Milenial Anggap Data Pribadi Itu Penting
Merdeka.com - Akhir-akhir ini, data pribadi tengah ramai dibicarakan. Isu terbaru seputar data pribadi datang dari Facebook.
Pasalnya, telah ditemukan suatu situs database berisi data nama, lokasi, dan nomor telepon dari ratusan juta pengguna Facebook, saat ini situs tersebut telah ditutup tetapi keberadaanya menjadi bukti bahwa terdapat pihak-pihak tak bertanggung jawab yang mengumpulkan data-data pribadi di luar sana.
Pemerintah Indonesia sendiri sedang mempersiapkan RUU Perlindungan Data Pribadi. Meski begitu, menurut anggota Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar pentingnya perlindungan data pribadi.
"Ketika berbicara soal legislasi, maka kita harus memikirkan UU dibuat untuk masyarakat. Namun, masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya perlindungan data pribadi, terutama di Indonesia," katanya.
Lantas bagaimanakah pandangan generasi milenial mengenai data pribadi?
Milenial masih menganggap penting data pribadinya. Mereka masih memiliki kekhawatiran data pribadinya dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kriminal dengan mengatasnamakan mereka.
"Di jaman sekarang ini yang semuanya serba maju, kita bisa diketahui data pribadi kita oleh orang asing, semisal lokasi kita. Mereka bisa berbuat jahat pada kita dong. Misalnya, mereka tahu kita dimana, nomor kartu kredit, mereka bisa menyalahgunakan itu," ujar Aldi, seorang mahasiswa.
Milenial juga memiliki cara sendiri dalam penjagaan data pribadinya. Steven, mahasiswa lain, mengutamakan kesadaran kepada siapa dirinya memberi data pribadi. Hal serupa juga dikatakan oleh Sandro, mahasiswa lain.
"Kita harus hati-hati kalau mau memberi data kita ke orang lain. Di online, kita juga harus hati-hati apakah situsnya bener atau enggak," tutur Sandro.
Dari segi media sosial, Aldi mengutamakan fitur share agar tidak digunakan untuk share data pribadi. Hal serupa juga dikatakan Steven yang mencontohkan dengan perilaku share KTP baru.
"Kalau main Facebook atau semacemnya, jangan foto daerah sekitar rumah atau mengirim “Eh aku ada di sini nih”, apalagi kalau mengirim Instastory serupa. Itu kalo menurut aku enggak perlu sih," pungkas Aldi.
"Online kan ruang publik ya dan data yang udah ada di online itu dak bisa dihapus lagi, akan ada selamanya di internet," tambah Steven.
Reporter Magang: Joshua Michael
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Anies, jawaban data itu sebetulnya simpel dan sederhana. Tinggal dibuka saja data yang bisa dibuka atau tidak bisa dibuka ke publik.
Baca SelengkapnyaMenteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, data petugas pemilu 2024 yang meninggal tahun ini turun jauh ketimbang tahun 2019.
Baca SelengkapnyaAda juga orang yang putus asa dengan menuliskan di media sosialnya untuk mencurahkan isi hati.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rasa kesepian bisa kita alami secara tiba-tiba, penting untuk mengenalinya secara tepat walau kadang kondisi ini tidak disadari.
Baca SelengkapnyaHasil pengecekan diketahui identitas empat jasad tersebut dua pria berinisial EA dan JWA serta dua wanita berinisial JL dan AIL.
Baca SelengkapnyaPenerapan data kuantitatif sangat luas dan memengaruhi berbagai bidang.
Baca SelengkapnyaMenjadi penting bagi masyarakat yang ingin menjaga privasinya.
Baca SelengkapnyaSaat ini banyak modus penipuan yang dilakukan di bidang keuangan dengan memanfaatkan media sosial.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca Selengkapnya