Sejarah Chuseok, Merayakan Panen dan Bersyukur kepada Leluhur
Chuseok, atau dikenal sebagai Thanksgiving Korea, merupakan perayaan yang mendalamak akar sejarah Korea.
Dengan asal usulnya sebagai perayaan panen di masyarakat agraris, Chuseok merayakan hasil panen melimpah dan kebersamaan keluarga. Sebagai hari raya yang diperingati pada tanggal 15 Agustus menurut kalender lunar, Chuseok memiliki tradisi yang kaya dan bermakna.
Charye: Mengenang Leluhur dengan Penuh Penghargaan
Salah satu tradisi penting dalam perayaan Chuseok adalah Charye, upacara peringatan leluhur. Wanita dalam keluarga mengisi meja dengan makanan, termasuk beras dan buah-buahan baru dipanen.
Sebuah bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur yang telah memberikan kelimpahan hasil panen.
"Charye adalah saat di mana kita mengingat dan menghormati leluhur kita, bersyukur atas rezeki yang melimpah dari hasil panen," ungkap seorang warga Korea.
Hadiah Chuseok: Ungkapan Terima Kasih dan Penghargaan
Di era modern, tradisi memberikan hadiah juga menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Chuseok. Orang Korea tidak hanya memberikan hadiah kepada keluarga, tetapi juga kepada teman dan kenalan bisnis sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan.
Potongan daging sapi berkualitas tinggi, buah segar, hingga makanan ringan tradisional Korea menjadi pilihan hadiah yang umum.
"Chuseok adalah waktu untuk berbagi kebahagiaan dan terima kasih. Hadiah-hadiah ini tidak hanya simbolis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kebersamaan dalam budaya Korea," kata seorang ahli budaya.
berita untuk kamu.
Chuseokbim: Menyambut Hari Raya dengan Pakaian Baru
Di hari Chuseok, masyarakat Korea menyambutnya dengan mengenakan Chuseokbim, pakaian dan sepatu baru yang disiapkan khusus untuk perayaan ini. Ini menjadi momen di mana orang Korea merayakan keberhasilan dan kebahagiaan dengan tampilan yang segar dan baru.
"Chuseokbim adalah cara kita merayakan keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup kita. Mengenakan pakaian baru adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri dan orang yang kita cintai," jelas seorang desainer pakaian Korea.
Ganggangsullae: Ritual Menari di Bawah Bulan Purnama
Chuseok tidak hanya dirayakan dengan makanan dan hadiah, tetapi juga dengan ritual kuno bernama Ganggangsullae. Ini adalah ritual panen dan kesuburan musiman yang dilakukan oleh wanita muda desa.
Mereka membentuk lingkaran, bergandengan tangan, bernyanyi, dan menari dengan permainan pantomim yang mencerminkan kehidupan di desa nelayan atau pertanian.
"Ganggangsullae adalah cara kami merayakan kehidupan dan kesuburan. Ini adalah warisan budaya kami yang kami jaga dengan bangga," ujar seorang peserta ritual.
Songpyeon: Kue Khas Chuseok yang Tak Tertandingi
Tidak ada perayaan Chuseok yang lengkap tanpa kehadiran Songpyeon, kue khas yang menjadi simbol keindahan dan harapan. Terbuat dari nasi baru yang digiling halus, Songpyeon dibentuk bulat kecil dan diisi dengan biji wijen, kastanya, atau bahan lainnya.
Saat dikukus bersama daun pinus, aroma musim gugur yang lembut dan segar mengisi rumah, menciptakan atmosfer yang penuh dengan kehangatan keluarga.
"Songpyeon bukan hanya makanan, tapi simbol keinginan dan harapan. Saat kita membuat dan memakan Songpyeon, kita mengucapkan harapan agar kehidupan kita selalu indah dan berwarna," ungkap seorang ibu rumah tangga Korea.
Chuseok, dengan segala tradisi dan keunikan yang menyertainya, tetap menjadi perayaan yang merangkul nilai-nilai keluarga, rasa syukur, dan kebersamaan.
Bagi siapapun yang merayakan Chuseok, momen ini tidak hanya menjadi waktu untuk bersukacita, tetapi juga untuk merenung atas berkah dan kebahagiaan yang telah diberikan leluhur dan kehidupan.
- Titah Mranani
Keunikan junjung pusako adalah sebuah kain panjang yang membungkus di dalamnya berisikan tulisan kuno.
Baca SelengkapnyaWilayah Cirebon, Jawa Barat memiliki ragam tradisi dan budaya yang khas. Seluruhnya perlu dirawat salah satunya melalui Festival Kedawung Ngesti Luhung.
Baca SelengkapnyaMelalui Festival Anak Yatim (FAY) menghadirkan kecerian bagi 1445 anak yatim di Banyuwangi.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Festival Junjung Pusako rencananya dilaksanakan 26-27 September 2023 di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VII, Sarolangun.
Baca SelengkapnyaAcara dibuka dengan penampilan angklung oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Seoul di bawah kepemimpinan Ibu Susi Sulistiyanto.
Baca SelengkapnyaAda sekitar 150-an peserta yang juga mengikuti Festival Iraw Tengkayu, Penurunan Padaw Tuju Dulung di Pantai Amal.
Baca SelengkapnyaTradisi membunuh harimau secara beramai-ramai dulu sangat dinantikan warga Blitar, kini tradisi itu sudah tidak ada lagi karena menuai pro kontra
Baca SelengkapnyaPada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.
Baca SelengkapnyaPuncak festival Iraw Tengkayu XII Tarakan di kawasan wisata Ratu Intan Pantai Amal berlangsung semarak, Minggu, (8/10) sore.
Baca Selengkapnya