Kisah Soeharto, Soto Babat dan Serangan Umum 1 Maret 1949
Merdeka.com - Selama Orde Baru berkuasa, citra Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 begitu aktif dan heroik. Bagaimana sudut pandang seorang perwira yang pernah menjadi anak buahnya?
Penulis: Hendi Jo
Ketika penulis Purnawan Tjondronegoro membuat novel sejarah berjudul Merdeka Tanahku Merdeka Negeriku pada 1979, pamor Soeharto (yang saat itu menjabat sebagai presiden Republik Indonesia) tambah mencorong. Di buku bertebal 598 halaman tersebut, Soeharto dilukiskan sebagai pahlawan utama dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.
Tak lama setelah pembuatan novel itu, Perum Produksi Film Negara (PPFN) merilis film sejarah berbau propaganda, judulnya: Janur Kuning. Itu sejenis daun muda pohon kelapa yang digunakan sebagai 'kode' atau 'ciri' dalam operasi Serangan Umum 1 Maret 1949 yang dipimpin oleh komandan Brigade X Letnan Kolonel Soeharto.
Istilah Janur Kuning
Simbol Janur Kuning diambil dari hikayat Ramayana. Syahdan, ketika Hanoman Si Kera Putih dan bala tentaranya akan menyerang Kerajaan Alengka, dia meminta Dewi Sinta menandai tahanannya dengan janur kuning supaya tak ikut dihancurkan.
Belakangan banyak kalangan menyebut upaya-upaya propaganda itu terlalu dilebih-lebihkan. Secara historis, Letnan Kolonel Soeharto sendiri sejatinya hanyalah salah satu pelaku, di antara pelaku-pelaku lainnya. Seperti Panglima Besar Soedirman, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Kolonel Bambang Sugeng (atasan langsung Soeharto) dan para komandan di lapangan.
"Saya malah memiliki dokumen tertulis dari Pak Bambang Sugeng yang memerintahkan Pak Harto untuk mengadakan serangan besar-besaran (bukan serangan umum) pada 1 Maret 1949 itu," ungkap sejarawan Anhar Gonggong.
Uniknya, istilah 'janur kuning' sendiri tak pernah dikenal dan disebut-sebut oleh para pejuang yang terlibat dalam Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. A. Latief, yang saat itu adalah bawahan Soeharto berpangkat kapten, mengaku tak paham soal kode tersebut.
"Jadi apa yang dikatakan 'Janur Kuning' sama sekali tidak pernah mendengar dan tidak pernah tahu," ungkap Latief dalam buku Pledoi Kol. A. Latief: Soeharto Terlibat G30S.
Soeharto Makan Soto Babat
Dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, Latief sendiri mengaku telah diperintahkan Soeharto untuk menduduki Jalan Malioboro, mulai dari Stasiun Tugu sampai dengan Pasar Besar dekat Istana Yogyakarta.
Ketika pasukan Belanda melakukan serangan balasan, Latief dan pasukannya lantas melakukan gerakan mundur dengan korban cukup besar: 52 anak buahnya gugur ( 2 anggota TNI dan 50 pemuda sukarelawan).
Kendati diserang secara gencar, mereka berhasil lolos. Setelah dapat keluar dari kota, pasukan Kapten Latief bergerak ke Desa Sudagaran (Desa Kuncen) yang merupakan markas mereka. Tiba di desa itu jam 12 siang, didapatinya Letnan Kolonel Soeharto dan para pengawalnya.
"Pada waktu itu beliau sedang beristirahat menikmati makan soto babat," kenangnya.
Latief langsung melaporkan situasi pasukannya. Alih-alih meminta 'pasukan yang kelelahan' itu untuk istirahat, Soeharto malah memerintahkan Latief dan anak buahnya untuk 'membereskan' sekelompok tentara Belanda yang tengah berada di Pemakaman Kuncen.
Sebagai bawahan, Latief langsung melaksanakan perintah itu. Dia bersama anak buahnya yang hanya tersisa sepuluh orang, langsung menyergap serdadu-serdadu Belanda hingga mereka mundur. Ketika serangan itu berlangsung, Soeharto sendiri Kembali ke pangkalan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua sosok Jenderal TNI bintang lima ini ternyata pernah jadi atasan dan bawahan. Simak karier keduanya hingga mampu meraih penghargaan tertinggi militer.
Baca SelengkapnyaSesaat setelah diberi pangkat, Soeharto mengabadikan momen dengan sosok jenderal bintang 4.
Baca SelengkapnyaIni kesaksian Soeharto saat revolusi terjadi. Apa yang sedang dikerjakannya?
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.
Baca SelengkapnyaJarang tersorot, berikut adalah potret kebersamaan enam anak Presiden Soeharto.
Baca SelengkapnyaPotret Didit saat masih remaja dengan rambut tebal dan belah tengah banjir pujian.
Baca SelengkapnyaIsinya seputar profesionalisme, fokus, hingga keluarga.
Baca SelengkapnyaIni merupkan sebuah peristiwa sejarah di era Orde Baru yang mungkin tidak banyak orang ketahui.
Baca SelengkapnyaSosok Eno Sigit yang merupakan cucu Presiden Soeharto sempat mencuri perhatian di dunia hiburan.
Baca Selengkapnya