Menguak Misteri Makam Tunggal di Pekarangan Warga Salatiga, Bentuknya Mirip Makam Yahudi di Semarang
Makam itu merupakan milik seorang pengusaha era Hindia Belanda.
Makam itu merupakan milik seorang pengusaha era Hindia Belanda.
Di Kota Salatiga, terdapat sebuah makam tunggal misterius yang letaknya berada di pekarangan rumah warga. Letaknya tak jauh dari Alun-Alun Tengaran.
Foto: YouTube Tri anaera vloger
Makam itu dibuat memanjang dengan masing-masing ujungnya berbentuk setengah lingkaran. Sekilas makam itu mirip dengan makam Yahudi di kompleks makam Bergota Semarang. Tapi apakah yang terkubur di sana merupakan seorang Yahudi?
Dilansir dari kanal YouTube Tri anaera vloger, jasad yang dimakamkan di situ adalah seorang pemilik perkebunan kayu sekaligus penjual kayu olahan. Namanya Williem Gerard Herman van Blommstein.
Ia lahir pada tanggal 18 Januari 1842, sementara meninggalnya adalah tanggal 22 November 1908. Ia lahir di daerah Melambong, sekitar lereng Gunung Merbabu, dan meninggal di Tengaran.
Tengaran sendiri merupakan sebuah desa di Kota Salatiga yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Boyolali. Letak pekarangan rumah yang terdapat makam tersebut berada di pinggir jalan yang sering dialui kendaraan
Dalam nisan tertulis nama Williem Gerard Herman van Blommestein. Kendati demikian, van Blommstein tak miliki perkebunan di Jawa Tengah. Kebunnya berada di daerah Sukapura, Parahyangan, Jawa Barat.
Sekilas tampak itu memang mirip makam Yahudi. Namun tak ada yang tahu pasti apakah Williem Gerard Herman van Blommestein seorang Yahudi atau bukan.
Foto: YouTube Tri anaera vloger
Di luar perdebatan itu, bentuk makam tersebut sangat unik karena berbentuk setengah lingkaran atau tabung.
Diduga dulunya ada pagar besi yang dibangun mengelilingi makam. Kini pagar besi itu hanya bersandar di samping makam.
Seperti diketahui sebelumnya, makam Yahudi masih dapat ditemui di kompleks makam Bergota Semarang. Batu keterangan makam itu tertulis menggunakan huruf ibrani.
Foto: YouTube Tri anaera vloger
Saat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Baca SelengkapnyaTak banyak orang yang tahu keberadaan makam tua itu.
Baca SelengkapnyaSitus itu diduga menjadi jalur masuk atau pintu gerbang penyebaran agama Hindu di Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPenjaga makam yang sudah puluhan tahun menjaga makam itu tidak pernah mendapat bayaran
Baca SelengkapnyaKyai Makmur ditembak Belanda karena tidak mau diajak bekerja sama.
Baca SelengkapnyaPada zaman penjajahan, bukit itu juga menjadi markas prajurit Belanda
Baca SelengkapnyaAnak-Anak di Inggris Beri Pesan Dukungan untuk Anak-Anak Palestina dalam Unjuk Rasa di London
Baca SelengkapnyaKawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaKerangka wanita ini ditemukan berdampingan dengan kerangka seorang pria.
Baca Selengkapnya