Indra Azwan tiba di Aceh, begini kisah sang pencari keadilan
Merdeka.com - Tongkat kayu diangkat seirama dengan langkah kaki pria pencari keadilan ini. Satu lembar kain bertuliskan 'terima kasih Mahkamah Agung yang menambah penderitaan saya 23 tahun mencari keadilan' tergantung di lehernya.
Sedangkan di punggungnya ada sebuah tas ransel berwarna hijau ditutup sehelai kain bertuliskan 'Aksi jalan kaki keliling Indonesia', tergantung dari belakang dengan tiang bendera merah putih di sisi kanannya.
Dialah Indra Azwan, sosok orang tua pencari keadilan setelah anaknya menjadi korban tabrak lari 23 tahun silam. Hingga sekarang, penabrak dari anggota polisi tersebut belum tersentuh hukum.
Meskipun usianya tak muda lagi, saat ini sudah memasuki 57 tahun, rambutnya sudah beruban, kulit sudah mulai keriput dan harus menggunakan kaca mata. Namun dia mengaku bertekat menyelesaikan misinya untuk mencari keadilan hingga titik darah terakhir.
Menggunakan penutup kepala warna biru bertuliskan Arema. Baju kaos hitam, celana PDL loreng dan sepatu hitam khusus untuk berjalan kaki. Dia terus melangkahkan kakinya dari Banda Aceh menuju arah Sumatera Utara (Sumut), Medan melalui jalan raya.
Indra Azwan ©2016 merdeka.com/afif
Selama dalam perjalanan, dia mengaku akan beristirahat di SPBU-SPBU. Dia memilih tempat ini karena terdapat fasilitas seperti toilet, tempat mandi dan pastinya ada tempat tidur. Atau memilih warung kopi yang biasa disinggahi truk, juga dengan alasan karena ada sejumlah fasilitas umum.
Aksi nekat ini dilakukan bermula tragedi tabrak lari yang terjadi 8 Februari 1993 lalu. Anak sulungnya bernama Rifky Andika yang masih duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) waktu itu hendak menyeberang jalan di depan rumah di Malang.
"Anak saya sedang menyeberang waktu itu, ditabrak sama polisi hingga anak saya meninggal, makanya saya mencari keadilan sekarang selama 23 tahun," kata Indra Azwan saat merdeka.com temui di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Banda Aceh, Selasa (9/2).
Setelah kejadian itu dan penabrak dari anggota polisi sekarang bertugas di Polres Blitar jabatan Kabag Sumda belum tersentuh hukum. Hingga dia pun berjuang untuk mendapatkan keadilan agar pelaku mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum.
Pada tahun 1999, kasus ini sudah pernah disidik oleh Mahkamah Militer (Mahmil). Namun hanya dihukum penundaan pendidikan selama 6 bulan.
Indra tetap tak patah arang. Ia terus berjuang untuk hingga akhirnya tahun 2006 kembali disidangkan sidang perdana terkait kasus terebut.
"Lagi-lagi tidak ada hasilnya dan terkesan pimpinan polisi melindungi pelaku," jelasnya.
Indra Azwan ©2016 merdeka.com/afif
Lalu pada tahun 2008, Indra kembali menuntut pelaku dan kembali disidangkan di Malang. Namun lagi-lagi hasilnya belum sesuai dengan harapannya. Saat itu, pengadilan memutuskan kasus ini sudah kedaluwarsa.
Sejak itulah, Indra terus berjuang mencari keadilan. Hingga akhirnya pada tahun 2010 lalu ia memutuskan untuk berjalan kaki dari Malang-Surabaya untuk protes potret hukum dan keadilan yang dinilai tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
"Akhirnya saya ada lima kali berjalan kaki seperti itu," tukasnya.
Bahkan untuk mencari keadilan, Indra tidak hanya jalan kaki di Tanah Air. Pada awal tahun 2012 lalu dia memutuskan untuk berjalan kaki dari Malang ke Mekkah. Misi kali ini menghabiskan waktu selama 1 tahun 3 bulan.
Selama berjalan kaki ke luar negeri, telah dia lintasi negara Malaysia, Thailand, Abu Dhabi, Jeddah hingga ke Mekkah. Selama perjalanan itu, ia bahkan sempat kelaparan 2 hari selama berada di Thailand.
"Waktu itu karena dalam hutan, gak ada yang jual nasi. Toh pun ada bukan makanan halal, saya dapat makan ketemu pos tentara waktu itu," tukasnya.
