Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Warga Blitar Dulu Punya Tradisi Sadis Bunuh Harimau Ramai-ramai saat Idul Fitri, Ini Kisahnya

<b>Warga Blitar Dulu Punya Tradisi Sadis Bunuh Harimau Beramai-ramai di Lapangan, Ini Kisahnya</b>

Warga Blitar Dulu Punya Tradisi Sadis Bunuh Harimau Beramai-ramai di Lapangan, Ini Kisahnya

Tradisi rampokan macan dulu sangat ditunggu-tunggu warga karena pelaksanaannya bak pertunjukan

Warga Blitar Dulu Punya Tradisi Sadis Bunuh Harimau Ramai-ramai saat Idul Fitri, Ini Kisahnya

Tradisi Rampokan Macan hampir sama dengan pertunjukan gladiator pada
masa kekaisaran Romawi. Di sini, harimau diadu dengan manusia. Tradisi Rampokan Macan lestari di Blitar, Jawa Timur, pada abad ke 17-19 masehi tepatnya pada tahun 1890-1912.

(Foto: Instagram @blitar.heritage)

Sejarah

Rampokan macan dilakukan bertepatan dengan hari raya ketupat. Tradisi yang tampak sebagai pembantaian harimau ini juga memuat unsur religiositas dan simbol perlawanan rakyat feodal
terhadap kaum kolonial.

Saat pihak kolonial menganggapharimau sebagai simbol yang diagungkan, tradisi Rampokan Macan menegasikannya.

Tujuan utama Rampokan Macan adalah mengalahkan harimau yang merupakan representasi musuh.

Mengutip artikel jurnal berjudul Rampogan Macan: Simbol Perlawanan terhadap Kolonialisme dalam Hari Raya Ketupat yang ditulis Laila Karimah (UIN SATU, 2022), Rampokan Macan diperkirakan sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram
Islam, tepatnya pada masa pemerintahan Amangkurat II Kartasura.

Pertunjukan ini
diadakan saat ada kunjungan tamu agung seperti Gubernur Jendral Belanda dan pada perayaan hari besar Islam. Pertunjukan Rampogan Macan menjadi salah satu upacara yang tinggi tingkatannya di Keraton Surakarta. Hal ini dibuktikan
dengan adanya dukungan penuh dari kerajaan ataupun pemimpin daerah setempat.

Warga Blitar Dulu Punya Tradisi Sadis Bunuh Harimau Ramai-ramai saat Idul Fitri, Ini Kisahnya

Sumber lain menyebutkan bahwa di masa lalu, Rampokan Macan dilakukan di dua kerajaan, yakni Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.

(Foto: Instagram @blitar.heritage)

Rampokan Macan

Pergeseran Makna

Pergeseran Makna

Rampokan Macan mengalami pergeseran makna dari sebuah pertunjukan sakral ke simbol perlawanan terhadap Belanda.
Harimau sebagai simbol orang Belanda yang musti dikalahkan.

(Foto: Freepik vladimircech)

Pagelaran Rampokan Macan tidak hanya soal kepuasan dunia, tetapi juga memiliki nilai religius yang ditunjukkan dengan pemilihan hari digelarnya tradisi ini. Masyarakat Jawa memiliki tradisi hitungan taliwangke-samparwangke dan adanya larangan pembantaian apapun pada hari raya.

Untuk itu, Rampokan Macan digelar pada hari raya Idulfitri ke-7 atau biasa dikenal dengan hari raya ketupat. 

Daerah pusat pagelaran ini adalah Surakarta dan Yogyakarta, namun karena beberapa faktor maka pagelaran ini bisa sampai ke daerah-daerah luar keraton salah satunya adalah di Blitar. Pergeseran makna Rampokan Macan terjadi ketika
digelar di Blitar, yang awalnya sebagai ritual sakral semakin hari semakin berkurang esensinya.

Rampokan Macan

Pelaksanaan

Pelaksanaan

Di Blitar, pagelaran ini dipimpin Patih Djojodigdo,
pelaksana administratur tertinggi di bawah Bupati Raden Warso Koesomo yang bertugas pada tahun 1877-1895. Konon, Patih Djojodigd terkenal andal menaklukkan macan yang kemudian digunakan untuk memenuhi undangan Rampokan Macan di Alun-alun Blitar.

Pegelaran Rampokan Macan
dimulai dengan datangnya Raja, seluruh sanak kerabat, dan para tamu termasuk dari pihak Belanda. Mereka duduk berjajar di kanan dan kiri Raja pada sebuah bangsal. Sementara Alun-alun sudah dipenuhi abdi dalem atau prajurit yangmelingkar dan  berbaris berdasarkan golongan masing-masing. Semua prajurit
membawa senjata berupa tombak.

Dalam pagelaran Rampokan Macan, mereka memamerkan keunggulan tombak masing-masing. Mereka berbaris secara berlapis dengan tujuan waspada jika macan terlepas
dari barisan depan. Barisan di belakangnya sudah bersiap di luar
lapangan yang dibuat untuk adu macan lawan kerbau. Setelah adu macan lawan kerbau, semua prajurit bersiap, macan menang atau kalah tetap dirampok atau dibunuh

Pagelaran Rampokan Macan Blitar menjadi wadah silaturahmi bagi
warga, sekaligus mengandung tujuan politik. Jarak antara Keraton sebagai pusat pemerintahan dan wilayah Blitar cukup jauh sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi warga.

Pelaksanaan tradisi Rampokan Macan menjadi bukti bahwa keraton masih memiliki kekuatan serta mencegah Belanda bertindak sewenang-wenang di wilayah kekuasaan keraton.

Rampokan Macan Blitar resmi berhenti ketika Patih Djojodigdo meninggal pada tahun 1909 setelah melepaskan ajian pancasona. Tradisi ini tidak lagi dilakukan karena dianggap berkontribusi pada berkurangnya macan Jawa sekaligus dianggap mempertontonkan tindakan keji terhadap makhluk hidup. 

Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi

Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.

Baca Selengkapnya
Wujud Rasa Syukur, Begini Keseruan Tradisi Rebo Pungkasan di Bantul
Wujud Rasa Syukur, Begini Keseruan Tradisi Rebo Pungkasan di Bantul

Tradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Gandrung, Hiburan Rakyat saat Acara Hajatan di Banyuwangi
Mengenal Tari Gandrung, Hiburan Rakyat saat Acara Hajatan di Banyuwangi

Kesenian tradisional yang satu ini telah menjadi ikon Kabupaten Banyuwangi sekaligus hiburan masyarakat ketika acara hajatan.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Manafo, Tradisi Menginang Ala Masyarakat Nias yang Penuh Makna
Manafo, Tradisi Menginang Ala Masyarakat Nias yang Penuh Makna

Tradisi ini sudah sangat melekat di masyarakat Nias hingga sudah menjadi simbol dan budaya yang dihadirkan dalam acara-acara adat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang

Tradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah

Baca Selengkapnya
Tradisi Unik Ibu Hamil Dari Berbagai Negara, Mempertahankan Kebudayaan Leluhur
Tradisi Unik Ibu Hamil Dari Berbagai Negara, Mempertahankan Kebudayaan Leluhur

Meskipun adat dan ritualnya berbeda di setiap negara, tujuannya tetap satu: menjaga keselamatan ibu dan bayi, serta memastikan kelahirannya dengan lancar.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Tradisi Ngabungbang Asal Banjar, Mandi Suci untuk Menghilangkan Hal Buruk
Menelusuri Tradisi Ngabungbang Asal Banjar, Mandi Suci untuk Menghilangkan Hal Buruk

Tradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.

Baca Selengkapnya
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu

Semaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.

Baca Selengkapnya
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim

Cio Tao menjadi adat khas Kota Tangerang dengan melibatkan banyak budaya seperti Tionghoa, Islam sampai warga lokal Sunda dan Betawi.

Baca Selengkapnya