Survei: Konsumen Harus Siapkan Rp2,5 Miliar untuk Beli Rumah Tapak di Jakarta
Merdeka.com - Rumah.com merilis Indonesia Property Market Index Q2 2021. Dalam laporan ini, tercatat adanya penurunan indeks harga properti hunian, baik secara kuartalan maupun tahunan. Namun, turunnya harga properti pada kuartal ini lebih disebabkan oleh turunnya harga apartemen sebesar 2,3 persen (quarter-on-quarter).
Rumah.com Indonesia Property Market Index - Harga (RIPMI-H) pada kuartal pertama 2021 berada pada angka 110,3. Angka ini turun 0,4 persen dibanding Q4 2020 (quarter-on-quarter).
"Secara tahunan, indeks ini mengalami penurunan sebesar 2 persen. Turunnya indeks harga properti hunian ini lebih terlihat pada segmen apartemen," jelas Country Manager Rumah.com Marine Novita di Jakarta, Rabu (26/5).
Pencarian properti di Rumah.com pada kuartal pertama 2021 naik sebesar 26 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, pencarian properti di Rumah.com masih meningkat sebesar 183 persen. Pencarian properti di kawasan Jabodetabek masih didominasi pencarian rumah tapak yakni sebesar 90 persen dari total pencarian properti di Rumah.com, dengan lokasi pencarian yang paling populer adalah Jakarta Selatan (24 persen) di mana jika diakumulasikan, mayoritas pencarian (56 persen) berasal dari DKI Jakarta.
Kata Marine, bagi konsumen yang ingin memiliki rumah tapak di kawasan Jakarta, mereka harus menyediakan dana setidaknya Rp2,5 miliar untuk bisa membelinya. Sebagai solusi alternatifnya, pencari properti yang mengincar hunian di kawasan Jakarta namun dengan budget terbatas bisa melirik apartemen.
"Karena saat ini, dengan budget di kisaran Rp750 jutaan, konsumen masih bisa mendapatkan unit apartemen dengan dua kamar tidur."
Data Rumah.com Indonesia Property Market Index mencatat turunnya indeks harga gabungan (rumah dan apartemen) terjadi di sejumlah provinsi. RIPMI-H untuk wilayah DKI Jakarta pada kuartal pertama 2021 turun sebesar 0,44 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Meski demikian, penurunan hanya terjadi di segmen apartemen, yakni sebesar 2,6 persen (quarter-on-quarter). Sementara segmen rumah tapak masih menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,2 persen (quarter-on-quarter).
Sementara itu, Jawa Barat mencatatkan kenaikan indeks harga properti gabungan sebesar 0,5 persen yang ditopang oleh kenaikan indeks harga rumah tapak sebesar 1,2 persen (quarter-on-quarter) namun tidak demikian halnya dengan indeks harga apartemen, yang mengalami penurunan sebesar 0,9 persen (quarter-on-quarter).
Tren yang sama juga terlihat di Banten di mana mencatat kenaikan indeks harga properti gabungan sebesar 1,62 persen secara kuartalan. Kenaikan ini ditopang oleh kenaikan indeks harga rumah tapak sebesar 1,9 persen (quarter-on-quarter) sementara indeks harga apartemen turun 1,6 persen (quarter-on-quarter).
Kenaikan Indeks Rumah Tapak
Marine menambahkan kenaikan indeks harga rumah tapak terjadi hampir di seluruh wilayah dengan jumlah suplai properti yang besar seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Bali. Sedangakan penurunan indeks harga rumah tapak hanya terjadi di DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Sehingga kondisi tersebut adalah beberapa alasan untuk mengatakan bahwa kondisi pasar properti masih cukup aman di situasi sulit saat ini.
"Pasar properti saat ini masih didominasi rumah tapak. Data suplai Rumah.com menunjukkan bahwa suplai properti masih didominasi oleh rumah tapak yakni sebesar 80 hingga 85 persen dari total suplai," tambahnya.
Marine menyimpulkan bahwa berdasarkan Data Rumah.com Indonesia Property Market Index pada kuartal pertama 2021 menunjukkan terjadinya penurunan harga properti. Namun, pasar properti nasional diperkirakan masih akan tetap stabil mengingat penurunan harga properti lebih dipengaruhi oleh turunnya harga apartemen. Sebaliknya, harga properti untuk segmen rumah tapak masih meningkat. Hal lain yang dapat menjaga optimisme pasar properti di 2021 adalah masih tingginya pencarian properti pada kuartal pertama 2021 dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Jawa Barat, Banten, dan Jawa Tengah adalah sejumlah wilayah yang masih tetap menunjukkan kenaikan harga properti, terutama di segmen rumah tapak. Hal ini terutama terlihat pada kota-kota favorit pencarian properti seperti Tangerang, Depok, Bekasi, dan Semarang," tukasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Nilai rata-rata konsumsi masyarakat di Jakarta mengalami lonjakan tinggi dari Rp13,54 juta per bulan menjadi Rp14,88 juta.
Baca SelengkapnyaSaat ini, tren permintaan properti oleh generasi milenial tengah mengalami lonjakan. Minat generasi milenial dalam membeli rumah tapak mencapai 64,4 persen.
Baca SelengkapnyaTujuan survei ini untuk menghitung harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Gaji UMR DKI Jakarta saat ini sebesar lebih kurang Rp5 juta sudah cukup ideal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari per bulan.
Baca SelengkapnyaUntuk pengeluaran komoditas non makanan mencakup perumahan dan fasilitas rumah tangga, aneka barang dan jasa, pakaian, alas kaki, dan tutup kepala.
Baca SelengkapnyaSejumlah perusahaan yang turut membangun hunian, antara lain Konsorsium Nusantara dan Pakuwon yang membangun apartemen dan rumah tapak.
Baca SelengkapnyaAgung Podomoro membangun Kota Podomoro Tenjo untuk menjawab tingginya permintaan konsumen terhadap hunian.
Baca SelengkapnyaBerawal dari kekhawatiran tak berkontribusi baik pada lingkungan, Khomsatun memproduksi sabun alami
Baca SelengkapnyaSeorang pembuat patung asal Cimahi memberikan patung gratis kepada Dedi Mulyadi, saat diberi uang Rp100 juta, pematung itu menolak.
Baca Selengkapnya