Anggota DPR duga ada pengusaha ritel sengaja bangkrut untuk hindari bayar utang
Merdeka.com - Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Darmadi Durianto, mengatakan bergugurannya ritel saat ini harus diteliti lebih dalam lagi. Sebab, dugaannya, melemahnya industri ritel ini bukan dikarenakan adanya pergantian (shifting) penjualan dari konvensional ke online.
"Ada yang mengatakan shifting, pengamat ngomong enak, tidak lewat riset. Itu juga harus dilakukan analisis karena pengaruh penjualan online itu masih kecil, masih sekitar 1-2 persen terhadap PDB," kata Darmadi di Hotel Ibis, Jakarta, Rabu (1/11).
Dia menambahkan, ada beberapa alasan mengapa banyak ritel yang memutuskan untuk menutup gerainya. Diantaranya, para pelaku usaha sengaja membangkrutkan dirinya agar dinyatakan pailit, sehingga pembayaran utang bisa berkurang.
"Ritel ini sudah dari dulu bermasalah, mana yang suka ngemplang. Ada yang membangkrutkan diri, supaya bayar utang hanya 20-30 persen. Perilaku memang sudah buruk, ngemplang supaya tidak bayar bank, supaya dipailitkan. Utang karyawan pesangon gaji tidak dibayar," imbuhnya.
Menurutnya, praktik ini sudah banyak dilakukan oleh beberapa pelaku usaha. Sebab, pelaku usaha tersebut terus merugi akibat pendapatan (revenue) yang dihasilkan tidak sebanding dengan biaya (cost) yang telah dikeluarkan.
"Jadi ini perlu dikaji karena alasan penutupan ini belum ada pengukuran, pemerintah agak lambat. Kita harus mendeteksi lebih lanjut supaya kita bisa cari obat untuk mengatasi ini," tandas Darmadi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama ini pelaku industri digital seperti anggota idEA patuh pada aturan yang berlaku.
Baca SelengkapnyaDalam kasus timah, merugikan negara mencapai ratusan triliun rupiah.
Baca SelengkapnyaJika terpilih sebagai presiden dia akan coba mengatur bagaimana kehadiran e-commerce tidak mematikan usaha pedagang konvensional.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Kepala LKPP Hendrar Prihadi menyebut alokasi anggaran pada rencana umum pengadaan barang dan jasa setiap tahunnya mencapai Rp1.200 triliun.
Baca SelengkapnyaMeskipun harga beras saat ini mahal dan langka, Pemerintah tidak akan mengubah Harga Eceran Tertinggi (HET).
Baca SelengkapnyaNilai transaksi digital banking mencapai Rp5.163 triliun.
Baca SelengkapnyaDiduga Lakukan Pelanggaran Pemilu, Anggota DPR RI Diproses Polres Batang
Baca SelengkapnyaDengan perputaran yang cukup besar tersebut, dipastikan ekonomi daerah akan produktif mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Baca SelengkapnyaMeski demikian, Amalia tidak menyebutkan besaran andil inflasi kenaikan cukai rokok hingga 10 persen di tahun ini.
Baca Selengkapnya