut pistolmu kepada lawan!"
Alex Kawilarang benar-benar marah besar. Sejumlah kalimat lain masih dilontarkannya saat Si Komandan itu terlihat gugup dan ketakutan. Dalam situasi panas itu, tiba-tiba Si Komandan berdiri. Sambil mengambil sikap tegap sempurna, dia memberi hormat di hadapan lelaki Minahasa itu.
"Saya taat perintah!" teriaknya dalam nada sedikit gugup.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kolonel TNI Ajudan Presiden Tolak Dijadikan Jenderal, Ternyata ini Alasannya
Presiden sudah akan menaikkan pangkatnya bulan Agustus. Tapi dia menolak kesempatan langka menjadi jenderal.
Baca SelengkapnyaPemuda Asal Ambon 10 Kali Tes Akhirnya Jadi Tamtama, Kolonel TNI Sampai Kaget 'Kamu Enggak Ada Kerjaan Lain? Enggak Bosan?'
Tak kenal menyerah, sosok anggota TNI ini mengaku sempat gagal 10 kali sebelum akhirnya menjadi abdi negara.
Baca SelengkapnyaJelang Cuti, Para Taruna Akpol Tampan Ini Diberi Pesan dari Komandan, Dilarang Hidup Mewah hingga Jaga Nama Baik
Isi pesannya aykni agar tak melakukan pelanggaran hingga hidup bermewah-mewahan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sosok Dahlan Djambek, Letnan Kolonel yang Menjadi Mendagri Era Kabinet PRRI
Ia lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.
Baca SelengkapnyaSatu Angkatan di Akmil 1991, 3 Teman Satu Letting Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto ini Pangkatnya Masih Kolonel
Berikut sosok tiga teman satu letting Panglima TNI yang pangkatnya masih Kolonel.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto Tertawa dengar Pengakuan Anggota Prajurit dapat Pacar Kakak Kelas 'Tampilan Tua Tapi Perasaan Lebih Mengerti'
Mayjen TNI Kunto Arief Wibowo mengecek langsung kesiapan prajurit TNI Batalyon Infanteri 310/Kidang Kancana.
Baca SelengkapnyaLebih Senior, Letjen TNI Tandyo Bintang 3 Angkatan Panglima Jadi Wakasad Dampingi Jenderal Maruli
Kasad Maruli punya Wakasad baru, lebih senior sekaligus rekan seangkatan Panglima Agus Subiyanto.
Baca SelengkapnyaSosok Kolonel Barlian, Mantan Panglima Kodam yang Ambil Alih Pemerintahan Sumatera Selatan saat PRRI
Alih-alih adanya PRRI membuat riuh keadaan pemerintah Indonesia khususnya di wilayah Sumatera, peran kolonel ini justru bersikap sebaliknya.
Baca SelengkapnyaTKN soal Salam 4 Jari: Kenapa Enggak Lima Jari? Dadah Sudah Selesai
Gerakan itu sebagai bentuk kepanikan lantaran elektabilitas Prabowo-Gibran terus meningkat.
Baca Selengkapnya