Sosok Mohammad Nasroen, Pelopor Kajian Filsafat Indonesia yang Menjadi Gubernur Sumatra Tengah Pasca Kemerdekaan
Sosok birokrat dan cendekiawan filsafat Indonesia ini masih belum dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini.
Sosok birokrat dan cendekiawan filsafat Indonesia ini masih belum dikenal oleh masyarakat Indonesia sekarang ini.
Nama Mohammad Nasroen begitu asing bila didengar saat ini. Mohammad Nasroen merupakan seorang birokrat dan cendekiawan filsafat di Indonesia. Di kancah politik, Nasroen pernah ditunjuk menjadi Gubernur Sumatra Tengah pasca Kemerdekaan.
Meski namanya tidak begitu dikenal, ia mampu menghasilkan karya tentang filsafat di Indonesia dalam sebuah buku yang ia tulis sendiri berjudul Falsafah Indonesia pada tahun 1967.
Mohammad Nasroen lahir di Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Provinsi Sumatra Barat pada 29 Oktober 1907. Tidak diketahui pasti perjalanan pendidikan beliau.
Saat zaman kolonial Hindia Belanda, Nasroen sempat membuka praktik pengacara. Hingga memasuki penjajahan Jepang, namanya masuk di sebuah organisasi di Kota Padang, yaitu Kerukunan Minangkabau.
Tak sampai situ, Nasroen pernah diangkat sebagai Menteri Kehakiman ke-7 pada kabinet Sukiman-Suwirjo pasca dibubarkannya RIS menggantikan M.A. Pellaupessy pada tahun 1951 hingga 1952.
Mengutip beberapa sumber, Nasroen terpilih menjadi anggota DPRS delegasi Sumatra Barat dan ditunjuk menjadi gubernur pertama dan termuda Sumatra Tengah pada tahun 1947.
Selain itu, ia juga menjabat sebagai Gubernur Militer di Sumatra Tengah pada tahun 1949. Setahun setelahnya, Nasroen ditarik ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Yogyakarta mengurus persoalan otonomi di tubuh Kemendagri.
Selain terjun di pemerintahan pasca kemerdekaan, Nasroen yang merupakan lulusan dari Leiden University itu juga berkecimpung di bidang ilmu filsafat. Bahkan, ia sempat menjadi Guru Besar Filsafat di Universitas Indonesia.
Ada beberapa karya tulisan Nasroen terkait persoalan keanekaragaman di daerah Minangkabau seperti Daerah Otonomi Tingkat Terbawah, Sendi Negara dan Pelaksanaan Otonomi, Maslaah Sekitar Otonomi, dan sebagainya.
(Foto: Wikipedia)
Karya tersohor Nasroen adalah Falsafah Indonesia (1967). Isinya membahas Filsafat Indonesia itu suatu yang khas, tidak Barat dan tidak Timur. Buku lainnya, yaitu Dasar Falsafah Adat Minangkabau yang membahas konsep Matriarki secara genial. Karya yang satu ini kerap dikutip untuk mengkaji feminisme di Indonesia dan bangsa barat.
Sutan Mohammad Amin Nasution, sosok Gubernur Sumatra Utara pertama saat pemerintahan Indonesia masih bergejolak.
Baca SelengkapnyaSosok Syamsul Arifin mantan Bupati Langkat dan Gubernur Sumatra Utara yang meninggal dunia di usia 71 tahun.
Baca SelengkapnyaSaat Anies menjadi gubernur DKI Jakarta, Syaugi merupakan Kepala Basarnas saat itu.
Baca SelengkapnyaBasiran mengadukan Gubernur Sulawesi Tenggara, Ali Mazi, yang memberhentikan dirinya dari Staf Ahli Gubernur bidang Pemerintahan, Hukum dan Politik Pemda Sultra
Baca SelengkapnyaNusron Wahid menjawab pernyataan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri
Baca SelengkapnyaSekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai, Capres nomor urut tiga, Ganjar Pranowo adalah sosok yang membawa berkah bagi bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaNama Herman Deru bahkan dinobatkan sebagai gubernur terkaya kedua di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPotret lawas Presiden Soekarno bersama Sultan Hamengkubuwono IX viral di media sosial.
Baca SelengkapnyaPerjuangan Abdurrahman (AR) Baswedan bersama dengan Menteri Luar Negri H Agus Salim dalam mencari pengakuan dari negara lain atas kedaulatan negara Indonesia
Baca Selengkapnya