Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Perhelatan acara berlangsung di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VIII Sarolangun.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemerintah Kabupaten Sarolangun, Jambi, menyelenggarakan ajang budaya Festival Junjung Pusako pada Rabu 27 September 2023. Ini merupakan rangkaian dari perhelatan Kenduri Swarnabhumi Tahun 2023.

Perhelatan acara berlangsung di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VIII, dihadiiri Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti, Gubernur Jambi Al Haris, Pelaksana Tugas Bupati Sarolangun Bachril Bakrie, pejabat dari dinas setempat, pegiat dan komunitas budaya lokal, serta seribu pelajar dan masyarakat yang antusias menyaksikan festival.

Serangkaian aktivitas dalam Festival Junjung Pusako di Desa Tanjung Gagak antara lain senam massal di pagi hari, dilanjutkan dengan parade budaya, penanaman bibit pohon, pentas seni tarian lokal, juga penampilan musikalitas daerah pada malam hari.

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan
Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Menariknya, dalam parade budaya yang berlangsung, juga diikuti oleh masyarakat dari sebelas kecamatan lainnya yang memamerkan ciri kearifan lokalnya masing-masing. Begitu pula sejumlah murid jenjang SD, SMP, SMA tampak ikut memeriahkan Festival Junjung Pusako dengan berpartisipasi pada senam massal.

Selanjutnya, penanaman pohon Daerah Aliran Sungai (DAS) Desa Tanjung Gagak menjadi simbol keikutsertaan masyarakat Sarolangun untuk ikut menjaga kelestarian sungai batanghari. Adapun bibit yang ditanam ialah pohon trembesi dan mahoni.

Junjung pusako merupakan tradisi yang telah lama dipegang teguh masyarakat Desa Tanjung Gagak dan terus melekat hingga kini. Pelaksanaan adat junjung pusako berlangsung setahun sekali setiap 12 Rabiul Awal dalam kalender Islam.

Keunikan junjung pusako adalah sebuah kain panjang yang membungkus di dalamnya berisikan tulisan kuno karya tangan manusia sepanjang 20 sentimeter, bulu, dan keris. Kemudian kain panjang tersebut dibuka untuk diasapkan dan ditaburkan kembang tujuh warna.

Setelah prosesi itu usai, kain panjang tadi lantas dibawa ke tanah lapang untuk disambut oleh masyarakat Desa Tanjung Gagak. Selanjutnya mulailah dikerjakan ritual membersihkan tujuh alat pusaka antara lain keris, tanduk, tabuh air minum dan tempat surat, kain batik irik-irik, batu, igak padi, jago padi, maupun tempat rambut Putri Susu Tunggal.

Ritus Junjung Pusako merupakan cara turun temurun untuk memulai musim bertanam padi ladang, yang memantulkan kearifan lokal di bidang pertanian, yang dijiwai oleh nilai kebersamaan, kekompakan, dan gotong royong. Ritus ini juga sebagai bentuk kekayaan budaya, yang dapat terus menjadi sumber penciptaan karya dan pengetahuan baru. Hal itu sesuai dengan semangat perayaan Kenduri Swarnabhumi, yang menatap daerah daerah yang dialiri Sungai Batang hari sebagai daerah pusat peradaban unggul di masa lalu. Sungai Batanghari itu sendiri, dua hulunya mengaliri Sarolangun, yakni Sungai Tembesi dan Sungai Batang Asai. Menjaga tradisi Junjung Pusako, adalah menjaga alam, adalah menjaga sungai, menjaga kebudayaan.

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Pada kesempatan tersebut Gubernur Jambi Al Haris menuturkan, rangkaian Kenduri Swarnabhumi ini menjadi momentum tafsiran ulang sejarah Jambi sebagai sebuah daerah yang memiliki peradaban panjang dan akar budaya kuat.

Hal tersebut dapat ditelaah mulai dari kehadiran Candi Muaro Jambi karya peradaban Budha di Laut Cina Selatan yang berlanjut munculnya Kerajaan Melayu Jambi hingga akhir masuknya Islam.

"Sungai Batanghari saksi bisu perjalanan peradaban Jambi. Kita ingin mengulang sejarah itu, menghidupkan kembali akar budaya yang lahir di sepanjang sungai tersebut. Masa ketika perdagangan dan agama jadi salah satu pusat kegiatan di Jambi," papar Al Haris.

Sedangkan Bachril Bakrie mengungkapkan, seluruh kegiatan yang muncul dalam festival bertujuan untuk mengenalkan dan melestarikan adat istiadat serta sejarah peradaban di sepanjang Sungai Batanghari.

Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Menurut Bachril, dengan aktivitas yang menggugah semangat kebudayaan, Festival Junjung Pusako menghadirkan peristiwa ketika setiap individu terhubung lagi dengan sejarah dan warisan tradisi.

Selanjutnya, Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek menerangkan bahwa tahun ini Kenduri Swarnabhumi memiliki tiga agenda utama yakni peningkatan kapasitas sumberdaya manusia khususnya pelaku budaya agar dapat menyelenggarakan festival di daerah masing-masing sehingga ekosistem kebudayaan bisa terus berjalan, lalu setelah adanya peningkatan kapasitas tersebut, hasil yang didapat diimplementasikan dalam pelaksanaan festival itu sendiri seperti pada Festival Junjung Pusako. Yang ketiga adalah ekspedisi Batanghari yang yang menjalankan misi pelestarian lingkungan melalui jalan kebudayaan.


