Merdeka.com - Setelah kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tersiar di Makassar, para pemuda yang ada di wilayah tersebut segera membentuk Pusat Pemuda Nasional Indonesia (PPNI). Salah satunya dipimpin Manai Sophiaan. PPNI kemudian membentuk kelompok-kelompok distrik di dalam kota Makassar hingga 25 kelompok.
Bersamaan dengan itu, pasukan Australia mendarat di Makassar, diikuti oleh NICA. Kedatangan pasukan tersebut ternyata bermaksud untuk mendirikan pemerintahan sipil di Makassar secara diam-diam. Dalam buku Sejarah TNI Jilid I dijelaskan, mereka mendaratkan 400 anggota KNIL dan mulai menerapkan taktik memecah belah. Beberapa tokoh daerah pun berhasil dipengaruhi.
Taktik berbahaya itu kemudian dikenali oleh para pemuda seperti A. Rivai Paersi, Maulwi Saelan, dan Wolter Mongisidi. Selaku pimpinan Angkatan Muda Pelajar, Mongisidi mengajukan usul pada PPNI untuk mengadakan perlawanan secara keras.
Gayung pun bersambut. Usul mereka diterima dan dengan segara dilakukan perebutan tempat- tempat strategis di kota Makassar yang telah diduduki oleh NICA, seperti Station Radio Makassar, tangsi polisi di Jalan Gowa serta Hotel Expres.
Pada mulanya tentara Australia tidak menunjukkan upaya turun tangan. Namun, karena hasutan NICA, tentara Australia akhirnya menyerbu markas pemuda di Jonggaya. Para pemuda lantas mengalihkan perjuangan mereka ke luar kota. Pusat pemerintahan juga dipindahkan ke Watampone.
Dalam penyerbuan yang dilakukan oleh tentara Australia 40 orang pemuda pejuang gugur. Manai Sophiaan dan 40 pemuda lainnya berangkat ke Jawa untuk mengatur koordinasi perjuangan dan meminta bantuan. Kegiatan PPNI akhirnya dipindahkan ke Polongbangkeng dan dilaksanakan koordinasi dengan organisasi perjuangan yang ada di Limbung dan Bontonompo. Organisasi-organisasi perjuangan kemudian diperluas ke kota-kota lain.
Pada tanggal 26 Desember 1945 para pemuda mencoba menduduki kota Makassar. Tetapi belum berhasil. Mereka memperkokoh kekuatan dengan menggabungkan 16 organisasi perjuangan dalam satu organisasi, yakni Laskar Pemberontakan Republik Indonesia Sulawesi (LAPRIS) tanggal 17 Juli 1946.
Dalam buku Peranan dan Sumbangan Pemuda Bulukumba dalam Revolusi Kemerdekaan Indonesia, dijelaskan bagaimana susunan laskar tersebut yang terdiri atas Ranggong Dg. Romo sebagai Panglima, Makkaraeng Dg. Djarung sebagai Kepala Staf, R. W. Mongsidi sebagai Sekretaris Jenderal dengan senjata yang diperoleh dari hasil rampasan tentara Jepang yang ada di Bontonomo (Takalar).
Advertisement
Pada November 1946 dibentuklah kesatuan yang diberi nama Laskar Brigade Pemberontakan Bulukumba Angkatan Rakyat (PBAR). Brigade ini menggerakkan semua aktivitas perlawanan rakyat terhadap Belanda. Daerah operasi mereka meliputi Makassar, Gowa, Jeneponto, Malino, Camba, dan lain-lain.
Sementara itu, ketika Belanda mulai mengadakan pembersihan di Makassar, Mongsidi memimpin pasukan bersenjata Harimau Indonesia. Pertempuran sengit pun terjadi di beberapa wilayah. Seperti Bukit Tallasa, Awasio, Longgosem dan Batua dan mengakibatkan kedudukan pasukan pejuang bertambah sulit.
Sementara itu, pasukan khusus Belanda yang dipimpin Kapten Raymond Westerling juga dikerahkan di kota dan sekitar Makassar. Mereka mengamuk dan melakukan pembersihan kaum gerilya pada akhir tahun 1946.
Gerakan pembersihan yang tidak memilah-milah ini dilaksanakan setelah terjadi pertempuran dengan pasukan Mongisidi di Borombong pada 3 November 1946. Korban dari gerakan pembersihan ini mencapai 40 ribu rakyat dan dikenal sebagai korban 40.000 rakyat Sulawesi Selatan.
Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan
[noe]Dikepung Massa Masyumi di Malang, DN Aidit Akhirnya Minta Maaf
Sekitar 17 Jam yang laluDinas Rahasia Israel di Balik Penumpasan Partai Komunis Indonesia
Sekitar 2 Hari yang laluDulu Jualan Air Minum di Stasiun, Tak Disangka Akhirnya Jadi Jenderal TNI
Sekitar 3 Hari yang laluJejak Etnis Tionghoa dan Tragedi Kanso di Ranah Minang
Sekitar 3 Hari yang laluPresiden Soeharto Berkali-Kali Tahan Promosi Try Sutrisno, Apa Penyebabnya?
Sekitar 4 Hari yang laluRumah Guntur Sukarnoputra Pernah Dikunjungi Alien
Sekitar 5 Hari yang laluGara-Gara Salah Beli Pangkat, Letnan Kolonel Disangka Letnan Jenderal TNI
Sekitar 6 Hari yang laluDihujani Tembakan Hingga Terpojok di Jurang, Prajurit APRA Berwajah Garang Menyerah
Sekitar 1 Minggu yang laluKetika Menhankam Menolak Restoran Italia, Pilih Makan Soto di Pinggir Jalan
Sekitar 1 Minggu yang laluBambang Soeprapto dan Polisi Istimewa dalam Perang Lima Hari di Semarang
Sekitar 1 Minggu yang laluSemarang Memanas, Bambang Soeprapto dan Polisi Istimewa Turun Tangan
Sekitar 1 Minggu yang laluKisah Jenderal TNI Pilih Tidur dengan Pistol di Dekat Bantal Daripada Dikawal
Sekitar 1 Minggu yang laluBerkali-kali Bung Hatta Diteror PKI
Sekitar 1 Minggu yang laluKisah Pejabat Jujur Anti Terima Suap, Jagung Bakar Saja Tak Mau Dibayari
Sekitar 1 Minggu yang laluPria Tewas dalam Selokan di Pesanggrahan Diduga Punya KTA PDIP, Ini Kata Polisi
Sekitar 7 Jam yang laluVIDEO: Pengakuan Sugeng, Bawa Nama 'Bapak' Diduga Polisi di Kasus Mahasiswi Cianjur
Sekitar 8 Jam yang laluPerwira Polisi 'Habis' Disiram Air oleh Rekan Sampai Tak Berkutik, Endingnya Seru
Sekitar 11 Jam yang laluKapolda Metro Bentuk TGPF Usut Kasus Mahasiswa UI Tewas Ditabrak Pensiunan Polri
Sekitar 12 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Ungkap Alasan Tuntut 12 Tahun Penjara Bharada E
Sekitar 5 Jam yang laluJPU Sebut Bharada E Berani Tembak Brigadir J untuk Buktikan Loyalitas ke Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluVIDEO: Putri Candrawathi Ajak Kuat Ma'ruf ke Ruang Privasi di Rumah Saguling
Sekitar 6 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Tuding Pengacara Berbohong, Jelas & Nyata Putri Ikut Perencanaan
Sekitar 7 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Ungkap Alasan Tuntut 12 Tahun Penjara Bharada E
Sekitar 5 Jam yang laluVIDEO: Putri Candrawathi Ajak Kuat Ma'ruf ke Ruang Privasi di Rumah Saguling
Sekitar 6 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Tuding Pengacara Berbohong, Jelas & Nyata Putri Ikut Perencanaan
Sekitar 7 Jam yang laluVIDEO: Wajah Garang Jaksa Baca Replik, Tegaskan Hargai Putri Bak Bunda Maria
Sekitar 7 Jam yang laluVIDEO: Jaksa Ungkap Alasan Tuntut 12 Tahun Penjara Bharada E
Sekitar 5 Jam yang laluJPU Sebut Bharada E Berani Tembak Brigadir J untuk Buktikan Loyalitas ke Ferdy Sambo
Sekitar 6 Jam yang laluAlasan JPU Tuntut Bharada E 12 Tahun Bui: Pertimbangkan Peran Sebagai Eksekutor
Sekitar 7 Jam yang laluApakah Boleh Memperoleh Vaksin Campak Bersamaan dengan Booster COVID-19?
Sekitar 14 Jam yang laluAntisipasi Penyakit Ngorok, Dinas Pertanian Madina Maksimalkan Penyuntikan Vaksin
Sekitar 5 Hari yang laluMarselino Ferdinan Berkarier di Belgia, Bek Persebaya Juga Ingin Main ke Luar Negeri
Sekitar 1 Jam yang laluBRI Liga 1: Tidak Bisa Gunakan JIS untuk Menjamu Persib, Persija Perjuangkan SUGBK
Sekitar 2 Jam yang laluAdvertisement
Advertisement
AM Hendropriyono
Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami