Prof Soeharso, pejuang kemanusiaan
Merdeka.com - Tim SAR dan relawan kemanusiaan dalam jumlah ribuan bekerja keras menangani evakuasi korban Sukhoi di Gunung Salak. Sungguh mulia tugas kemanusiaan yang dijalani para relawan ini. Menembus hutan siang dan malam, mereka tak lelah berupaya mengevakuasi jenazah korban Sukhoi.
Aksi mereka menunjukkan bahwa spirit kemanusiaan tidak pernah padam dari bumi Indonesia. Spirit yang sudah muncul sejak masa perjuangan. Bicara spirit dan pengabdian kemanusiaan, publik Indonesia tidak akan pernah lupa pada jasa Prof dr Soeharso. Minggu (13/5) kemarin, tepat 100 tahun Prof Soeharso, salah satu pejuang dan pahlawan kemanusiaan terbaik yang pernah dilahirkan bangsa ini.
Prof Dr Soeharso lahir di Boyolali pada tanggal 13 Mei 1912. Dia lulus dari NIAS (Nederland Indische Artsen School) di Surabaya dilanjutkan bekerja di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Surabaya. Soeharso lantas dipindahkan ke Sambas (Kalimantan Barat).
Pada awal pendudukan Jepang, Soeharso termasuk dalam daftar orang-orang terpelajar Indonesia yang harus disingkirkan. Soeharso pun meninggalkan Kalimantan kembali ke Jawa. Dia bekerja di Rumah Sakit Jebres,Solo.
Pada masa perang kemerdekaan, Soeharso banyak membantu para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan dengan menjadi dokter PMI. Inilah awal munculnya niat mulia Soeharso untuk membantu korban perang.
Soeharso membantu menolong para pejuang yang cacat fisik. Awalnya, yang ditolong hanyalah korban perang tetapi meluas hingga ke masyarakat umum.
Dia membuat kaki dan tangan palsu untuk mengurangi beban penderita cacat. Selepas perang kemerdekaan, dia belajar ilmu prothesa (ilmu tentang bahan yang dapat diterima manusia) di Inggris. Sekembalinya dari Inggris, dia mendirikan pusat rehabilitasi (RC) di Solo yang hingga sekarang masih berdiri sebagai rujukan nasional. Dia juga salah satu pakar orthopaedi (bedah tulang) di Indonesia.
Berkat ketulusan perjuangan kemanusiaannya, negara menganugerahi Soeharso gelar pahlawan nasional. Dia meninggal 27 Februari 1971 dan dimakamkan di Dukuh Seboto, Desa Seboto, kecamatan Ampel, Boyolali. Makamnya ini agak jauh masuk ke dalam desa dari jalan raya Solo-Semarang.
Meskipun bergelar pahlawan nasional, tempat peristirahatan terakhirnya sangat sederhana. Jalan menuju pemakaman itu sudah rusak aspalnya di beberapa titik.
Selain rumah sakit dan nama jalan di Solo, Prof Soeharso juga diabadikan untuk nama kapal perang milik TNI AL. Kini, di Solo, putra Prof Soeharso yaitu dr Tunjung menjadi penerus perjuangan kemanusiaan ayahandanya sebagai pakar ortophaedi.
(mdk/)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tak disangka, Ibu Tien Soeharto hanya ingin diwawancara oleh pemuda ini. Siapakah dia? Berikut sosoknya.
Baca SelengkapnyaProf. Dr. Adi Suryanto MSi., CHRM menjabat sebagai Kepala LAN sejak tahun 2015.
Baca SelengkapnyaDalam LHKPN, Titiek Soeharto tercatat tidak memiliki utang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dalam bertugas, Mayor Yudhistira dan pasukannya selalu bersiaga.Sebab mereka tak bisa memprediksi setiap pelanggaran yang datang.
Baca SelengkapnyaTitiek pernah menjadi istri Prabowo Subianto. Namun keduanya memutuskan berpisah.
Baca SelengkapnyaIa melanjutkan perjuangan ayahnya sebagai negarawan yang sangat mencintai Indonesia.
Baca SelengkapnyaIa lahir dari keluarga ulama besar Minangkabau yang terjun di dunia kemiliteran hingga menjabat sebagai menteri di era PRRI.
Baca SelengkapnyaMantan ajudan Presiden Soeharto ini mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Eka Hospital Cibubur.
Baca SelengkapnyaPejuang asal Padang ini pencetus lahirnya pemberontakan untuk mengkritik pemerintahan rezim Soekarno yang dianggap inkonstitusional.
Baca Selengkapnya