Indonesia Tak akan Tinggalkan Energi Fosil
Merdeka.com - Dewan Energi Nasional (DEN) menyebut bahwa strategi transisi energi rendah karbon di Indonesia tidak akan meninggalkan energi fosil. Melainkan dengan memanfaatkan teknologi agar energi fosil tersebut menjadi lebih ramah lingkungan.
"Indonesia memilih agar energi fosil tidak phase out dengan mengimplementasikan teknologi bersih," kata Anggota DEN Satya Widya Yudha dikutip dari Antara, Kamis (7/4).
Dalam forum kelompok kerja transisi energi G20 yang dilaksanakan di Yogyakarta pada akhir Maret 2022 lalu, keputusan Indonesia untuk tidak meninggalkan energi fosil hampir selaras dengan beberapa negara penghasil fosil, salah satunya Arab Saudi.
Indonesia kini mencoba untuk menggunakan teknologi bersih dalam memanfaatkan energi fosil baik itu batu bara maupun minyak bumi, sehingga perlu penerapan teknologi berupa penangkapan, penyimpanan, dan pemanfaatan karbon atau CCS/CCUS.
Satya mengungkapkan nilai keekonomian CCS/CCUS kini masih terbilang mahal lantar teknologi ini masih tergolong baru.
Total emisi karbondioksida di Indonesia berada pada angka 1,2 gigaton dengan 35 persen disumbang dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara.
Teknologi CCUS yang dipakai akan mengurangi emisi karbon yang dilepas ke atmosfer melalui teknologi pemanfaatan emisi karbon untuk produksi alga maupun injeksi Enhance Oil Recovery (EOR).
Berdasarkan studi PLN dan Bank Dunia pada 2015, CCUS secara teknis layak untuk dikembangkan di Indonesia. Teknologi itu dapat meningkatkan biaya produksi secara signifikan tetapi masih bisa bersaing dengan pembangkit listrik panas bumi, sehingga memerlukan insentif dan dukungan kebijakan dari pemerintah.
Menurut Satya, penambahan teknologi CCS pada PLTU dapat meningkatkan biaya produksi listrik USD 3- USD 4 per kWh. Sedangkan penggunaan sistem penyimpanan energi berbasis baterai atau BESS dapat meningkatkan biaya produksi listrik USD 6 - USD 7 per kWh.
"Ini menggambarkan saja, mudah-mudahan teknologi CCS ke depan akan lebih murah. Kalau sekarang masih di kisaran USD 100 per ton, namun beberapa penelitian di Amerika Serikat ingin menekankan sampai USD 40 per ton," jelas Satya.
Fasilitas CCUS
Pada 2020 total ada 28 fasilitas CCUS yang beroperasi di seluruh dunia dan hanya sembilan unit yang memiliki kapasitas di atas 1 juta ton per tahun. Mayoritas proyek CCUS berskala besar (Shute Creek, Century, dan Great Plains) menggunakan karbondioksida yang ditangkap untuk EOR agar bisa meningkatkan produksi migas.
Saat ini teknologi CCUS telah dikembangkan pada sejumlah lapangan minyak dan gas di Indonesia, antara lain lapangan Gundih, Sukowati, Sakakemang, Kalimantan Timur hingga Tangguh, dengan menggunakan mekanisme bagi hasil yang dibebankan kepada negara.
"Kami mengharapkan CCUS ke depannya akan lebih murah ataupun lebih efisien, sehingga bisa diterapkan di seluruh energi fosil yang sarat dengan karbon dioksida," ucap Satya.
Meski pemerintah Indonesia tegas menyatakan sikap untuk tetap memakai batu bara sebagai salah satu sumber energi domestik, namun pemerintah terus berupaya mempercepat pengembangan energi baru terbarukan, berupa pemanfaatan kendaraan listrik, sistem baterai, hidrogen, hingga dimetil eter.
Satya mengungkapkan strategi transisi energi rendah karbon yang kini dijalankan oleh pemerintah Indonesia memerlukan smart grid dan konservasi energi dengan tetap menekankan efisiensi.
"Apabila kita bisa melakukan skenario besar seperti ini, maka tujuan kita untuk ketahanan dan kemandirian energi, pembangunan berkelanjutan dan pembangunan rendah karbon, serta ketahanan iklim akan tercapai," pungkasnya.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaIndonesia Butuh Suntikan Modal Asing untuk Percepatan Transisi Energi Baru dan Terbarukan
Dampak perubahan iklim global tidak hanya dirasakan oleh Indonesia, melainkan juga seluruh negara di dunia.
Baca SelengkapnyaIndonesia Kalah dari Filipina dalam Pemanfataan Energi Panas Bumi, Cek Faktanya
Filipina mampu mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi dengan baik untuk kelistrikan di negaranya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif
Dia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaPertagas Turunkan Emisi Karbon 11 Persen, Begini Strategi Dijalankan Perusahaan
Pertagas akan terus berkomitmen dalam menyalurkan energi yang andal ke berbagai industri strategis tanah air.
Baca SelengkapnyaMenteri LHK Beberkan Kemajuan Indonesia Atasi Perubahan Iklim
Indonesia lebih awal menginisasi beberapa aksi pengendalian perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaIndonesia Tak Alami Deindustrialisasi, Ini Buktinya
Kontribusi tersebut diharapkan bisa menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan tujuan dapat meningkatkan ekspor.
Baca SelengkapnyaKonsumsi Energi Fosil Masih Terus Naik, Target Bauran EBT Turun Jadi 17 Persen di 2025
Target bauran EBT sebesar 17-19 persen bisa tercapai jika negara konsisten menyuntik mati PLTU batu bara
Baca SelengkapnyaTernyata, Isu Transisi Energi Jadi Salah Satu Kunci Pemilih Muda Tentukan Presiden Selanjutnya
Pemilih muda memandang isu transisi energi sangatlah mendesak untuk diselesaikan oleh Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
Baca Selengkapnya