Arkeolog Temukan Kasus Down Syndrome Sudah Ada Sejak Abad ke-13 SM, Penderitanya Dikubur dengan Kalung Khusus
Bukti kasus down syndrome ditemukan pada kerangka seorang bayi dari abad ke-13 SM.
sains![Arkeolog Temukan Kasus Down Syndrome Sudah Ada Sejak Abad ke-13 SM, Penderitanya Dikubur dengan Kalung Khusus](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2024/2/23/1708658601619-47ee2.jpeg)
Bukti kasus down syndrome ditemukan pada kerangka seorang bayi dari abad ke-13 SM.
![Arkeolog Temukan Kasus Down Syndrome Sudah Ada Sejak Abad ke-13 SM, Penderitanya Dikubur dengan Kalung Khusus](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/23/1708658382664-8q0wl.jpeg)
Arkeolog Temukan Kasus Down Syndrome Sudah Ada Sejak Abad ke-13 SM, Penderitanya Dikubur dengan Kalung Khusus
Down syndrome bukan kelainan yang baru ditemukan pada zaman modern, tetapi sudah ada sejak abad ke-13 SM. Bukti kasus down syndrome ini ditemukan di Pulau Aegina, Yunani dan menjadi bukti kasus down syndrome pertama di Yunani kuno.
Pada abad ke-13 SM terdapat hasil analisis DNA pada kerangka bayi berusia 12-16 bulan asal Mycenaean. Hasil analisis menunjukkan bahwa bayi tersebut menderita down syndrome.
Sumber: Greek Reporter
Sindrom ini adalah suatu kondisi genetik di mana seseorang dilahirkan dengan salinan tambahan kromosom 21. Artinya, mereka memiliki total 47 kromosom, bukan 46. Hal ini dapat memengaruhi perkembangan otak dan tubuh mereka.
Setelah kematiannya, bayi itu dimakamkan dengan kalung yang terbuat dari 93 manik-manik faience dan vitreous, serta enam manik-manik cornelian, sebuah temuan yang menunjukkan perawatan yang diterimanya dalam hidup dan mati.
![Arkeolog Temukan Kasus Down Syndrome Sudah Ada Sejak Abad ke-13 SM, Penderitanya Dikubur dengan Kalung Khusus](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/23/1708658453703-wfcf3.jpeg)
Penggalian yang dimulai sejak tahun 2005 oleh Departemen Sejarah dan Arkeologi Universitas Nasional dan Kapodistrian Athena (EKPA) telah menghasilkan temuan yang menarik. Direktur penggalian, Profesor Emeritus Arkeologi di EKPA, Naya Polychronakou-Sgouritsa, menjelaskan bahwa pemukiman Lazarids berkembang selama periode Istana abad ke-14 dan ke-13 SM, memainkan peran penting dalam peristiwa di Teluk Argosaronic.
- Arkeolog Temukan Desa Zaman Perunggu Berusia 3.000 Tahun, Dibangun Terapung di Atas Sungai
- Arkeolog Temukan Tanda “Like” di Gua Purba, Dipahat 17.000 Tahun Sebelum Muncul Media Sosial
- Arkeolog Temukan Kolam Renang di Sebuah Vila Mewah Milik Sosialita Romawi Kuno, Dilengkapi Mosaik dari Marmer
- Arkeolog Ungkap Asal Usul Kuda dan Sejak Kapan Mulai Ditunggangi Manusia
- Diduga Lecehkan Wanita yang Melamar Kerja, Ketua PSI Jakbar Anthony Norman Mengundurkan Diri
- Peredaran Uang Palsu Rp22 Miliar: Dibeli dengan Harga Rp 5,5 Miliar, Pembelinya asal Jakarta
"Temuan ini menunjukkan perkembangan pemukiman Lazarids dalam dua abad periode Istana dan peran pentingnya dalam peristiwa-peristiwa pada masa itu," ujarnya kepada Kantor Berita Makedonia Athena (AMNA).
Penelitian mendalam dilakukan untuk mengungkap keadaan bayi perempuan tersebut. Dr. Eleanna Prevedorou, seorang ahli bioarkeologi, menyatakan bahwa bayi tersebut mengalami kondisi yang menyebabkan rasa sakit yang serius.
![Kerangka bayi penderita down syndrome yang meninggal pada abad ke-13 SM.](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/2/23/1708658571402-lwu4l.jpeg)
Kerangka bayi penderita down syndrome yang meninggal pada abad ke-13 SM.
“Dia adalah seorang gadis kecil yang menghabiskan sebagian besar, jika tidak seluruh, hidupnya dalam keadaan sakit dan menderita rasa sakit yang hebat,” ungkap Prevedorou.
Analisis genetik di Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner, Jerman, mengonfirmasi bahwa anak itu juga menderita down syndrome. Namun, masih belum jelas sejauh mana masalah kesehatan yang parah berhubungan dengan sindrom ini.
Naia Polychronakou-Sgouritsa menegaskan temuan ini penting karena merupakan kasus down syndrome pertama yang tercatat di Yunani Kuno. Namun, dia juga menyadari bahwa kemungkinan masih ada kasus lain yang belum terungkap.
Temuan ini membuka jendela baru dalam pemahaman tentang kondisi kesehatan dan perawatan medis di Yunani Kuno.