Pemerintah Sebut Imbal Hasil Surat Utang RI Masih Cukup Menarik
Merdeka.com - Direktur Surat Utang Negara (SUN) Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu), Deni Ridwan mengatakan, kenaikan imbal hasil US Treasury beberapa waktu lalu membuat pasar Surat Berharga Negara (SBN) tertekan sejak Januari 2021. Akibatnya, yield SBN pun ikut mengalami kenaikan.
"Sejak Januari ada kenaikan US Treasury, yield pasar domestik alami tekanan, yield SBN naik, pelemahan rupiah, dan penurunan kepemilikan asing," katanya dalam diskusi Peran Investor Lokal dalam Rangka Pendalaman Finansial Instrumen Saham & Surat Berharga, secara virtual, Rabu (10/3).
Seperti diketahui, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau US Treasury sempat berada di level tertinggi sejak awal tahun ini, melebihi 1,6 persen untuk tenor 10 tahun. Hal ini pun berdampak pada surat utang pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara pada hari ini, yield US Treasury tenor 10 tahun menurun ke level 1,542 persen, dari hari sebelumnya masih di atas 1,6 persen. Begitu juga dengan tenor 30 tahun yang sudah turun ke level 2,252 persen.
Berdasarkan catatannya, yield SBN tenor 10 tahun juga sempat menyentuh level tertingginya di 6,7 persen pada 23 Februari 2021. Saat ini, yield SBN tenor 10 tahun berada di level 6,6 persen.
Selanjutnya
Deni menilai, yield SBN masih cukup menarik bagi investor. Hanya saja, kekhawatiran mengenai kenaikan inflasi di AS dan stimulus fiskal USD 1,9 triliun beberapa waktu lalu membuat asing 'pulang kampung' dari pasar keuangan Indonesia.
"Yield SBN kita sebenarnya masih menarik, tapi karena kekhawatiran investor adanya peningkatan inflasi di AS ini yang membuat asing sell off dan dorong penurunan kepemilikan asing, tidak hanya di Indonesia, tapi di emerging market lain," jelasnya.
Dari segi pasar lelang, rata-rata incoming bid (penawaran masuk) di awal tahun ini juga menunjukkan kenaikan di tahun ini menjadi Rp76 triliun dan dimenangkan sekitar Rp34 triliun. Sementara di tahun lalu, rata-rata incoming bid Rp75 triliun dan dimenangkan hanya Rp22 triliun.
"Jadi ini tantangan buat kami, di mana kondisi volatile karena US Treasury dan target penerbitan SBN meningkat dibandingkan tahun sebelumnya," bebernya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaMengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Baca SelengkapnyaPembelian/pemesanan minimal untuk ST012-T2 adalah Rp1 juta dan kelipatan Rp1 juta dengan maksimum Rp5 miliar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Posisi utang pemerintah relatif aman dan terkendali karena memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,98 persen.
Baca SelengkapnyaSecara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pemerintah relatif aman dan terkendali karen hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang.
Baca SelengkapnyaBatas maksimal rasio utang pemerintah terhadap PDB ditetapkan sebesar 60 persen.
Baca SelengkapnyaPerry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaPemerintah memperkirakan perputaran uang selama musim lebaran tahun ini bisa mencapai Rp276 triliun.
Baca Selengkapnya