Ia menambahkan bahwa ketiga bentuk dukungan Kemendikbudristek tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Pemajuan Kebudayaan sehingga masyarakat Jambi dapat merasakan manfaat dari terjaganya hubungan antara kebudayaan dan pelestarian lingkungan tersebut.

"Ekosistem kebudayaan adalah sebagai sebuah mata rantai. Festival junjung pusako adalah salah satu contoh untuk tetap menghidupkan ekosistem kebudayaan," ujarnya.

Adapun sebagai penutup, tampil pertunjukan Merencam, yang menggambarkan tradisi bertanam padi masyarakat Desa Tanjung Gagak. Proses dimulai dari prosesi merencam dan bertanam, dilanjutkan dengan gambaran kegiatan ketika padi telah masak, di mana padi digiling dengan teknologi tradisional yang dinamakan kisa. Dari kisa, padi yang telah menjadi bulir ditumbuk oleh para Ibu dengan lesung dan antan. Maka seterusnya beras ditampian dengan menggunakan niru, hinggga akhirnya diperoleh beras bersih yang siap ditanak menjadi nasi.


Festival Junjung Pusako Kenduri Swarnabhumi: Lestarikan Tradisi, Hidupkan Ekosistem Kebudayaan

Praktik merencam benih padi dengan melubangi tanahnya agar dapat ditanami tersebut dilakukan Gubernur Jambi Al Haris bersama, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti,serta Plt Bupati Sarolangun Bachril Bakrie.

Kenang Sejarah, Kemendikbudristek & Pemkab Batanghari Bakal Gelar Festival Kota Minyak Bajubang
Kenang Sejarah, Kemendikbudristek & Pemkab Batanghari Bakal Gelar Festival Kota Minyak Bajubang

Kenduri Swarnabhumi bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hubungan kebudayaan dan pelestarian lingkungan sungai Batanghari.

Baca Selengkapnya
Gelar Festival Budaya di Tiga Kota, Kedubes RI di Korsel Raih Rekor MURI
Gelar Festival Budaya di Tiga Kota, Kedubes RI di Korsel Raih Rekor MURI

Acara dibuka dengan penampilan angklung oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Seoul di bawah kepemimpinan Ibu Susi Sulistiyanto.

Baca Selengkapnya
Festival Pangkalan Jambu: Merawat Budaya Merangin Melalui Pagelaran Tradisi Unik
Festival Pangkalan Jambu: Merawat Budaya Merangin Melalui Pagelaran Tradisi Unik

Pelaksanaan festival pun melibatkan 8 desa yang ada di Kecamatan Pangkalan Jambu.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Dikemas dalam Festival Demokrasi Desa, Pilkades Banyuwangi Digelar secara Riang
Dikemas dalam Festival Demokrasi Desa, Pilkades Banyuwangi Digelar secara Riang

Helatan Pemilihan Kepala Desa serentak di 51 desa di Kabupaten Banyuwangi dikemas dalam Festival Demokrasi Desa. Hadirkan suasana yang riang gembira.

Baca Selengkapnya
Festival Lom Plai dan Cara Kutai Timur Pertahankan Budaya dengan Memperkuat Kearifan Lokal
Festival Lom Plai dan Cara Kutai Timur Pertahankan Budaya dengan Memperkuat Kearifan Lokal

Sebagai tanah penuh keajaiban, Kabupaten Kutai Timur tak hanya kaya akan Sumber Daya Alam.

Baca Selengkapnya
Kemendikbudristek Gelar Workshop Tata Kelola Festival: Siap Usung Tradisi Lokal Sarolangun
Kemendikbudristek Gelar Workshop Tata Kelola Festival: Siap Usung Tradisi Lokal Sarolangun

Festival Junjung Pusako rencananya dilaksanakan 26-27 September 2023 di Desa Tanjung Gagak, Kecamatan Bathin VII, Sarolangun.

Baca Selengkapnya
Iraw Tengkayu XII Meriah, Ribuan Warga Saksikan Pelarungan Padaw Tuju Dulung
Iraw Tengkayu XII Meriah, Ribuan Warga Saksikan Pelarungan Padaw Tuju Dulung

Puncak festival Iraw Tengkayu XII Tarakan di kawasan wisata Ratu Intan Pantai Amal berlangsung semarak, Minggu, (8/10) sore.

Baca Selengkapnya
Mantra Dukun dan Semangat Pemuda Pacu Jalur Tepian Narosa
Mantra Dukun dan Semangat Pemuda Pacu Jalur Tepian Narosa

Pada masa kolonial belanda, pacu jalur digelar untuk memperingati ulang tahun Ratu Wilhelmina dan dianggap sebagai sebuah festival.

Baca Selengkapnya
Ada Atraksi Udara TNI AU, Festival Gandrung Sewu Hipnotis Ribuan Wisatawan
Ada Atraksi Udara TNI AU, Festival Gandrung Sewu Hipnotis Ribuan Wisatawan

Festival Gandrung Sewu menjadi pintu masuk untuk memperkenalkan budaya lokal ke publik global.

Baca Selengkapnya