Aksinya itu ternyata telah membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) gerah. Pada tanggal 10 Agustus 2010 pernah dipanggil Presiden SBY dan sempat memberikan uang Rp 25 juta.
"Uang itu saya kembalikan melalui Denny Indrayana di Istana, saat itu SBY gak ada di tempat, katanya pergi ke Bandung," imbuhnya.
Membuat istana gerah tak hanya sampai di situ. Saat Indra berada di Mekkah. Presiden SBY sempat hendak menjemputnya di sana. Namun lagi-lagi Indra menolak dijemput. Karena yang dia butuhkan adalah keadilan agar penabrak anaknya dihukum sesuai hukum yang berlaku.
"Saya tolak waktu itu, saya mau ibadah sambil memohon kepada Allah diberikan petunjuk, saya yakin keadilan akan datang pada saya," imbuhnya.
Kasus ini sudah diketahui oleh Panglima TNI dan Kapolri. Jenderal Badroddin Haiti, kata Indra, bahkan sudah pernah membuat surat perjanjian. Akan tetapi, semua janji itu belum terealisasi hingga sekarang.
Indra mengaku, pernah ada seseorang yang tidak diketahui identitasnya hendak memberikan rumah senilai Rp 1,5 miliar dan sejumlah uang. Syaratnya Indra diminta untuk berhenti berjuang mencari keadilan korban tabrak lari anaknya 23 tahun silam.
Sekarang, Indra kembali melakukan aksi nekatnya berjalan kaki hingga ke Papua. Rencananya 2 tahun kemudian akan selesai di Bali. Dia memilih Bali dikarenakan terdapat banyak orang asing. Biarkan orang asing mengetahui begitu beratnya mencari keadilan di Indonesia.
Indra pun mengaku sudah siap untuk meninggal di jalanan selama perjalannya dari Aceh–Papua. Dia memberikan surat wasiat kepada keluarganya.
Dalam surat wasiat itu dituliskan, bila dia meninggal dalam perjalanan menyelesaikan misi ini. Diminta kepada keluarga untuk menjemputnya jenazahnya dan diantar ke istana negara.
"Saya telah tulis surat wasiat. Waktu diantar ke istana negara, jangan dulu dimandikan dan dikafankan," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Timnas AMIN Ajukan Penangguhan Penahanan Indra Charismiadji
Ari memastikan akan kooperatif dengan proses hukum. Hanya saja, pihaknya meminta alasan yang jelas kepada Kejaksaan mengapa menahan Indra.
Baca SelengkapnyaKejari Jaktim Sebut SPDP Indra Charismiadji Terbit Sejak Agustus 2023
Namun Cakra enggan untuk menjelaskan terkait waktu pastinya soal penetapan tersangka Indra.
Baca SelengkapnyaAksi Jenderal Bintang Dua Nyemplung Banjir-banjiran Atur Lalu Lintas
Iqbal juga sesekali menyapa dan berbincang dengan para sopir yang sudah letih di padatnya kemacetan jalan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Marak Pengungsi Rohingya Masuk RI, TNI AU Patroli Udara di Laut Aceh
Dia menjelaskan letak geografis Provinsi Aceh dimana di sebelah barat berbatasan langsung dengan Samudera Hindia.
Baca SelengkapnyaSopir Pemerkosa Penumpang Angkot di Aceh Barat Dicambuk 154 Kali
Kejari Aceh Barat mengeksekusi hukuman cambuk sebanyak 154 kali terhadap RD (26), warga Labuhan Haji, Aceh Barat Daya yang terbukti memerkosa penumpang angkot,
Baca SelengkapnyaJubir Anies-Cak Imin Indra Charismiadji Ditangkap Kejaksaan, Timnas AMIN Beri Pendampingan Hukum
Timnas Anies-Muhaimin (AMIN) memberikan pendampingan hukum bagi juru bicaranya Indra Charismiadji, yang ditangkap Kejaksaan
Baca SelengkapnyaSisi Menarik Jaka Sembung, Tokoh Fiksi Indramayu yang Benci Penjajahan dan Berhasil Kalahkan Ilmu Rawa Rontek
Jaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.
Baca SelengkapnyaAceh Diguncang 1.202 Gempa Sepanjang 2023
Sebanyak 1.202 gempa bumi terjadi di wilayah Aceh.
Baca SelengkapnyaTuris Asing Masuk Bali Bakal Dipungut Rp150.000 Mulai 14 Februari, Ternyata Dananya untuk Ini
Pungutan sebesar Rp150.000 bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali akan digunakan utamanya untuk menangani permasalahan sampah.
Baca Selengkapnya