IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Apindo Yakin RI Tak Terdampak Hebat
Merdeka.com - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) turut berkomentar mengenai penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia oleh The International Monetary Fund (IMF) menjadi 3,3 persen. Menurutnya, penurunan ini menjadi hal wajar mengingat ekonomi global masih terus mengalami ketidakpastian.
"Jadi IMF menurunkan ya. Dan itu kalau kita lihat keadaan sekarang, lumrah lah mereka menurunkan," kata Wakil Ketua Umum Apindo, Shinta W Kamdani, saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Kamis (11/4).
Shinta mengatakan meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi global mengalami penurunan, namun kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Sehingga, secara dampak tidak akan berpengaruh besar kepada ekonomi Indonesia.
"Walaupun impact pasti akan kena. Tapi, ini bisa kita mempertahankan posisi kita, selama ini kita terus jaga, makanya sustainability ini sangat penting," katanya.
Pemerintah sendiri, tidak bisa menutup mata dengan kondisi global saat ini. Oleh karena itu, dirinya menginginkan agar kondisi pasar dalam negeri lebih diperkuat, sehingga memiliki nilai dan daya saing yang tinggi.
"Saya pikir tidak akan terlalu berpengaruh mestinya. Tapi bagaimana kita justru bisa memanfaatkan. Tadi kenapa saya katakan daya saing. Karena, kalau kita mau memanfaatkan pasar-pasar baru. Kita kan, harus berkompetisi dengan negara lain," jelasnya.
Menurut Shinta, dengan memperkuat kondisi pasar dalam negeri banyak keuntungan yang akan diterima Indonesia. Sebab, hasil produksi pasar dalam negeri sendiri banyak yang tidak dimiliki oleh negara-negara lain.
"Pasar Indonesia kan besar sekali, dengan populasi yang begitu besar. Ini bisa menjadi leverage kita untuk masuk ke pasar lain," jelasnya.
Sebelumnya, Panel Ahli Katadata Insight Center, Wahyu Prasetyawan mengatakan, sebagai negara perekonomian yang terbuka, pertumbuhan ekonomi global yang dipangkas tentu menjadi pekerjaan berat bagi pemerintah, terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Namun, Indonesia bisa saja lepas dari bayang-bayang pertumbuhan ekonomi global asalkan mampu menggenjot konsumsi domestik.
Seperti diketahui, Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global untuk 2019 menjadi 3,3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis pada Selasa (9/4), turun 0,2 poin persentase dari estimasi pada Januari lalu di 3,5 persen.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diyakini Bakal Naik Usai Pemilu 2024
Terdapat empat aspek yang dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia ke depan.
Baca SelengkapnyaIMF Didirikan pada 27 Desember 1945, Simak Sejarah dan Tujuan Organisasi Moneter Dunia Ini
IMF adalah organisasi yang berperan penting dalam kancah perekonomian negara-negara Dunia Ketiga.
Baca SelengkapnyaJokowi Rajin Bagi-Bagi Bansos, Tapi Ekonomi Indoensia Diramal Hanya Tumbuh 5,04 Persen Sepanjang 2023
Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Ekonomi Dunia Masih Terpuruk di 2024, Sri Mulyani Ungkap Penyebanya
Ramalan IMF menyebut kondisi ekonomi dunia masih terpuruk.
Baca SelengkapnyaDi Forum OECD, Menko Airlangga Pamer Ekonomi Indonesia Terbaik di Asia Tenggara
Airlangga mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional itu jadi alasan Indonesia masuk ke OECD.
Baca SelengkapnyaGawat, OJK Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia Melemah di Tahun 2024
Proyeksi ini sejalan dengan berbagai rilis lembaga internasional yang menyebutkan hal serupa.
Baca SelengkapnyaBI Prediksi Ekonomi Dunia Tumbuh Melambat di 2024, Bagaimana dengan Indonesia?
Pasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPrabowo Tuding IMF Biang Kerok Carut-Marut Masalah Pangan di Indonesia
Prabowo menyebut, permasalahan pangan di Indonesia dimulai ketika IMF 'melemahkan' peran Bulog.
Baca SelengkapnyaADB Ingatkan Kenaikan Harga Beras Bisa Ganggu Perekonomian di Asia-Pasifik
ADB mengingatkan kenaikan harga beras bisa mengganggu perekonomian Asia-Pasifik yang diramal mampu tumbuh 4,9 persen di 2024.
Baca Selengkapnya