BI: Surplus neraca perdagangan karena ekspor kelapa sawit naik
Merdeka.com - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara menyebut neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus pada Februari 2017. Namun demikian, surplus tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar USD 1,32 miliar pada Februari 2017. Lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar USD 1,43 miliar, namun lebih tinggi dibandingkan surplus pada Februari 2016 sebesar USD 1,14 miliar," ujar Tirta di Gedung BI, Jakarta, Kamis (16/3).
Tirta menjelaskan, surplus neraca perdagangan didukung oleh kenaikan ekspor kelapa sawit, batubara, karet, dan bahan kimia. Di sisi lain, aliran masuk modal asing ke pasar keuangan Indonesia hingga Februari 2017 telah mencapai USD 2,2.
"Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Februari 2017 tercatat sebesar USD 119,9 atau setara 8,9 bulan impor atau 8,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," pungkasnya.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2017 mengalami surplus USD 1,32 miliar. Secara kumulatif (Januari-Februari), neraca perdagangan juga surplus USD 2,75 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, surplus Indonesia terbesar dengan negara India sebesar USD 1,7 miliar. Diikuti Amerika Serikat USD 1,5 miliar dan Belanda USD 553 juta.
"Defisit perdagangan terbesar dengan China USD 1,9 miliar," ujarnya saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Rabu (15/3).
Surplus Februari, lanjutnya, dipengaruhi oleh sektor non-migas USD 2,55 miliar. Sementara, sektor migas tetap defisit USD 1,23 miliar.
Sisi volume perdagangan, neraca Indonesia mengalami surplus 24,59 juta ton pada Februari 2017. Ini didorong surpluanya neraca nonmigas 26,09 juta ton. "Namun, neraca volume perdagangan sektor migas defisit 1,50 juta ton."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data BPS: Neraca Perdangan Indonesia Surplus 44 Kali Berturut-turut
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaIndonesia Catat Surplus Neraca Perdangan 43 Kali Berturut-turut, Kini Nilainya Capai USD 2,41 Miliar
Pudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaJanuari 2024 Kembali Surplus, Neraca Perdagangan Indonesia Moncer Selama Hampir 4 Tahun
Neraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaBeras di Singapura Ternyata Lebih Murah dari Indonesia, Mendagri Ungkap Penyebabnya
Singapura menyandang status sebagai negara maju namun tidak bisa memproduksi bahan pangan sendiri.
Baca SelengkapnyaBeras Impor 500.000 Ton Masuk Indonesia Mulai Januari 2024, Asalnya dari Thailand dan Pakistan
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi memaparkan, proses importasi beras ini masih berasal dari negara-negara langganan Indonesia.
Baca SelengkapnyaKapan Harga Beras Turun? Begini Penjelasan Bulog
Kenaikan ini terjadi karena harga beras Bulog sudah dinaikkan menjadi Rp10.900 per Kg, dari harga eceran tertinggi (HET) sebelumnya Rp9.450 per Kg.
Baca SelengkapnyaCukai Rokok Naik 10 Persen Mulai 1 Januari 2024, BPS: Bakal Berdampak ke Inflasi
Meski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca SelengkapnyaAwal Tahun, Bea Cukai Bantu Ekspor Sarung Tangan Asli Kalasan ke Jepang, Nilainya Rp1,1 Miliar
Perusahaan tersebut mengekspor sarung tangan sebanyak 339 karton
Baca Selengkapnya