Sebanyak 391 tangki atau setara dengan 1.955.000 liter air didistribusikan ke hunian warga.. Distribusi air bersih tersebut dilakukan secara berkala ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih.

Warga Muara Baru Kekurangan Air Bersih. Pada saat musim kemarau air sumur tidak mengalir deres, untuk memenuhi air bersih warga dalam sehari mereka mengeluarkan uang Rp 15.000 untuk membeli enam jerigen untuk air bersih.

Informasi peringatan dini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan tahun ini berpotensi terjadi kemarau ekstrem sampai September, dan puncaknya terjadi pada Agustus. Wilayah yang terancam terdampak kekeringan terutama di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Berdasarkan keterangan warga setempat, setiap hari warga mengaku harus berjalan menempuh jarak yang cukup jauh, untuk mendapatkan air dari sumur desa. Kemudian warga mulai cemas karena air yang mereka ambil dari sumur desa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari semakin sedikit dan mulai mengering akibat musim kemarau.

Kualitas air bersih di Sungai Musi kini semakin terancam karena limbah sampah yang bertebaran. Terutama di anak Sungai Musi yang berada di pemukiman warga Palembang. Dari ratusan anak Sungai Musi di Palembang, kini hanya bersisa 95 anak Sungai Musi.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyampaikan, hingga akhir 2018, akses aman air minum yang tersebar ke masyarakat di seluruh Indonesia baru mencapai 72 persen. Akses aman air minum pada tahun ini akan ditingkatkan menjadi sekitar 76 persen.

Nantinya IPAL dibangun di dua kecamatan yakni Kemayoran dan Tanjung Priok. Untuk satu IPAL dapat menampung sebanyak 200 sampai 300 rumah tangga yang menghasilkan olahan limbah. Teguh menyebut nantinya, setiap rumah tersebut akan dipasang pipa-pipa guna mengalirkan limbah ke IPAL.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diketahui belum melakukan menambah jumlah pipa air bersih sejak 12 tahun lalu. Hal ini diungkapkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Alhasil, sampai hari ini jumlah warga yang sudah menikmati air bersih melalui jaringan pipa tidak lebih dari 60 persen.

Selain Kali Anyar, wali kota juga minta agar mengoptimalkan sumur dalam terutama untuk kasus-kasus emergency.

ir yang sekarang ada tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Selain berbau, air yang telah diolah juga berwarna kuning. Berbeda dengan kemarau tahun lalu, meski tercemar namun air yang dihasilkan masih layak dikonsumsi.

Rudy beralasan, pelanggaran yang dilakukan pabrik yang beralamat di Jalan Adi Sumarmo 257 Banyuanyar tersebut, sudah masuk kategori berat. Karena mencemari air bagi pelanggan PDAM, apalagi jika benar ada dugaan unsur kesengajaan.

Rekonstruksi dimulai sekitar pukul 10.00 di lokasi luar pabrik. Kendati melibatkan sejumlah saksi, namun tak terlihat papan nama yang dikenakan tersangka. Beberapa saksi yang dilibatkan di antaranya pegawai PDAM, pegawai pabrik dan tukang bangunan yang melakukan penggalian saluran pembuangan.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Purbalingga, Rusmo Purnomo, merinci jumlah bantuan itu berasal dari dana APBD sebanyak 1.922 tangki atau 8.485.000 liter. Kemudian bantuan dari PMI Purbalingga 134 tangki atau 666.000 liter. Ada pula bantuan dari Komunitas SEMUT Purbalingga sebanyak 2 tangki atau 10.000 liter.

Dari pemetaan yang dilakukan, terdapat tujuh titik sumur bor yang dikerjakan. Dari ketujuh titik tersebut, dua diantaranya telah dapat beroperasi, yaitu di Desa Rempek, Kecamatan Gangga dan di Posko pengungsian Tanjung. Penyediaan air bersih melalui sumur bor dilakukan oleh Kementerian ESDM melalui Badan Geologi.

Warga memimpikan memiliki sumur dengan air yang bersih, sehingga tidak harus membeli.

Akhirnya warga terpaksa dengan cara swadaya membuat saluran air menggunakan pipa paralon untuk menghubungkan aliran air.

Kondisi itu membuat warga sangat kesulitan menjalankan aktivitas saban hari. Mereka berharap ada perbaikan.

"Saya mengubah mindset jijik sungai Ciliwung yang kotor, sekarang dibersihkan airnya," kata dia.