Pentingnya Inklusi Keuangan Bagi Perempuan, Milenial dan UMKM
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi telah mengganggu upaya berbagai pihak untuk memperdalam inklusi keuangan masyarakat. Tidak sedikit pandemi membuat orang kehilangan pekerjaan di dunia akibat berbagai kebijakan pembatasan mobilisasi untuk mencegah penyebaran virus.
"Ketika pandemi menghilangkan pekerjaan dan memperburuk kemiskinan, itu juga memperumit upaya kita untuk mengatasi hambatan terhadap inklusi keuangan," kata Sri Mulyani dalam seminar internasional: Digital Transformation for Financial Inclusion of Women, Youth, and MSMEs to Promote Inclusive Growth yang digelar secara hybrid di Bali (11/05).
Menurut Global Findex 2017, 69 persen orang dewasa di seluruh dunia telah memiliki rekening di lembaga keuangan. Angka tersebut meningkat dari 62 persen pada tahun 2014. Meski demikian, masih ada 30 persen dari populasi global atau sekitar 1,7 miliar penduduk dunia yang masih kekurangan akses ke produk dan layanan keuangan di mana mayoritas merupakan wanita, pemuda, dan UMKM.
Munculnya pandemi Covid-19 mau tak mau berdampak pada ekonomi dengan memperlebar kesenjangan, khususnya dari kelompok rentan tersebut. "Jadi fokus kepada segmen yang dikecualikan secara finansial itu adalah sesuatu yang sangat mendesak," imbuhnya.
Dalam hal ini, kata Sri Mulyani, UMKM berperan penting dalam penyerapan tenaga kerja, investasi, dan pembangunan ekonomi. Di Indonesia, UMKM memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian dengan menyediakan 97 persen lapangan kerja, memiliki share lebih dari 60 persen PDB, dan lebih dari 60 persen investasi.
Namun, pengembangan UMKM masih menghadapi banyak kendala, termasuk akses terhadap pembiayaan. Masih terdapat kesenjangan akses pembiayaan bagi UMKM.
Dia mencontohkan porsi kredit UMKM terhadap total kredit perbankan relatif stagnan di kisaran 18 persen sejak 2014. Angka tersebut jauh di bawah beberapa peer countries yang mencapai sekitar 30 persen hingga 80 persen. Pandemi yang terjadi telah memukul UMKM cukup dalam. Sehingga berakibat pada kerentanan UMKM meningkat, terutama yang dikelola oleh perempuan karena hilangnya pendapatan dan terbatasnya akses keuangan.
Sementara itu, peran perempuan juga penting dalam pembangunan ekonomi. Maka, pendekatan yang digunakan dengan memberikan edukasi kepada para perempuan tentang pentingnya inklusi keuangan.
"Kami menyadari bahwa meningkatkan akses perempuan ke layanan keuangan formal tidak hanya akan mengamankan kehidupan keluarga perempuan dengan mengelola uang dan menabung dengan lebih baik untuk kebutuhan dasar, seperti kesehatan dan pendidikan, tetapi juga memberdayakan diri mereka sendiri dengan terlibat dalam kegiatan bisnis seperti UMKM," paparnya.
Studi dari McKinsey Global Institute menunjukkan sebanyak USD 12 triliun atau 11 persen dari PDB global dapat ditambahkan jika semua negara mendorong kesetaraan gender. Lebih lanjut, perempuan yang terlibat di bidang ekonomi dan pasar tenaga kerja, berpotensi memberikan kontribusi sebesar USD 28 triliun atau 26 persen dari PDB dunia pada tahun 2025.
Namun, perempuan seringkali sulit untuk mengakses layanan keuangan karena tidak memiliki identitas pribadi atau aset atas namanya. Sehingga tidak memiliki jaminan yang bankable. Selain itu, banyak perempuan yang belum memiliki pengetahuan yang memadai tentang layanan keuangan formal dan bagaimana mengelolanya.
Sementara kalangan pemuda dengan persentase 16 persen populasinya secara global menjadi kunci dari masa depan suatu negara. Kaum muda akan segera memasuki dunia kerja dan berkontribusi pada perekonomian. Namun, banyak dari mereka dikecualikan secara finansial karena kurangnya dokumen identitas resmi atau memerlukan persetujuan wali yang sah untuk membuka rekening bank.
Bahkan ada stereotip yang mengaitkan mereka dengan risiko yang lebih tinggi karena memiliki pendapatan yang tidak teratur dan simpanan yang kecil. Dampaknya, mereka sering diabaikan sebagai pelanggan potensial dan tidak ada produk keuangan yang memadai atau dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan spesifik mereka.
"Oleh karena itu, kebutuhan untuk membangun keuangan inklusif dan ekonomi yang inklusif, kita harus menyikapi ketiga dimensi yang sangat penting ini yaitu perempuan, pemuda, dan Usaha Mikro Kecil Menengah," kata Sri Mulyani.
Dia mengajak semua pihak mulai memasukkan perempuan, generasi muda hingga UMKM untuk mempermudah mereka dalam mendapatkan akses layanan keuangan. Akses ke rekening transaksi menjadi langkah awal menuju inklusi keuangan yang lebih luas.
"Upaya itu saat ini sudah mulai berjalan, tetapi kami juga menyadari bahwa ini masih membutuhkan banyak pekerjaan di depan kami," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selesma adalah infeksi virus yang menyerang saluran pernapasan bagian atas, seperti hidung dan tenggorokan.
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan, bahwa setiap keputusan pemerintah selalu memperhatikan kondisi ekonomi dan situasi keuangan negara.
Baca SelengkapnyaMenteri Bintang mengatakan perempuan adalah kekuatan bangsa yang akan menentukan pembangunan Indonesia di masa depan.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah akui penempatan pekerja migran masih memiliki berbagai tantangan.
Baca SelengkapnyaStaf Khusus Menkeu Yustinus Prastowo menjelaskan, sebagian anggaran Kementerian dan Lembaga diutamakan untuk penanganan pandemi covid-19
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaDi musim hujan, anak-anak rentan sakit. Karenanya sebagai orangtua, Anda wajib mengantisipasi dan melakukan pencegahan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebutkan bahwa saat ini perempuan yang berkarir menghadapi tantangan dalam pembagian waktu untuk bekerja dan mengurus keluarga.
Baca SelengkapnyaIsu mundurnya Sri Mulyani dari Menteri Keuangan dinilai hanya ‘digoreng’ pihak tertentu
Baca Selengkapnya