WHO Desak Negara-Negara Kaya Tunda Suntikan Booster Vaksin Covid Sampai 2022
Merdeka.com - Dirjen WHO mendesak negara-negara kaya dengan persediaan besar vaksin virus corona agar menghentikan sementara pemberian suntikan booster selama akhir tahun ini. WHO kembali menyampaikan permintaan ini karena diabaikan negara-negara kaya.
Kepada wartawan pada Rabu di Jenewa, Dirjen WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menyampaikan dia “kaget” dengan pernyataan asosiasi perusahaan farmasi sehari sebelumnya yang menyatakan persediaan vaksin cukup tinggi baik untuk suntikan booster dan vaksinasi di negara-negara yang sangat membutuhkan suntikan tapi mengalami kelangkaan.
“Saya tidak akan tinggal diam ketika produsen dan negara-negara yang mengendalikan pasokan vaksin global berpikir negara-negara miskin di dunia harus puas dengan sisa-sisa (vaksin),” jelasnya, menambahkan negara-negara dengan pendapatan rendah dan menengah ke bawah “bukan prioritas kedua atau ketiga”.
“Tenaga kesehatan mereka, lansia, dan kelompok rentan memiliki hak yang sama untuk dilindungi,” lanjutnya, dilansir Al Jazeera, Kamis (9/9).
Tedros sebelumnya telah menyerukan “moratorium” pemberian suntikan booster sampai akhir September. Tapi negara-negara kaya, termasyuk Israel, Inggris, Denmark, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Amerika Serikat, telah mulai atau sedang mempertimbangkan rencana pemberian suntikan vaksin dosis ketiga untuk kelompok rentan seperti lansia atau mereka yang memiliki masalah sistem imun.
Tedros menyampaikan, dia mendapat dukungan dari para menteri kesehatan dalam pertemuan G20 bulan ini terkait komitmen untuk membantu mencapai target vaksinasi semua negara setidaknya 40 persen dari rakyatnya sampai akhir tahun ini.
“Sebulan lalu, saya menyerukan moratorium global dosis booster, setidaknya sampai akhir September untuk memprioritaskan vaksinasi terhadap orang paling berisiko di seluruh dunia yang belum mendapatkan dosis pertama mereka,” jelas Tedros.
“Lalu ada sedikit perubahan dalam situasi global sejak saat itu.”
“Jadi hari ini, saya menyerukan kembali perpanjangan moratorium sampai setidaknya akhir tahun ini agar setiap negara bisa memvaksinasi sedikitnya 40 persen populasinya,” paparnya.
Tedros menambahkan, sekitar 80 persen dari 5,5 miliar dosis vaksin yang telah diberikan secara global mengalir ke negara-negara berpendapatan tinggi.
Dia juga menekankan, negara-negara kaya memberikan donasi 1 miliar dosis vaksin ke negara-negara lain, tapi kurang dari 15 persen dari dosis tersebut terlaksana, mengatakan produsen telah berjanji memprioritaskan program vaksinasi yang didukung PBB yang disalurkan ke orang-orang paling membutuhkan di dunia.
“Kami tidak ingin lagi janji-janji. Kami hanya ingin vaksin,” tegas Tedros.Dia juga menyampaikan, hampir seluruh negara berpendapatan rendah telah menunjukkan kemampuan mereka untuk melakukan imunisasi skala besar untuk polio, campak, dan penyakit lainnya.
Pada Selasa, Federasi Internasional dan Asosiasi Perusahan Farmasi (IFPMA) menyampaikan para produsen saat ini sedang memproduksi dosis vaksin virus corona di angka sekitar 1,5 miliar per bulan, sehingga pemerintah negara kaya yang telah menumpuk pasokan tidak perlu lagi melakukannya.
“Ketika saya baca ini, saya kaget,” ujar Tedros.
“Kenyatannya, produsen dan negara-negara berpendapatan tinggi telah lama memiliki kapasitas tidak hanya memvaksinasi kelompok prioritas mereka, tapi secara bersamaan mendukung vaksinasi kelompok yang sama di semua negara.”
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaRencana pemberian booster ketiga ini buntut kembali meningkatnya kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengimbau masyarakat untuk melakukan vaksinasi Covid-19 sampai dosis kelima atau booster ketiga.
Baca SelengkapnyaKementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca Selengkapnya