Survei: Kembali Bekerja di Kantor Bisa Berdampak Buruk ke Kesehatan Mental
Merdeka.com - Sebuah biro konsultansi manajemen global asal Amerika, McKinsey & Company melakukan survei terhadap 1.602 pekerja. Dari survei tersebut, 1 dari 3 orang mengatakan kembali bekerja di kantor bisa berdampak negatif ke kesehatan mental mereka.
Hal ini juga menanggapi naiknya kasus positif covid-19 setelah adanya varian delta. Kenaikan ini tentunya mempersulit rencana pengusaha untuk kembali menerapkan bekerja di kantor, setelah satu tahun menerapkan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).
Dilansir CNBC Make It, untuk itu, pengusaha perlu memikirkan langkah untuk mengatasi tantangan ini. Meski sebagian besar pekerja masih bekerja dari rumah, namun beberapa perusahaan berencana kembali menerapkan bekerja di kantor untuk mengantisipasi dampak kesehatan mental negatif yang terkait dengan transisi, seperti kecemasan dan depresi.
Senior Associate Partner McKinsey, Jeris Stueland mengatakan, pekerja sangat memperhatikan kesehatan dan keselamatan fisik mereka ketika kembali ke kantor, serta kehilangan rasa otonomi yang diperoleh saat bekerja dari jarak jauh selama pandemi.
Pekerja ingin mengetahui apakah kantor secara fisik aman untuk kembali, misalnya jika bangunan telah meningkatkan ventilasi dan kualitas udaranya, atau jika ruang bersama lebih sering dibersihkan. Mereka juga khawatir terinfeksi virus dan menularkannya ke anggota keluarga yang berisiko di rumah.
Orang tua dan pengasuh anak-anak lebih cenderung stres tentang kepulangan mereka. Sekitar 44 persen orang tua yang kembali ke tempat kerja mengatakan kepulangan mereka berdampak negatif pada kesehatan mental mereka, dibandingkan dengan 27 persen orang tanpa anak, karena mereka khawatir berada di tempat umum dapat meningkatkan peluang mereka tertular virus dan menyebarkannya ke anak-anak di rumah yang terlalu muda untuk divaksinasi.
Sementara itu, para peneliti telah memperingatkan bahwa kembali ke tempat kerja fisik dapat meningkatkan kelelahan, yang dapat muncul dalam tiga cara utama. Di antaranya kelelahan (penipisan sumber daya mental atau fisik), detasemen sinis (penipisan keterhubungan sosial) dan penurunan rasa kemanjuran.
Apa yang bisa mengurangi stres?
Pekerja yang stres mengatakan waktu istirahat tambahan, jadwal kerja yang fleksibel, dan pengaturan kerja campuran akan membantu mereka merasa lebih didukung dalam transisi kembali ke kantor. Penulis laporan McKinsey juga merekomendasikan pengusaha mengatasi kekhawatiran pekerja tentang keselamatan dan fleksibilitas secara langsung.
Di bidang kesehatan dan keselamatan, para peneliti McKinsey mengatakan para pemimpin dapat memerlukan tes Covid atau antibodi secara teratur, jarak sosial, dan pemakaian masker. Jika mereka berbagi gedung dengan pemberi kerja lain, mereka juga perlu mengetahui apa yang dilakukan organisasi lain di tempat kerja dan membagikan detail tersebut kepada karyawan secara transparan, tambah Stueland.
Dalam beberapa minggu terakhir, lebih banyak majikan mulai meminta pekerja menunjukkan bukti vaksinasi, atau menjalani tes rutin, untuk kembali ke kantor.
Alih-alih mengamanatkan pengembalian menyeluruh, peneliti McKinsey merekomendasikan pengusaha untuk menciptakan pilihan kerja yang fleksibel dan hibrida dan membiarkan karyawan mencari tahu apa yang paling cocok untuk mereka, dengan harapan mereka dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan selama pandemi dan seterusnya.
Akomodasi di tempat juga harus diubah, kata Stueland, seperti menyediakan lebih banyak opsi penitipan anak cadangan untuk orang tua yang bekerja, teknologi kerja hibrida yang lebih baik untuk mengelola tim, atau penyedia kesehatan mental di tempat dan waktu untuk memanfaatkannya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Merdeka.com merangkum informasi tentang apa itu kata kerja mental, mulai dari dari pengertian, ciri dan contohnya.
Baca SelengkapnyaMengenali apakah kondisi mental kita tidak sedang baik bisa menjadi cara untuk mencegah masalah menjadi lebih parah.
Baca SelengkapnyaBekerja terlalu keras bisa menyebabkan masalah pada kesehatan mental kita. Berikut sejumlah cara untuk berhenti menjadi workaholic.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pelukan tidak hanya mengurangi rasa sakit dan kecemasan, tetapi juga dapat mengurangi tingkat depresi dan perilaku agresif pada seseorang.
Baca SelengkapnyaSering bekerja lembur dapat menurunkan kesehatan fisik dan mental.
Baca SelengkapnyaSelada memiliki manfaat yang luar biasa untuk kesehatan. Yuk, simak fakta lengkap tentang manfaat selada sekaligus tips mengkonsumsinya!
Baca SelengkapnyaMelantur saat berbicara bisa disebabkan oleh kondisi bernama psikosis yang merupakan keadaan mental yang kompleks.
Baca SelengkapnyaMemaafkan tidak mudah, namun dapat menyejahterakan mental.
Baca SelengkapnyaTinggal sendirian memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami depresi.
Baca Selengkapnya