Ilmuwan Ini Bandingkan Kecerdasan Albert Einsten dan Stephen Hawking, Begini Katanya
Keduanya adalah orang-orang jenius. Tapi ternyata ada perbedaan 'level' kejeniusannya. Apa itu?
Keduanya adalah orang-orang jenius. Tapi ternyata ada perbedaan 'level' kejeniusannya. Apa itu?
Ilmuwan Ini Bandingkan Kecerdasan Albert Einsten dan Stephen Hawking, Begini Katanya
Albert Einstein dan Stephen Hawking adalah salah satu dari sedikit orang yang dilabeli publik sebagai genius pada masanya. Namun, ada perbedaan signifikan di antara mereka berdua. Hal ini dibahas oleh ilmuwan Albert-László Barabási dalam video BigThinks yang berjudul Why Einstein Was a “Peerless” Genius, and Hawking Was an “Ordinary” Genius. Dalam video berdurasi 8 menit dan 47 detik tersebut, dijelaskan bahwa hal paling menonjol yang membedakan tingkat kegeniusan Einstein dan Hawking adalah tingkat kelangkaannya.
-
Siapakah Albert Einstein? Sosok fisikawan modern yang lahir pada abad ke-20 ini lahir dari keluarga Yahudi sekuler, namun ketika beranjak dewasa ia menghindari label agama tertentu dan menolak tentang keberadaan Tuhan yang bersifat pribadi.
-
Siapa yang memiliki kecerdasan tinggi? Sebuah studi pada tahun 2016 yang mengikuti lebih dari 5.000 orang selama sekitar 50 tahun menemukan bahwa anak-anak dengan kecerdasan tinggi terus terbuka terhadap ide-ide baru seiring mereka tumbuh dewasa.
-
Siapa yang memiliki IQ tinggi? Mengutip laporan ScienceFocus by BBC, Rabu (7/2), orang yang punya IQ tinggi adalah Terence Tao.
-
Siapa yang menurut Einstein bisa menjadi jenius? Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid. (Setiap orang adalah seorang jenius. Tetapi jika kamu menilai seekor ikan dari kemampuannya untuk memanjat pohon, itu akan hidupnya sepanjang hidupnya percaya bahwa ia bodoh.)
-
Apa karya utama Albert Einstein? Albert Einstein dikenal dengan hukum relativitasnya.
-
Apa kontribusi Albert Einstein di dunia sains? Seorang fisikawan teoretis kelahiran Jerman ini adalah profesor yang mengajar di berbagai institusi yakni ETH Zurich (1909-1911), University of Berlin (1914-1933), dan Institute for Advanced Study di Princeton (1933-1945).
"Ketika kita melihat ilmuwan yang bekerja pada waktu yang sama, setidaknya dalam bidang fisika yang sama dengannya (Einstein), tidak ada ilmuwan yang dapat menandingi produktivitas dan dampak sainsnya. Einstein benar-benar sendirian (dalam segi kegeniusan),"
Ilmuwan Albert-László Barabási yang menyebut bahwa kecerdasan Einstein tiada banding.
Sedangkan Stephen Hawking diilustrasikan sebagai genius ‘biasa’ karena dalam penelitiannya, Barabási menyadari bahwa ada setidaknya enam ilmuwan lainnya yang bekerja dalam area yang sama dengan Hawking dan memiliki dampak yang bahkan lebih besar dibandingkan Hawking.
Namun mengapa di antara ilmuwan-ilmuwan itu, hanya Hawking yang dilabeli publik sebagai genius yang biasa saja?
Ini mengarahkan kepada percakapan lain, bahwa seseorang yang memiliki dampak besar tidak serta merta dapat diakui sebagai genius. Dalam prosesnya, diperlukan faktor lain untuk menjadi seorang genius. Seorang genius haruslah memiliki pencapaian yang luar biasa, tetapi pencapaian luar biasa bukanlah faktor satu-satunya dalam penentuan kegeniusan seseorang.Pada kenyataan mungkin saja di antara kita ada genius-genius lain yang tersembunyi. Seseorang yang memiliki pencapaian luar biasa tetapi terlahir dalam lingkungan yang tidak mendukung.
Hal ini membuat dirinya terkubur dalam ketidakberuntungannya. Keberuntungan dan kesuksesan adalah hal penting yang memengaruhi proses dari pengakuan seseorang sebagai genius.
Bagaimana seseorang dapat memadukan kualitas dari ide yang dipilih, kesuksesan yang dicapai, dan kemampuan sebagai seorang ilmuwan haruslah terhubung satu sama lain. Inilah faktor yang disebut Barabási sebagai faktor Q yang menjadikan seorang ilmuwan sukses dilabeli sebagai seorang genius.