Tekan ketergantungan impor, industri farmasi didorong gunakan bahan baku dari alam
Merdeka.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong industri farmasi dalam negeri untuk menciptakan produk obat-obatan berbahan baku dari alam (biofarmasi). Sebab, selama ini 90 persen bahan baku farmasi yang berupa bahan kimia masih diimpor dari negara lain.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto, mengatakan industri farmasi merupakan salah satu industri yang difokuskan pengembangannya dalam memasuki era revolusi ke-4 atau industri 4.0. Namun sayangnya industri ini masih dihadapkan pada masalah ketersediaan bahan baku.
"Industri ini potensinya bagi Indonesia itu penting, bagi Kemenperin ini bagian dari industri unggulan dalam 4.0. Industri ini saat ini mengalami tantangan karena sebagian besar bahan bakunya impor di farmasi kemudian penjualannya domestik," ujar dia di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (10/7).
Agar bisa lepas dari ketergantungan bahan baku impor, maka industri farmasi ini harus mulai mengarah pada penggunaan bahan baku yang berasal dari alam. Maka dari itu, diperlukan adanya riset yang mendalam dari para pelaku industri.
"Ke depan biofarmasi menjadi solusi, harus dengan research and development karena bio itu bisa menggunakan kekayaan hayati yang ada di kita. (Negara lain?) Sudah mulai. Di GP (Gabungan Pengusaha) farmasi juga sudah mulai riset dan pemerintah harus berikan insentif untuk inovasi," kata dia.
Menurut Menteri Airlangga, pemerintah siap membantu pengembangan industri biofarmasi ini, salah satunya melalui pemberian insentif. Bahkan hal tersebut masuk dalam pembahasan dalam rapat terbatas (ratas) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemarin.
"Sekarang industri ini PDB-nya Rp 67 triliiun, ini kita tingkatkan. Dan kemarin rapat dengan Presiden, salah satu yang kita dorong ya biofarmasi. Sekarang kebanyakan impor kontennya tinggi, jadi industri ini didorong untuk subsitusi impor dan membangun pabrik bahan baku obat di Indonesia," jelas dia.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum GP Farmasi Ferry A Soetikno mengungkapkan, Indonesia memiliki keragaman hayati yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku dari biofarmasi. Namun demikian, industri masih terus melakukan riset untuk pengembangannya.
"Biodiversiti Indonesia terbesar di dunia, ada kunyit, temu lawak, kayu manis, tapi kita mulai cari yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi. Kemudian ada lagi bio active fraction atau fraksi-fraksi yang mempunyai kemampuan biologi pada indikasi kesehatan tertentu," tandas dia.
Reporter: Septian DenySumber: Liputan6.com
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk mengembangkan dan mewujudkan kemandirian industri pertahanan dalam negeri.
Baca SelengkapnyaVolume sampah yang terus meningkat masih menjadi tantangan bagi pemerintah di tengah fasilitas pengolahan sampah yang terbatas.
Baca SelengkapnyaMenurut Cak Imin, pertanian merupakan salah satu sektor yang memerlukan perhatian khusus.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Produksi kentang di Modoinding Minahasa Selatan, mengalami kenaikan signifikan hingga 55 persen dari awalnya 9,9 ton per Hektare (Ha) menjadi 15,8 ton/Ha.
Baca SelengkapnyaSelain pemanfaatan bahan bakar alternatif dari sampah perkotaan, SBI juga menerapkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaKhususnya agraria, yang tak mencerminkan pemerintahan Jokowi bekerja untuk melindungi
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Mangku Purnomo.
Baca SelengkapnyaTurunnya impor non migas karena penurunan mesin peralatan mekanis dan bagiannya, plastik dan barang dari plastik serta kendaraan dan bagiannya.
Baca SelengkapnyaKhusus industri minuman, Kemenperin menargetkan penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bahan baku menjadi 25 persen.
Baca Selengkapnya