Menengok Penggunaan Skuter Listrik di Berbagai Negara
Merdeka.com - Peristiwa kecelakaan tabrak lari yang menewaskan 2 pengguna skuter listrik, Grabwheels, tengah ramai diperbincangkan. Atas kejadian ini, Grab diminta untuk melakukan kajian keamanan pelayanan.
Lantas, bagaimana penerapan skuter listrik atau e-scooter di sejumlah negara maju. Minat pada e-scooter yang tercatat terus tumbuh membuat masalah peredaran skuter listrik tak hanya terjadi di Indonesia semata, namun juga di luar negeri.
Mengutip BBC, tercatat sejak Januari 2018 setidaknya ada 11 orang meninggal dunia yang tersebar di Paris, Barcelona, Stockholm, dan London. Belum lagi ratusan orang yang mengalami luka-luka imbas kecelakaan menaiki e-scooter di jalan.
Atas dasar hal ini, beberapa negara di kawasan Eropa mulai mengambil langkah nyata dengan mulai meregulasi penggunaan e-scooter di jalan raya.
Ambil contoh Jerman, mulai Juni 2019 Pemerintahnya mulai tegas memberlakukan regulasi e-scooter di mana mereka tak boleh beroperasi di public area atau tempat umum.
Jerman belajar dari Amerika Serikat (AS) di mana 45 persen kasus kecelakaan e-scooter di AS ialah kecelakaan di kepala. Penggunaan helm pada skuter listrik kemudian dianggap penting untuk mencegah 'head injuries'.
Negara Lainnya
Kemudian beberapa negara Eropa lain yang ikut meregulasi peredaran e-scooter ialah Belgia, Finlandia, Austria, Norwegia, dan Portugal. Salah satu contoh aturannya ialah mengendarai e-scooter dengan maksimal kecepatan 20km/jam atau berumur minimal 14 tahun.
Sebab itu, skuter listrik yang kian digandrungi masyarakat saat ini tak hanya terjadi di Jakarta atau Indonesia saja, melainkan juga menjadi fenomena perkembangan gaya hidup baru di dunia.
Satu insiden yang paling menggemparkan juga ialah kasus Youtuber dan Presenter TV Emily Hartridge yang tewas tertabrak truck saat mengendarai e-scooter di London. Insiden ini menambah daftar panjang kasus kematian dari skuter listrik di seluruh dunia.
Penyewaan Grabwheels Diminta Dihentikan
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta Grab menghentikan sementara penyewaan Grabwheels. Hal ini menyusul adanya insiden yang menewaskan dua orang pengguna Grabwheels karena tertabrak mobil beberapa hari lalu.
"Mengritik keras manajemen Grab atas kejadian itu. Memang manajemen Grab telah menyampaikan duka cita dan akan memberikan dukungan yang lain pada keluarga korban. Namun ini tentu saja sangat tidak cukup," kata Tulus dalam keterangan resminya, Kamis (14/11).
Tulus menduga kuat, manajemen Grab belum atau tidak memberikan edukasi/juknis yang kuat kepada pengguna Grabwheels, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, terutama terkait aspek safety.
"YLKI meminta manajemen Grab untuk menghentikan sewa skuter listrik, sebelum memperbaiki aspek safety kepada calon penggunanya," ujarnya.
Selain itu, YLKI juga mendesak kepada Pemprov DKI Jakarta bahkan Kemenhub, untuk segera mengatur secara ketat keberadaan skutir listrik, sebelum meluas menjadi masalah atau wabah baru.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kecelakaan tertinggi dialami oleh penggunaan sepeda motor yakni 77,67 persen.
Baca SelengkapnyaIa dibesarkan oleh kakak-kakaknya setelah orang tuanya yang berprofesi petani meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaNamun saat itu korban lupa mencabut kunci sepeda motor dari kontaknya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jenderal Moeldoko berharap pameran PEVS ini mampu meningkatkan pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPenjualan mobil listrik berbasis baterai di Indonesia terus bertumbuh, sejak insentif PPN dari pemerintah bagi BEV yang dirakit lokal.
Baca SelengkapnyaPHK dilakukan lantaran penjualan mobil listrik menurun, serta perang harga yang semakin sengit untuk kendaraan listrik.
Baca SelengkapnyaKetika itu mereka berkonvoi dengan delapan motor berhasil diberhentikan petugas yang sedang berpatroli.
Baca Selengkapnya