Pengamat: Keuntungan Unicorn Tergantung Mayoritas Pemegang Saham
Merdeka.com - Pengamat startup, Alexander Rusli mengatakan, sejauh ini belum ada perusahaan rintisan digital yang sudah meraup untung. Bahkan, unicorn sekalipun masih merugi.
Sehingga belum bisa membagikan dividen kepada para pemegang saham. Unicorn merupakan perusahaan rintisan digital yang memiliki valuasi lebih dari USD 1 miliar. Indonesia memiliki 4 unicorn yakni Tokopedia, Bukalapak, Go-Jek, dan Traveloka.
"Digital startup kita masih jauh dari pembagian dividen. Semua masih rugi," kata Alex saat dihubungi Merdeka.com, Senin (18/2).
Lantas, apakah nantinya ketika unicorn telah untung, keuntuangnya itu akan menguap ke luar negeri?
Menurutnya, itu tergantung dari mayoritas saham yang dimiliki. Jika memang unicorn tersebut didominasi sahamnya oleh pihak luar, maka pembagian keuntungan pun akan menguap.
"Selama dalam proses investasi, uang akan terus masuk. Pada saatnya nanti ketika perusahaan mulai untung, kalau memang mayoritas saham di pegang pihak luar, maka dividen akan keluar. Tapi, untuk saat ini belum," jelas mantan CEO Indosat Ooredoo ini.
Alex pun belum bisa memperkirakan kapan unicorn asal Indonesia dapat mendapatkan untung. Dia menyebutkan bahwa hal itu berbeda-beda setiap perusahaan rintisan digital.
"Macam-macam. Amazon saja butuh waktu 10 tahun. Uber masih belum tahu. Kalau startup kecil bisa saja lebih cepat," terangnya.
Senada dengan pendapat dari Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira.
Dikutip dari Liputan6.com, Bhima mengatakan startup unicorn memang mengandalkan modal asing dalam jumlah yang cukup dominan untuk menjalankan bisnisnya. Maka, sebagai ‘ganti’ saat modal asing masuk, kedaulatan data, dan produk yang dimiliki oleh perusahaan digital itu akan tergadaikan.
"Padahal data merupakan privasi sekaligus sumber daya paling penting di era ekonomi digital. Data ini rentan untuk disalahgunakan sehingga profit yang paling besar dinikmati oleh investor asing itu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, masifnya produk asal negara lain yang masuk ke startup unicorn juga perlu diwaspadai. Sebagai contoh, akuisisi saham investor asal China khususnya Alibaba dan Tencent di startup lokal.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara pernah mengatakan investasi asing yang dikucurkan kepada startup unicorn Indonesia, lebih banyak dibelanjakan di negeri sendiri. Ketimbang di luar negeri. Apalagi untuk startup unicorn butuh pendanaan yang jauh lebih besar untuk mengakselerasi bisnisnya.
"Konsep menyejahterakan masyarakat Indonesia tidak lagi bisa secara fisik. Oke, Go-Jek, Tokopedia, pakai uang asing. Tapi dibelanjakan dimana? Yang direkrut lebih banyak orang siapa? Benefitnya lebih banyak mana? Kalau mau Indonesia, siapa orang Indonesia yang mau spending uang sebesar itu?" ungkap pria yang akrab disapa Chief RA ini.
Maka dari itu, pemerintah sedang membicarakan ke beberapa investor Indonesia agar membuat semacam Indonesia Fund. Tujuan supaya bisa mengimbangi investor asing yang masuk. Saat ini saja, perusahaan besar seperti Astra dan Djarum sudah masuk ke investasi bisnis digital.
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di tengah asanya membuat rumah, tabungan usaha miliknya direlakan jadi pelunas utang sang ibunda.
Baca SelengkapnyaSaat ini Kemenkop UKM tengah mengumpulkan data - data calon penerima KUR untuk menilai perilaku mereka dalam bertransaksi.
Baca SelengkapnyaLunasi Utang Orang Tua Rp400 Juta, Usaha Delfi Malah Laris Manis dan Kini Jadi Pengusaha Sukses
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Cobalah untuk tidak hanya berfokus pada saldo Anda dalam waktu tertentu.
Baca SelengkapnyaCerita pria dulunya pengemis dan suka mabuk kini berhasil mengubah hidupnya menjadi pribadi lebih baik.
Baca SelengkapnyaHasil sengketa Pilpres punya pengaruh terhadap kemampuan keuangan negara.
Baca SelengkapnyaPengusaha menyebut, penundaan pajak hiburan yang diserukan Luhut Panjaitan hanya sementara.
Baca SelengkapnyaMayoritas jenis pajak utama tumbuh positif sejalan dengan ekonomi nasional yang stabil.
Baca SelengkapnyaRisiko investasi emas terbilang minim. Memilih emas sebagai investasi menjadi solusi terbaik untuk pemula.
Baca Selengkapnya